94. Party

1.1K 170 141
                                    

Siangggg!!!! Ini adalah part ending dari Dua Baruna, selamat membaca❤
.
.
.

Aku meronta, melakukan segala cara agar orang-orang yang membawaku entah ke mana, melepaskanku. Beberapa menit yang lalu, saat Mas Jeffry meninggalkanku sendirian di kamar, ada seseorang yang mengetuk pintu kamar kami. Aku tidak berpikiran yang macam-macam, mungkin yang mengetuk berasal dari pihak resort yang akan mengantarkan makanan. Tapi begitu aku membuka pintu, tiba-tiba saja wajahku ditutup kain hitam, yang membuatku tidak bisa melihat apa-apa. Mereka menutup mulutku, dan kurasa menyeretku jauh dari kamar. “Lepasin gue!” Aku berteriak. Seseorang semakin kencang membekap mulutku. “Hmph lephhas...”

“Diem atau lo gue ceburin ke laut?” ancamnya.

Mendadak aku terdiam. Aku tak tahu apa yang mereka pikirkan, bisa saja mereka benar menceburkanku ke laut jika aku melawan. Bagaimana nasib suami dan anakku kalau aku di lempar ke tengah lautan? Mas Jeffry sudah sangat menderita karena kepergian Aru, tidak akan kubiarkan lagi dirinya melewati hal yang sama yaitu, kehilangan seseorang untuk kedua kalinya.

Masih tak tahu aku berada di mana karena mata yang ditutup dan tidak bisa melihat apa-apa, aku dipaksa duduk di kursi. Cengkraman tangan yang semula erat di tanganku semakin mengendur, lalu kain yang menutup wajahku dibuka. Aku melihat ke sekeliling, mendapati diriku berada di sebuah kamar. Belum sempat bertanya pada orang-orang yang membawaku kemari, mereka sudah lebih dulu pergi, meninggalkanku sendiri. Tak sampai satu menit, ada dua orang wanita yang asing bagiku masuk ke dalam kamar. Mereka membawa tas besar, dan satu gaun pengantin berwarna putih. “Mbak, ini di mana ya? Saya mau keluar boleh 'kan?” tanyaku.

“Pintunya udah dikunci dari luar,” balas salah satu dari mereka yang memegang tas. Dia membuka tas tersebut yang ternyata berisi alat makeup.

“Dikunci dari luar? Mbak tau siapa mereka?” tanyaku. Tak ada jawaban yang keduanya berikan. “Mbak jawab saya Mbak, saya harus keluar dari sini. Suami saya pasti lagi nyariin saya di luar sana, saya juga punya anak kecil yang harus saya urus Mbak. Please Mbak, bantu saya keluar dari sini ya? Ya?” pintaku memohon sambil memegang kedua tangan mereka. Aku hampir menangis, takut jika aku tak bisa kembali kepada keluargaku.

“Maaf Mbak, tapi Mbak gak bisa keluar sebelum saya menyelesaikan pekerjaan saya.”

“Pekerjaan apa maksudnya?” tanyaku tak paham.

“Saya seorang MUA Mbak, dan diminta oleh seseorang buat merias Mbak.”

“Buat apa saya dirias?! Saya cuma mau keluar dari sini!” Aku reflek membentak.

“Gak bisa Mbak, kalau Mbak maksa keluar, bukan cuma nyawa Mbak yang terancam, tapi kita juga. Tolong ya Mbak kerja samanya, saya juga takut...”

Aku benar-benar tidak dapat memahami situasi saat ini. Tapi kalau aku melakukan sesuatu dengan gegabah, bukan hanya nyawaku yang terancam, namun kedua orang itu juga. Akhirnya kubiarkan mereka melakukan pekerjaannya seperti yang diminta oleh seseorang yang tak kami kenal, selagi dirias, air mataku berjatuhan. Pikiranku melayang ke mana-mana, apalagi baru-baru ini aku membaca sebuah berita jika ada sekte sesat yang menculik wanita untuk dinikahi secara paksa dan disetubuhi. “Mas Jeffry, maafin aku...”

“Mbak, sekarang kita ganti baju ya.”

Tanpa banyak bicara, aku mengikuti setiap perkataan mereka. Tidak banyak yang bisa kulakukan sekarang, aku berusaha ikhlas dan menerima takdir yang sudah digariskan untukku. Aku menatap pantulan diriku di cermin, tidak bisa kupungkiri jika gaun ini sangat indah, mirip dengan gaun pernikahan yang sering kuimpi-impikan dulu. Sayangnya aku tidak bisa memakai gaun pengantin seperti ini di hari pernikahanku dulu, dan malah mengenakannya di hari menyedihkan ini. Belum selesai aku berkaca, tiba-tiba wajahku kembali ditutup kain hitam. Aku kembali dibawa pergi. Hanya menggunakan insting, aku menebak-nebak ke mana tujuan mereka membawaku. Suara deburan ombak terdengar jelas, pijakan yang semula hanya pasir putih, sekarang menjadi lebih keras dan berbunyi setiap kali aku melangkahkan kaki. Langkah kaki orang yang membawaku berhenti, spontan aku juga ikut berhenti. “Sebentar lagi kamu akan dinikahi oleh pria kaya yang—”

DUA BARUNA [END✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang