1. Ke rumah Om Jeffry

2.8K 366 57
                                    

.
.
.


Mairin : Biruuuuu, lo udah pulang dari kampus?

Bira : Nama gue Bira!

Bira : Udah, baru gue masuk mobil

Mairin : Kebetulan, nanti pulangnya gue nitip diapers buat Aga ya

Bira : Basi lo

Aku mendengkus kesal. Mairin Aida Narendra, si sulung yang selalu seenaknya pada adik cantiknya ini. Aku heran, kenapa Mairin selalu menyuruhku meski dia sudah memiliki keluarga sendiri sejak dua tahun yang lalu. Bukan cuma menyuruhku membeli diapers, Mairin sering memintaku datang ke rumahnya hanya untuk mengasuh anaknya yang berusia enam bulan selagi dia mencuci pakaian.

Nasib anak bungsu, dijadikan babu oleh kakak sendiri.

Aku melipir ke supermarket, membeli apa yang Mairin suruh. Niat awalnya memang hanya akan membeli diapers, tapi saat melewati rak makanan ringan, aku jadi tergoda. Kuambil trolley yang berada di dekat kasir dan memilih snack favoritku.

“Yang pedes atau jagung bakar ya?” gumamku, bingung harus pilih rasa apa.

“Yang jagung bakar aja, yang pedesnya buat saya.” Aku menoleh, sedikit kaget dan salah tingkah saat dihadapkan dengannya.

“Om Jeffry?”

Om Jeffry tersenyum. Dia mengambil keripik kentang yang rasa pedas dari tanganku. “Aru suka yang pedes. Buat saya gak apa-apa, 'kan?” tanya Om Jeffry.

Aku mengangguk. “Ambil aja Om, saya lebih suka yang jagung kok hehe.”

Tidak. Aku ingin rasa pedas itu. Tapi karena Om Jeffry yang memintanya, aku akan mengikhlaskannya.

“Makasih ya mau ngalah. Kebetulan banget rasa pedesnya tinggal satu.”

“Sama-sama. Om Jeffry lagi belanja bulanan apa gimana? Banyak banget saya lihat,” tanyaku sambil melihat isi trolley Om Jeffry yang penuh.

Om Jeffry ikut melihat trolleynya. “Iya. Harusnya sama Aru, tapi namanya anak laki-laki susah banget diajak belanjanya. Apalagi Aru udah sibuk sama kuliahnya.”

Aku mengangguk-nganggukan kepala. Aru, aku belum bertemu lagi dengannya setelah pertemuan keluarga tempo hari.

“Oh ya Bira, kamu udah tukeran nomor sama Aru?” tanya Om Jeffry.

Aku menggeleng. “Belum Om.”

Om Jeffry menghela napasnya. “Padahal Aru udah saya suruh buat minta nomor kamu.” Om Jeffry merogoh kantung celananya, mengeluarkan hpnya dari sana. “Nomor kamu berapa? Biar saya kasih ke Aru nanti.”

Aku menyebutkan nomor hpku, lalu Om Jeffry mengetiknya. “Oke, langsung saya kirim ke Aru.”

“Om juga simpen nomor saya ya,” kataku.

Om Jeffry mengangguk. “Pasti dong, kamu 'kan calon menantu saya.”

Aku sedikit mengerucutkan bibir, maunya istri Om.

“Habis ini kamu mau langsung pulang?” tanya Om Jeffry.

“Enggak, saya mau ke rumah Mairin.”

Sebelah alis Om Jeffry terangkat. “Mairin itu kalau gak salah kakak kamu, 'kan?”

“Iya.”

“Saya pernah ketemu dia waktu Mairin masih kerja jadi sekertaris Pak Vino.”

“Dulu Mairin emang kerja sama Ayah, tapi semenjak hamil dan punya anak, dia milih jadi ibu rumah tangga sepenuhnya.”

DUA BARUNA [END✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang