Seorang Rachel Loh yakin ia bakal tidak bisa tidur semalaman. Ia menangkupkan bantal ke wajahnya yang sepertinya masih saja memerah. Mau ditaruh dimana mukanya.
Ia malu luar biasa.
Wajah Mr. Milo yang memandangnya dengan penuh concern alias keprihatinan itu membuatnya salah tingkah. Bukan panas matahari siang yang membuat kulitnya memerah, tetapi jelas karena kehadiran Mr. Milo itu sendiri.
Rachel ingat ketika wajah Mr. Milo mendekat ke arahnya sebagai bentuk rasa perhatian karena kulit wajahnya memerah seperti terbakar. Rachel seperti patung, membatu dan membeku. Ia tak bisa bergerak sama sekali. Di saat yang sama, sepasang matanya berhasil memindai setiap lekuk wajah Mr. Milo.
Garis dagunya yang tegas. Hidungnya yang mancung. Sepasang matanya yang jernih tetapi tajam. Bibirnya ... ya ampun, bibirnya.
Rachel berteriak sekeras-kerasnya. Suaranya terbenam di balik bantal.
Perasaan macam apa ini? Ia sudah akui berkali-kali bahwa ia memang suka sekali dengan Mr. Milo. Biasa lah, perasaan seorang gadis SMA biasa yang masih naksir sini naksir sana. Kapan lagi ada guru baru yang setampan ini.
Tapi kok, rasa sukanya itu makin hari makin menjadi, ya? Pikir Rachel.
Bahkan dalam keadaan yang memalukan seperti ini, wajah Mr. Milo melekat erat di otaknya.
Saat itu, Rachel hanya bisa menggeleng pelan. Saking pelannya, Rachel tak yakin ia sudah berhasil menggerakkan kepalanya.
"Emang gitu Rachel, Sir. Mungkin kekenyangan," kali ini Dwi yang merespon asal.
Walaupun itu merupkan sebuah lelucon yang tidak lucu sama sekali, Mr. Milo tersenyum. "Kalau sakit atau apa, ikut saya ke medical room."
Baru kemudian Rachel bisa sepenuhnya sadar. Ia menggeleng dengan lebih kuat kali ini.
Mr. Milo akhirnya sungguh beranjak dari tempatnya, meninggalkan Rachel yang lemas, serta teman-teman Rachel yang menatapnya dengan pandangan aneh.
"Lo kenapa sih, Rach. Sok idih, ih," protes Sophia.
Tapi saat itu, sungguh Rachel merasa jiwanya tersedot habis. Ia tak bisa kesal dengan teman-temannya, tetapi tak bisa menutupi rasa malu yang sudah terlanjur menguar dari balik tubuhnya.
Setelah kejadian itu, seharian Rachel hampir berhenti berbicara. Sophia risih karena menganggap Rachel berlebihan. Rachel sendiri antara kesal dan berterimakasih dengan Vivian yang dengan genitnya menyapa Mr. Milo dan bersikukuh mengajaknya berbicara. Akibatnya Mr. Milo mendekati mereka hari itu dan membuat Rachel seperti ini. Namun, di sisi yang lain, kejadian memalukan itu membuat Rachel ingat lekuk wajah tampan sang guru.
Ia mungkin sedang meriang sekarang. Malu luar biasa. Kesal. Namun sekaligus berbunga-bunga. Ada kupu-kupu beterbangan di dalam rongga dadanya. Padahal ia terhitung baru melihat Mr. Milo sebanyak tiga kali. Pertama pada saat perkenalan di hall. Kedua saat Mr. Milo mengajar sejarah di kelasnya. Dan terakhir pada saat kejadian memalukan tersebut. Hanya saja, mengapa senyum dan tawa memesona Mr. Milo melekat di otaknya dengan erat seperti ini?
Sosok Mr. Milo masih terlihat muda, tetapi bukan jenis yang bertampang manis apalagi kekanakan. Kemudaannya mewakili energi dan semangat. Seperti ada positivity yang berarak di atas kepala sang guru laki-laki itu. Rachel belum tahu usia Mr. Milo. Tapi mungkin masih di angka duapuluhan. Entah duapuluh lima atau paling banter duapuluh tujuh.
Mendadak Rachel menghitung usianya sendiri dan jarak antara usianya dan umur Mr. Milo. Bila ia sekarang baru saja tujuhbelas tahun, maka bila Mr. Milo duapuluh lima, mereka berjarak delapan tahun. Cukup jauh, tapi masih wajar untuk pasangan, pikir Rachel.
Membayangkan ini wajah Rachel kembali memerah.
Bisa-bisanya ia membayangkan bahwa ia sedang berpacaran dengan seorang guru laki-laki!
Hape Rachel berbunyi berkali-kali, menunjukkan nada pesan WhatsApp group yang masuk. The Four Musketeers adalah nama WhatsApp group geng ini, merujuk pada sebuah novel klasik dari seorang penulis Prancis bernama Alexandre Dumas berjudul The Three Musketeers atau Les Trois Musquetaires. Itu adalah satu-satunya novel yang mereka baca sampai habis bersamaan di pelajaran bahasa Inggris di awal-awal persahabatan mereka ketika duduk di bangku kelas 9.
Saat itu Sophia bertepuk tangan gembira karena teman-teman satu kelompoknya di kelas berhasil menyelesaikan membaca novel yang menjadi tugas term kedua itu. Bagi dirinya yang memang sudah menggilai buku, bukanlah hal yang sulit untuk membaca. Maka, sebagai bentuk perayaan keberhasilan atas kesuksesan ini, jadilah mereka menamakan geng mereka dengan The Four Musketeers, memelesetkannya dari tokoh the three musketeers di dalam novel.
"Toh, memang tokoh di dalam novel itu ada empat 'kan? D'Artagnan, Athos, Aramis dan Ponthos," ujar Rachel saat itu berbangga hati karena masih hapal nama-nama tokoh utama di dalam novel klasik itu.
Dengan enggan Rachel meraih hape dan membuka pesan dari sahabat-sahabatnya tersebut.
_Vivi_ : "Woy guys. Mr. Maiiiloo masih jombloo ..."
Dwi Jayanti \0/ : "Woy tau dari mane?"
_Vivi_ : "Ak kepoin IGnya."
Dwi Jayanti\0/ : "Ih ih, mau dong."
_Vivi_ : "Don't be lazy darlin. Tinggal search aja sih. Pake nama
lengkap. Milo Narendra."
Dwi Jayanti\0/ : "Kok you bisa tau sih mr milo jomblo?"
_Vivi_ : "Just look at the account babe. Isinya fotografi semua."
Dwi Jayanti\0/ : "Kan bisa aja foto gfnya gak dimasukin di ig."
_Vivi_ : "Just trust me. He's damn single!"
Sophie : "Seriously? You guys masih bahas mr milo?"
Dwi Jayanti\0/ : "Duh ... emang ada hal yang lebih menarik dibahas
dibanding beliau? We wont talk about any of your favorite books ya."
_Vivi_ : "Lagian yang udah punya pacar mending shhh aja sih."
Dwi Jayanti\0/ : "Nah tuh."
......................................................................
......................................................................
Rachel tidak memberikan respon apapun terhadap percakapan ini. Lagi-lagi nama Mr. Milo disempalkan ke pikirannya.
Dwi Jayanti\0/ : "Eh rachel mana nih?"
Dwi Jayanti\0/ : "Rach ... rach. You ok?"
Sophie : "Eh rach lo knapa maren? Beneran kena panas?"
Dwi Jayanti\0/ : "Heloow. You gak kenal rachel apa gmna soph?"
Dwi Jayanti\0/ : "Gara-gara vivi tuh ..."
_Vivi_ : "Lah, kok ak?"
Dwi Jayanti\0/ : "Kan you yang nyapa terus ngomong sama mr milo pertama kali."
_Vivi_ : "So?"
Dwi Jayanti \0/ : "Didn't you see she was embarrassed?"
_Vivi_ : "Ih iya. Soorryy girl. Tapi kan masak sampe semalu itu."
......................................................................
......................................................................
Dwi Jayanti \0/ : "Rach ... are you there?"
Rachel sama sekali tidak berniat untuk menjawab pertanyaan Dwi atau mereson apapun.
Sophie : No waaayy ... are you in love my dear rachel?"
Rachel langsung menutup percakapan itu. Ia kembali berbaring dan menutup wajahnya dengan bantal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lini Masa
RomanceRachel Loh sepertinya sungguh suka dengan Mr. Milo. Bukan hanya suka, Sophia Chang, sang sahabat, mencurigai bahwa Rachel sedang jatuh cinta pada guru baru mata pelajaran history di sekolah mereka tersebut. Rachel sendiri tidak malu-malu mengakui ba...