SIANG EPRIBADIH?! BAGAIMANA HARI LIBURNYA?!
.
.
.(JEFFRY POV)
“Ra udahlah gak usah dipikirin,” ujarku seraya mengusap bahu Bira, berusaha menenangkannya. Dia kelihatan syok setelah membuka ponselnya dan membaca artikel mengenai keluarga kami. Tak hanya itu, aku rasa Bira juga sempat membaca komentar-komentar buruk yang dilemparkan pada kami. Padahal aku sudah berusaha menyembunyikan ponsel istriku agar Bira tidak mengetahui soal ini. Kemarin sore, tiba-tiba saja berita mengenai aku yang menghamili Bira di luar nikah tersebar. Aku tidak tahu asal mula bagaimana kabar itu tersebar, tapi aku rasa itu dimulai ketika aku mengunggah foto putraku. Bahkan orang-orang yang berusaha menjatuhkan keluargaku, sampai mengumpulkan bukti-bukti foto Bira ketika dia masih menjadi mahasiswi dan pergi ke dokter kandungan. Banyak dari mereka yang mengatakan bahwa istriku adalah seorang wanita murahan. Beberapa dari mereka juga tahu mengenai Bira yang sempat dijodohkan dengan Aru namun justru berakhir denganku. Hal inilah yang memperkeruh keadaan, di luaran sana orang-orang berlomba-lomba mengeluarkan spekulasi mereka mengenai kehidupan keluargaku, terutama Bira.
Bira melihatku. Matanya berkaca-kaca. “Mas, aku gak masalah orang-orang di luar sana ngomongin tentang aku. Tapi mereka udah bawa-bawa Al, Aru, kamu, bahkan Ayah kamu. Mereka bilang keluarga Baruna gak pernah beres. Masa lalu kamu sama Mbak Bianca bahkan mereka tau. Itu semua terjadi gara-gara aku.” Bira menitikan air matanya, segera kutarik Bira ke pelukanku. Beruntung hanya ada kami berdua di kamar, Al dipindahkan oleh Aru ke kamarnya karena putra sulungku tahu aku dan Bira membutuhkan waktu berdua. “Aku ngerusak reputasi keluarga kamu yang udah dibangun lama sama Ayah kamu.”
Aku menggeleng. “Enggak, kamu gak ngerusak. Aku justru yang ngerusak kamu, bikin kamu diusir sampai kamu di DO dari kampus.”
“Aku beneran gak apa-apa Mas mereka mau ngatain aku jalang, cewek murahan, lonte, atau semacamnya. Tapi aku gak bisa liat kamu dan keluarga kita dihina. Aku harus apa Mas supaya mereka berhenti hujat keluarga kita?” tanya Bira tersedu.
“Hei sayang liat aku.” Aku menangkup wajah Bira agar menatapku. “Kamu nanya gimana supaya mereka berhenti hujat? Diemin aja, gak usah di respon. Mungkin ini sulit buat kamu karena kamu baru pertama ngalamin hal kayak gini, tapi percaya Ra, berita kayak gini gak bertahan lama. Mereka yang hujat keluarga kita itu cuma cari perhatian aja, kalau kita gak respon, mereka bakal bosen sendiri.”
“Tapi aku gak terima sama mereka yang bilang kalau Al anak haram. Dan tadi aku juga sempet baca, kalau Aru dituduh ngelakuin yang engga-engga ke aku kalau kamu gak di rumah. Mereka keterlaluan sama anak-anak kita Mas. Mana bisa aku diem aja?”
“Iya Yang aku paham. Tapi kamu jangan pusing mikirin soal ini ya? Biar aku yang urus. Kamu gak boleh sampai stress, asi kamu nanti sedikit, dan luka pasca operasi juga bisa semakin lama sembuhnya. Kamu harus happy.” Ini yang aku khawatirkan jika Bira sampai tahu mengenai berita yang sedang hangat-hangatnya diperbincangkan mengenai keluarga kami. Aku takut Bira tidak bisa mengontrol emosinya. Apalagi dia baru saja melahirkan, dan dokter bilang kondisi emosional seseorang yang baru saja melahirkan itu belum stabil. Aku tak ingin kekhawatiran Bira berdampak pada masa-masanya sebagai ibu baru. Bira harusnya menikmati masa-masanya sekarang, bukan justru memusingkan hal seperti ini. “Maafin aku ya gak bilang ke kamu dari awal konsekuensi apa yang harus kamu terima kalau jadi istri aku. Salah satunya ya ini, siap di bicarakan di mana-mana. Terlebih pernikahan kita dilakuin setelah kamu hamil.”
“Aku cuma ngerasa bersalah sama anak-anak kita dan keluarga kamu,” kata Bira.
“Mereka yang udah ngehina Al dan Aru emang keterlaluan. Tapi kamu jangan musingin itu, percaya sama aku. Dalam waktu dekat ini aku pasti bisa selesain itu semua dan bikin orang-orang bungkam. Ya?” bujukku agar Bira berhenti menangis. Semenjak dirinya hamil dan melahirkan, Bira mudah sekali menangis. Padahal dulu dia bukan tipe orang yang seperti ini. Apa ini karena kesalahanku juga yang sudah menorehkan banyak luka pada Bira sehingga dia berubah menjadi rapuh? Sepertinya iya. “Sayang, jangan nangis oke?”
KAMU SEDANG MEMBACA
DUA BARUNA [END✔]
Fanfiction[17+][bukan BL]Kabira, dikenalkan pada Aru oleh orang tuanya dengan maksud akan dijodohkan. Namun gadis yang akrab disapa Bira itu jatuh hati pada Papa dari Aru, dia adalah Jeffry. "Jangan pindah hati ke Baruna lain, kamu cuma milik aku."