Gak akan ada season 2, kita genapin aja sampe 100 chapter yaaawww
.
.
.Pagi di keluarga Baruna di mulai oleh Bira yang membangunkan suaminya, lalu dia menyikat gigi, mencuci muka, memastikan Genta di box bayinya apakah masih terlelap atau sudah bangun, baru setelahnya turun ke dapur, membantu asisten rumah tangga membuat sarapan. Jeffry kembali mempekerjakan asisten rumah tangga sejak Bira mengandung Genta, lelaki itu tak tega melihat istrinya kelelahan mengurus rumah dan anak-anak mereka. Terlebih ketika mengandung Genta, kesehatan Bira menurun. Sebetulnya kehamilan Genta adalah kehamilan yang tidak direncanakan. Justru Bira dan Jeffry pernah membuat kesepakatan kalau Aya adalah si bungsu. Tapi lagi-lagi manusia hanya bisa berencana, sedang Tuhan menentukannya. Genta lahir sembilan bulan yang lalu, dia memiliki jarak umur yang jauh dengan Al. Maka tak heran jika Al mengajak Genta keluar, dia akan dikira ayah dari Genta.
“Mbok Ayu, pagi ini kita masak nasi goreng seafood ya, Mas Jeffry minta menu itu semalam,” ujar Bira seraya membuka kulkasnya, mengambil bahan-bahan dari sana.
“Ibu bukannya gak bisa makan seafood?” tanya Mbok Ayu.
“Iya saya gak makan kok, ini buat Mas Jeffry sama anak-anak. Saya mau buat roti bakar aja.”
Bukan hanya di dapur yang sibuk, di masing-masing kamar di rumah ini, para pengisinya juga mulai bersiap-siap sebelum memulai aktifitas. Sampai akhirnya pukul enam mereka berkumpul di ruang makan, Jeffry memakan sarapannya sambil memangku Genta, Al memakan nasi gorengnya lahap, dan Bira baru selesai membuat roti bakar. “Sebentar.” Bira bersuara. Dia menatap bergantian suami serta anak-anaknya. “Ini si Aya ke mana?” tanya Bira menyadari ketidakhadiran Aya bersama mereka.
Tak ada yang menjawab.
“Al, Aya gak kamu bangunin?” tanya Bira lagi.
“Udah, aku malah diusir. Yaudah aku tinggal.”
Bira menghela napasnya dalam. “Aya nih ya.” Dia berniat membangunkan putrinya, tapi Jeffry lebih dulu menahannya.
“Kamu gak usah bangunin Aya, biar Al aja yang bangunin,” kata Jeffry.
“Kok aku sih Pa? Aya gak mau bangun kalau aku yang bangunin, mending Mamoy aja. Sekali teriak pasti Aya langsung loncat,” balas Al. Dia malas berurusan dengan si usil Aya pagi-pagi begini.
“Dicoba dulu. Laki-laki kok cemen, baru gitu aja udah nyerah, sana bangunin,” titah Jeffry. Al mendengkus, lalu pergi ke kamar Aya. Masih seperti terakhir kali Al melihatnya, Aya tak beranjak dari ranjangnya, dia tidur dengan selimut yang menggulung tubuhnya. Al mendekati Aya, menarik selimut adiknya.
“Bocil bangun,” titah Al.
Aya menggeliat. “Ish aku 'kan udah bilang, gak mau sekolah hari ini.”
“Sembarangan lo. Bangun, sekolah, Papa sama Mamoy udah nunggu tuh di meja makan.”
Aya membuka matanya. Dia menatap sebal kakaknya. “Kok Kak Al bisa suka sekolah sih? Sekolah tuh pusing, aku dapet PR terus,” curhat Aya. Selain usil dan tak bisa diam, Aya juga tak suka belajar, baginya bermain dan mengusili orang lain itu lebih seru, berbanding terbalik dengan Al yang lebih suka belajar juga fotografer, terbukti dengan nilai lelaki itu di sekolah yang tak pernah mengecewakan.
Al terkekeh mendengarnya. Dia mengacak rambut Aya. “Gue gak suka belajar, sukanya Ami,” balas Al kemudian meninggalkan adiknya. “Cepet turun, kalau gak gue tinggal nanti.”
KAMU SEDANG MEMBACA
DUA BARUNA [END✔]
Fanfiction[17+][bukan BL]Kabira, dikenalkan pada Aru oleh orang tuanya dengan maksud akan dijodohkan. Namun gadis yang akrab disapa Bira itu jatuh hati pada Papa dari Aru, dia adalah Jeffry. "Jangan pindah hati ke Baruna lain, kamu cuma milik aku."