Kemenangan

3 2 0
                                    

Silvia seperti sedang merenguk kemenangan. Walau sekajap saja, tadi ia seperti sudah berhasil mencuri perhatian Mr. Milo lengkap.

"You know me?"

"Well, I'm a teacher, right?" jawab Mr. Milo.

Ia memang seorang guru, jadi masuk akal saja bila ia mengetahui siapa Silvia. Namun, tetap saja pastilah adalah semacam effort untuk mengetahui siapa dirinya. Silvia menjadi semakin penasaran, apa yang Mr. Milo ketahui tentang dirinya sejauh ini.

"So, what do you know about me?" tanya Silvia agak bersemangat. Ia tersenyum lebar, terlihat sangat cantik.

Mr. Milo merespon pertanyaan Silvia dengan terlebih dahulu tersenyum.

Saat itulah Silvia sadar mengapa guru baru yang satu ini dibicarakan banyak murid dan menjadi perhatian. Ia baru sekali ini melihat dengan dekat seperti apa Mr. Milo itu. Ketika tersenyum, ia merasakan hal aneh menjalari seluruh tubuhnya. Seakan-akan ia sedang terisap ke dalam sebuah lubang di bumi. Ia bahkan tersentak sedikit, seperti tersengat aliran listrik. Garis-garis rahangnya menunjukkan kesan maskulinitas, tetapi di saat yang sama, dahi, mata dan hidungnya memberikan kesan lembut, manis dan ramah di saat yang sama.

Mr. Milo adalah sosok yang tampan, pikir Silvia kala itu.

"What can I tell? Hmm, I know you followed my account, and you're a popular girl. That I know," jawab Mr. Milo. Ia mengangkat alis dan membentuk raut wajah: "Well, well, well ... who's here?"

Sat itu pula Sivia sadar, ia memang mem-follow akun Instagram Mr. Milo. Maka jelas Mr. Milo tahu siapa dia. Silvia hampir saja kecewa karena beranggapan terlalu tinggi. Ia awalnya curiga Mr. Milo mencari-cari informasi mengenai dirinya sedemikian rupa. Siapa yang tidak kenal dirinya dan tidak mau mencoba mengenal, bukan?

Namun, walau sedikit kecewa, tetap saja ia tak mungkin bertekuk lutut kalah.

Tidak saat ini!

Silvia langsung mengubah raut wajahnya yang cantik dan berkesan dewasa itu menjadi pura-pura sebal. "You know I followed you, and you didn't follow me back, Sir? You're so mean, Pak."

Mr. Milo kembali tertawa. Silvia kembali tersengat dengan pesona gurunya yang satu itu.

"Alright, I'll follow you back," jawab Mr. Milo singkat.

Sesederhana itu percakapan mereka tadi. Silvia berpamitan dan keluar dari Faculty Room. Ia bahkan tidak lagi berniat untuk mencari Ms. Cindy. Namun, meski sejenak saja pertemuan mereka tadi, akibatnya luar biasa bagi Silvia. Silvia yang awalnya hanya ingin menunjukkan kepada orang-orang superioritasnya, bahwa ia akan menaklukkan guru baru yang sedang menjadi perbincangan panas di Uni-National, serta menegaskan posisinya sebagai gadis yang paling populer di jagad raya, kini harus memikirkan kembali rencananya masak-masak. Ini bukan lagi main-main. Mr. Milo secara mengejutkan tampak menjadi sosok yang sangat menarik di depan Silvia. Lalu, bagaimanapun juga Mr. Milo sempat mengecek akun Instagram-nya, melihat-lihat satu dua fotonya yang Silvia sadar, menunjukkan habis-habisan pesonanya. Maka, kini paling tidak, ia masih bisa berharap Mr. Milo bisa saja kecantol dengan salah satu pose dan kecantikannya.

Yang lucu adalah bahwa Silvia sendiri terkejut bahwa Mr. Milo bisa begitu mempesona, semenarik itu. Ia tak bisa lagi underestimate niatan siswi-siswi lain yang mencoba menggoda guru laki-laki itu. Makin jelas dan terang-benderang sekarang langkah-langkah apa yang harus ia ambil untuk mendapatkan kemenangan mutlak. Nampaknya ia sudah memutuskan menempatkan dirinya sebagai seorang tokoh antagonis di dalam cerita ini.

Silvia terkekeh bak seorang penyihir perempuan yang licik dan kejam.

Selanjutnya ia hanya perlu mendapatkan nomer telepon pribadi Mr. Milo. Untuk sementara, ia akan lebih aktif di Instagram, mungkin bahkan menghubungi guru barunya itu lewat personal message di akunnya. Bukan hal yang sulit bagi seorang Silvia.

Di faculty room sendiri, Milo meregangkan otot-ototnya. Hari ini ia tidak memiliki banyak jadwal. Ia sudah sudah selesa mengecek dan mengoreksi tugas-tugas murid-muridnya yang berupa tulisan-tulisan tangan, atau proses esai dalam bentuk Google docs yang dibagikan melalui tautan Google drive.

Ia memutuskan untuk kembali mencari-cari informasi lanjutan mengenai Hong Kong. Rian mungkin akan lebih fokus kepada hal-hal teknis, seperti tiket pesawat dan penginapan, dan tentu saja biaya. Ia sendiri harus siap dengan jadwal tur, tempat-tempat yang perlu dikunjungi oleh murid dan apa yang harus mereka lakukan disana selain tentu saja, untuk bersenang-senang.

Ketika sedang berselancar di Internet, Milo mendadak terpaku pada satu pemandangan. Ia sedang membaca sebuah artikel tentang Victoria Harbour di Hong Kong. Tempat itu adalah salah satu tujuan wisata dan juga merupakan ikon dari kota Hong Kong. Victoria Harbour pada dasarnya adalah daerah dataran yang terbentuk secara alami yang memisahkan pulau Hong Kong di selatan dengan Semenanjung Kowloon di utara. Tempat ini dipenuhi dengan bangunan-bangunan tinggi dan modern yang berada di sekitar perairan. Para turis biasanya menikmati pemandangan, mengambil gambar atau berjalan-jalan di tempat yang memang sudah dirancang untuk para pejalan kaki, atau berbelanja di gerai-gerai brand ternama dunia yang bertebaran di sekitar tempat tersebut.

Tempat ini juga merupakan kawasan yang terkenal dengan patung Bruce Lee seukuran manusia normal. Tidak heran karena tepian laut yang berbentuk pagar tersebut dikenal dengan Avenue of Stars, dimana selain Bruce Lee, ada banyak nama aktor, aktris, sutradara dan orang-orang penting di dalam industri perfilman Hong Kong yang besar tersebut. Nama-nama mereka terukir bersama cap tangan, yagn kurang lebih konsepnya serupa dengan Hollywood Boulevard di Amerika Serikat.

Yang membuat Milo terpaku adalah adanya foto sebuah kapal berbentuk klasik dan ikonis yang berlayar di perairan di tengah foto dengan latar belakang gedung-gedung bertingkat. Kapal itu adalah sebuah jung China dengan layar terkembang berwarna merah marun yang khas.

"Duckling," gumam Milo. Ia teringat pertemuannya yang tidak sengaja dengan murid perempuannya yang bernama Rita di Gia's Toys and Models tempo hari. Setelah membahas sedikit mengenai jung khas perairan di Victoria Harbour itu, kelak ia akan melihat sendiri secara langsung.

Ini kemudian membuatnya mendapatkan ide untuk tugas murid-muridnya di field trip nanti. Maka, sudah satu tujuan jelas ia dapatkan di Hong Kong. Ia tidak akan heran ketika nanti Rita akan bersorak kegirangan ketika juga melihat kapal itu secara langsung.

Milo tersenyum-senyum sendiri membayangkan wajah Rita yang selama ini diketahuinya kaku dan cenderung kelam itu akan tersenyum ceria. Milo merasa ia perlu ada di tempat itu, menjadi saksi sebuah kejadian langka yang fenomenal.

Milo kembali tersenyum-senyum sendiri. Ia merasa seperti seorang tokoh penting yang dapat mengubah perilaku dan sifat seseorang dengan pengaruhnya. Sebenarnya Milo juga tidak salah, tetapi terlalu banyak hal yang tidak ia pahami.

Lini MasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang