Rita tersenyum lebar. Angin menghempaskan rambutnya yang tak diikat. Ia tak peduli, pemadangan yang terhampar di depannya sulit untuk diungkapkan dengan kata-kata. Ia berada di Avenue of Stars dengan duckling yang bentangan layar berwarna merah marun atau merah pudarnya itu sudah lewat dua kali di teluk ini. gedung-gedung tinggi menjadi latar belakang pemandangan tersebut, yang sebenarnya berada tepat di seberang Tamar Park yang mereka kunjungi kemarin. Mr. Milo yang berada tepat di sebelah Rita sedang sibuk memotreti kapal-kapal tersebut dengan kameranya. "Nanti saya email-kan foto-fotonya, ya?" ujarnya kepada Rita. Ia tahu seberapa berharganya ini bagi murid perempuannya itu.
Rita bisa saja berangkat bersama saudara kembarnya, William, atau keluarga ke Hong Kong kapan saja karena ia memang berasal dari keluarga mampu. Namun, tentu saja permasalah utama bukan pada kemampuan itu, melainkan kebersamaan dengan Mr. Milo. Rita tak pernah sebahagia ini di dalam hidupnya. Ada sosok Mr. Milo di sampingnya yang secara khusus sepertinya memang menemaninya. Laoshi Stephanie kini yang terlihat lebih sibuk dengan tugasnya. Ia memeriksa aktifitas murid yang bercakap-cakap dengan para turis dengan menggunakan bahasa Mandarin. Mereka mencatat dan merekam kegiatan yang ditugaskan oleh Laoshi Stephanie. Sebelumnya, Mr. Milo yang terlebih dahulu sibuk dengan tugas yang ia berikan ketika murid-murid sampai di Hong Kong Museum of History sebelum sampai di Avenue of Stars.
Rita tidak heran Silvia Johnson sudah merapat ke sisi Mr. Milo dari awal keberangkatan mereka ke Hong Kong. Rita juga sempat melihat Talulah kembali mendekat. Itu cukup wajar karena Talulah memang sudah akrab dengan Mr. Milo sejak hari pertama guru sejarahnya itu mengajar. Namun, Rita juga tahu bahwa gadis secantik Talulah mungkin tak bisa sekadar mengurus kepentingan materi pelajaran belaka dengan Mr. Milo. Ia saja yang tidak menunjukkan ketertarikan luar biasa kepada sejarah bisa tertarik dengan Mr. Milo, apalagi murid perempuan yang selalu bertemu dengannya.
Rita juga ikut tertawa ketika melihat dua hari ini Mr. Milo dan Rachel secara tidak sengaja mengenakan busana yang serupa, outfit dari ujung kepala sampai ke ujung kaki. Dan entah mengapa, Rita tidak keberatan dengan itu. Rachel adalah seorang gadis yang luar biasa cantik menurutnya. Gadis yang ditaksir habis-habisan oleh saudara kembarnya itu memiliki rupa yang manis dan penuh keceriaan. Ada aura positif yang selalu ditebarkan dimanapun ia berada. Mengapa Rita malah berpikir bahwa Mr. Milo dan Rachel bisa menjadi pasangan yang cocok di dunia nyata, meskipun ia tahu itu tak mungkin.
Rita bercermin pada diri sendiri dan melihat William disana. Ia kasihan dengan saudara kembarnya itu karena masih tak tahu juntrungannya. Hubungan dengan si cantik dan baik Rachel masih belum jelas. Sedangkan, ia sendiri sudah terjebak ke dalam kisah percintaan yang juga kelak akan berakhir buruk. Ia tak mungkin bersanding dengan Mr. Milo. Itu terlalu mustahil. Lucunya ia malah berpikir Rachel terlihat pas dengan Mr. Milo. pemikiran macam apa ini?
Rita bagaimanapun sangat sadar dengan keadaan dan situasinya. Ia hanya berencana untuk menikmati saat-saat kebersamaannya dengan Mr. Milo hari ini. Ia masih muda, baru di usia SMA. Mana mungkin ia tahu apa itu cinta sejati, meski yang ia rasakan terhadap Mr. Milo bukan sesuatu yang bisa disepelekan.
Tujuan utama field trip hari kedua ini adalah memang ke Avenue of Stars. Rencananya, malam hari nanti mereka akan melanjutkan ke Temple Road.
Dari stasiun MTR Wong Chuk Hang yang ditempuh dengan berjalan kaki dari hotel mereka seperti kemarin, murid-murid kemudian menggunakan jalur South Island menuju ke Admiralty di wilayah Central. Admiralty adalah sebuah stasiun MTR yang digunakan sebagai pusat semua jalur untuk kemudian masing-masing penumpang melanjutkan ke jalur lain yang mereka tuju. Maka Admiralty adalah sebuah tempat untuk penumpang transit.
Setelah sampai di Admiralty, para guru kembali membawa para murid bergerak cepat untuk berganti kereta menyebrang laut menuju ke East Tsim Sha Tsui Subway Station dengan jalur bawah tanah, bahkan bawah laut, dengan jalur Tsuen Wan.
Para murid kemudian keluar dari stasiun tersebut di wilayah Tsim Sha Tsui yang merupakan salah satu pusat di Hong Kong. Yang membuat bahkan Mr. Milo bersemangat bukan hanya vibes perkotaan dengan bangunan tinggi dan jalan yang ramai, melainkan titik-titik sejarah di wilayah yang usianya saja sudah lebih dari dua ratus tahun itu.
Setelah lebih dahulu sarapan di hotel, kali ini memang sungguh merupakan giliran Mr. Milo. Tsim Sha Tsui yang berada di wilayah pulau Kowloon, dipenuhi dengan musium dan peninggalan sejarah. Ada beragam musium yang terletak di satu area dengan Avenue of Stars seperti Hong Kong Museum of Art, Hong Kong Space Museum dan Hong Kong Maritime Museum. Rita tentu saja akan girang bila mereka bisa mengunjungi musiu maritim. Namun begitu, para guru harus bisa mengakomodasi semua murid dan pelajaran yang diperlukan. Maka, tujuan utama mereka sebelum mengunjungi Avenue of Stars adalah Hong Kong Museum of History dan Hong Kong Science Museum yang terletak berdekatan. Maka, Cindy sebagai guru Fisika beserta Mr. Fredi sebagai guru Matematika mendapatkan kesempatan yang besar pula untuk membawa anak-anak ke musium ilmu pengetahuan.
Tsim Sha Tsui adalah sebuah wilayah dengan jalan ramai oleh para pengunjung maupun pekerja dari beragam belahan dunia. Hong Kong adalah sebuah kota internasional yang merupakan salah satu pusat bisnis dan ekonomi. Itu sebabnya hotel-hotel besar dan restoran internasional didirikan di sepanjang jalan. Tak heran ada beragam toko barang-barang fesyen mewah alias luxurious designer stores bertaburan di sana. Chanel, Zara, Yves Saint Laurent, atau Gucci dapat dilihat dengan jelas di berbagai sudut.
Setelah mengunjungi beberapa pusat sejarah dan ekonomi di Tsim Sha Tsui, saatnya bagi para murid untuk makan siang di salah satu restoran di tempat itu. Rian, Cindy dan Mr. Milo memang sudah memesan tempat di sebuah restoran menengah di tengah kota yang sebenarnya termasuk restoran terkenal. Namun, melihat kemampuan orang tua siswa Uni-National, tidak mengherankan bahwa restoran tersebut menjadi tujuan mereka. Selain itu, jumlah siswa yang cukup banyak memberikan keuntungan yang lumayan karena potongan harga setelah negosiasi yang baik.
Dari restoran dengan makanan khas Hong Kong, Asia dan Western itu, para rombongan Uni-National dapat melihat Hong Kong dari ketinggian. Jendela-jendela kaca lebar mengekspos pemandangan betapa hectic alias padatnya Hong Kong sekaligus betapa maju dan ramai kota ini.
Setelah dari restoran itulah Mr. Milo berjalan di samping Rita. "My task has been done. Sekarang giliran Laoshi Stephanie yang mengurus murid-muridnya," ujar Mr. Milo pelan, setengah berbisik di telinga Rita. Wajah Mr. Milo yang dibuat-buat licik membuat Rita terpana dan tak mampu menahan tawa.
"So, we'll enjoy the scenery and I'll take the duckling pictures," ujar Mr. Milo. Ini menunjukkan bahwa sekarang adalah kesempatan baginya dan Rita untuk sama-sama menikmati hal yang kebetulan sama-sama mereka sukai. Pembicaraan ini sudah mereka bahas jauh sebelum ke Hong Kong.
"I'm lucky I don't take Mandarin exam. Jadi tugas Mandarin bisa dilakukan kapan saja. Lagian, hari pertama saya malah sudah coba kerjain dikit-dikit di Tamar Park tuh, Pak," jawab Rita.
"Great!" respon Mr. Milo singkat. Ia mengambil kamera DSLR miliknya dari dalam tas. Sembari berjalan berdampingan Rita menikmati apa yang sedang ia lihat: Mr. Milo terlihat sibuk mengecek kameranya. Wajahnya menjadi serius dan mempesonakan Rita. Ia tak mau melepaskan kesempatan ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lini Masa
RomanceRachel Loh sepertinya sungguh suka dengan Mr. Milo. Bukan hanya suka, Sophia Chang, sang sahabat, mencurigai bahwa Rachel sedang jatuh cinta pada guru baru mata pelajaran history di sekolah mereka tersebut. Rachel sendiri tidak malu-malu mengakui ba...