Talulah menahan nafasnya melihat Mr. Milo sudah hadir terlebih dahulu di pameran bahari tersebut. Tidak sulit melihat sosok Mr. Milo yang hari ini mengenakan celana jins berwarna hitam, sepatu boots berwarna pasir, dan kemeja lengan pendek berwarna marun. Ia terlihat sedang sibuk memperhatikan sebuah model kapal yang cukup besar di dekat pintu masuk.
Suasanya sebenarnya cukup ramai. Banyak orang yang tertarik dengan pameran ini, tepi juga tidak terlalu padat sehingga pameran ini masih bisa dinikmati dengan baik.
"Itu yang disebut perahu bercadik, ya Pak?" tanya Rita. Ia tadi langsung saja mendekat ke arah Mr. Milo dan berdiri di sampingnya.
Mr. Milo memalingkan wajahnya menatap ke arah siapa yang berbicara dengannya. "Wah, jadi datang juga? Sama siapa, Rita?"
Rita tersenyum sumringah. "Tadi barengan sama William, Pak. Kebetulan pas dia ada acara nonton di bioskop sama temennya, jadi bisa bareng berangkatnya," ujar Rita sembari tertawa kecil.
Inilah mengapa ia meminta William untuk mengantarkannya ke mall, agar ia memiliki alasan. Seakan-akan ia juga kebetulan bisa menghadiri pameran bahari itu karena William juga memiliki acara di mall yang sama. Rita tidak terlihat terlalu berniat dan bersemangat.
"Pas juga ya. Saya juga baru sampai," ujar Mr. Milo pendek.
Tak lama sepasang mata Mr. Milo berbinar bersemangat. "Nanti deh, di dalam kamu bisa lihat duckling-nya. Tapi saya mau muter-muter dulu. Mau langsung lihat duckling-nya?"
"Ehm, saya ikut Bapak lihat-lihat boleh? Sekalian bantu jelasin kalau ada yang berhubungan dengan materi esai saya," ujar Rita malu-malu, khawatir Mr. Milo curiga bahwa ia datang ke tempat ini utamanya memang agar bisa bertemu Mr. Milo.
"Great. Let's do this, then," ujar Mr. Milo terlihat masih sama bersemangatnya.
Maka dimulailah journey hari itu. Sebuah kegiatan yang sederhana, tetapi memiliki salah satu makna terpenting di dalam hidup seorang Rita Lim, seorang gadis sekolah yang mulai beranjak dewasa. Ini adalah bagian dari perjalanan kehidupannya, awal mula kisah cinta yang akan membentuk pribadi dan memorinya kelak.
Tentu saja semua dimulai dari model perahu bercadik yang memang merupakan tiruan kapal Jawa yang terukir di relief candi borobudur yang tadi ditanyakan oleh Rita. Mr. Milo dan Rita sungguh benar memperhatikan bentuk dan detil dari model tiruan itu.
"Can you imagine that this country had this kind of technology in the past?" tanya Mr. Milo kepada Rita tentang betapa hebatnya bangsa ini di masa lalu, terutama karena mendapatkan fakta bahwa kapal layar bercadik ganda ini di masa lalu mampu berlayar mengarungi Samudra Atlantik sampai ke Ghana, Afrika.
Rita mengangguk setuju. "Kapal ini berbeda dengan kapal-kapal layar di zaman kerajaan Majapahit seperti jung, malangbang atau kelulus. Semua jenis kapal itu nggak ada cadiknya."
"Iya. Saya pikir karena untuk pelayaran sejauh itu, dua cadik kayu di samping kapal digunakan sebagai penyeimbang kapal," lanjut Mr. Milo. Ia kemudian membaca keterangan yang tertulis di depan model kapal tersebut. "Coba deh cek, Rit. Kapal ini pernah berlayar sampai ke Ghana pada abad ke-9 Masehi, melewati Kepuluan Maladewa, Madagaskar, sampai Tanjung Harapan di Afrika Selatan, kemudian Ghana di pesisir barat benua Afrika. Berarti, kapal ini telah berlayar selama berbulan-bulan sejauh 11.000 mil laut ata sekitar 20.372 kilometer."
Rita membuat kata 'wow' dengan bibirnya.
Model Kapal Borobudur yang berukuran cukup besar dan menonjol karena diletakkan di depan pintu masuk pameran bahari itu dijelaskan merupakan tiruan dari konstruksi ulang kapal yang dibuat oleh Erik Petersen, seorang peneliti asal Denmark yang sudah lama tinggal di Banjarmasin, Kalimantan Selatan.
Setelah cukup mengagumi model kapal tersebut, pelan-pelan keduanya beriringan mengunjungi beragam jenis model kapal lain beragam ukuran. Mulai dari kapal-kapal nusantara, sampai ke kapal-kapal Asia yang sedikit banyak memiliki pengaruh kepada atau dipengaruhi oleh kapal-kapal nusantara.
Rita menikmati setiap detik kebersamaan 'berkualitas' antara dirinya dan Mr. Milo. Ia merasa telah menjadi sosok yang semakin baik dan pas disamping Mr. Milo. Mungkin ia tak dengan gamblang berani berpikir bahwa ia bisa mendapatkan Mr. Milo sebagai kekasihnya di dunia nyata, tetapi bersama Mr. Milo menghabiskan waktu seperti ini sungguh tak ternilai harganya serta sangat istimewa.
Mr. Milo memiliki aroma yang menenangkan. Lembut, wangi, manis, tetapi terasa kuat aura laki-lakinya yang tegas dan kuat. Rita tidak bisa menjelaskannya, tetapi yang jelas, bersama dan berdampingan dekat dengan Mr. Milo sangat menyenangkan. Ia betah berlama-lama dengan guru laki-lakinya ini.
Sudah tigapuluh menit kebersamaan Mr. Milo dan Rita di dalam ruang pameran bahari tersebut. Rita merasa interaksi mereka sangat padat. Ia sendiri tak menyangka bahwa ia bisa berbicara secerewet dan sebebas ini. ia luwes saja menyatakan pendapat dan isi di dalam pikirannya. Mr. Milo yang juga memang pandai berbicara dan talkative, tidak mendominasi percakapan mereka. Ia tetap berlaku sebagai seorang guru yang membimbing dan mendampingi muridnya.
Rita tak keberatan dengan itu. Ia wajar bila Mr. Milo adalah sosok guru selayaknya. Walau bertemu di luar sekolah seperti ini, Mr. Milo tetap menunjukkan sikapnya yang hangat dan bersahabat, tetapi sama kadarnya dengan ketika ia berada di sekolah. Rita juga paham bahwa Mr. Milo senang bila bisa membuat setiap siswanya tertarik dengan pelajaran yang ia ampu.
Rita memandang ke arah lekukan dan sudut-sudut wajah Mr. Milo yang tegas itu, kemudian merasa malu sendiri karena terpesona. Ia khawatir bila harus menatap wajah rupawan itu terlalu lama.
Ia teringat dengan perilakunya kepada Mr. Milo sebelum ini yang angkuh, cuek, dingin dan tak peduli. Rita kemudian tersenyum simpul sendiri membayangkan bagaimana leganya perasaan Mr. Milo karena pertemuan mereka yang tidak sengaja di Gia's Toys and Models itu meruntuhkan sikap seorang siswi yang kurang terbuka di kelasnya.
Ia menghargai usaha Mr. Milo memberitahukan tentang pameran bahari ini karena melihat ketertarikannya kepada kapal khas Hong Kong itu. Mr. Milo mungkin juga akan sangat senang ketika Rita sunguh datang hari ini. Berarti ia memberikan pengaruh yang positif bagi muridnya itu.
Rita tak peduli. Ia juga tak berharap apa-apa. Ia hanya ingin menikmati hari ini bersama sang guru.
Masalahnya, perasaan Rita ini mungkin karena ia tak tahu ada beberapa murid perempuan yang juga memiliki rasa suka yang tidak biasa terhadap Mr. Milo. Talulah memiliki harapan yang tinggi dan bahkan merasa ia satu-satunya gadis yang berhak memiliki Mr. Milo. Ia merasa sudah dekat dan memiliki hubungan yang intim dengan Mr. Milo, melebihi siapapun di sekolah ini. Rachel, tentu saja, sudah mulai mengembangkan perasaan dan niatnya. Yang meskipun awalnya ia berkata kepada Sophia bahwa ia hanya akan sekadar menikmati rasa dan kebersamaannya bersama Mr. Milo sampai entah nanti lulus sekolah atau Mr. Milo memiliki pasangan, sekarang ia malah sudah berani nekat berharap lebih. Belum lagi Silvia yang ikut dalam percaturan asmara ini hanya demi kesenangan sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lini Masa
RomanceRachel Loh sepertinya sungguh suka dengan Mr. Milo. Bukan hanya suka, Sophia Chang, sang sahabat, mencurigai bahwa Rachel sedang jatuh cinta pada guru baru mata pelajaran history di sekolah mereka tersebut. Rachel sendiri tidak malu-malu mengakui ba...