Kath

5 2 0
                                    

Gadis itu bernama Graciella Katherine Jessica. Milo dulu kerap mencandainya dengan mengatakan bahwa ia diberi nama tiga orang sekaligus.

'Bukan maunya aku, kali, Mil," balas Kath, begitu biasa ia dipanggil.

Kath adalah seorang gadis yang luar biasa cantik. Raut wajahnya tenang tetapi ceria. Ada sepasang lesung pipi mungil dan hampir tak ketara kecuali ia tersenyum di ujung-ujung bibirnya yang tipis serta merah. Matanya selalu memandang lincah ketika ia sedang berbicara, berbinar ketika ia sedang senang, tetapi juga sendu ketika ia sedang resah. Tidak hanya itu, ia juga dikenal kalem, sopan, ramah dan memiliki perilaku terpuji di sekolah.

Sayangnya, Kath juga diketahui merupakan siswi yang cukup ringkih. Tubuhnya yang tinggi itu ramping, tetapi ia seringkali pucat dan tidak enak badan. Oleh sebab itu, Kath hampir tidak pernah terlibat dengan kegiatan fisik di sekolahnya. Mungkin sekali dalam seminggu Kath terlihat lesu dan tidak berfungsi dengan maksimal karena tubuhnya melemah.

Kath duduk di bangku kelas 2 SMA dan Milo adalah adik kelasnya ketika mereka berpacaran. Milo nekat menyatakan perasaannya kepada Kath hanya dalam waktu lima bulan sejak mengenalnya.

Memang tidak semudah itu bagi Kath untuk menerima pernyataan cinta Milo. Milo adalah adik kelasnya, yang baru saja masuk ke sekolah mereka lima bulan yang lalu. Ia tak pernah berpikir bakal berpacaran di masa SMA dengan adik kelas pula yang jelas memiliki usia yang lebih muda dan pemikiran yang juga tidak mungkin bisa dikatakan lebih dewasa dibanding dirinya.

Kath salah. Milo melebihi dugaan dan ekspektasinya.

Dari awal Kath sudah mengakui bahwa anak kelas satu SMA itu berwajah tampan. Gerakannya gesit dan berbicara dengan cara yang menarik. Ia bahkan berkali-kali mendengar bahwa teman-teman sekelas, bahkan kakak kelasnya mengaku tertarik dengan seorang Milo.

"Aku belum pernah lihat cewek kayak kamu, Kath," ujar Milo pada saat selesai menyatakan perasaannya kepada Kath.

Kath tertawa. "Adik kelas, baru kelas satu SMA udah berani nembak kakak kelasnya. Terus, ketika ditolak, dia bilang belum pernah lihat cewek seperti kakak kelasnya itu. Sepertinya kata-kata kamu itu sudah terlatih, ya Mil? Kamu kecil-kecil udah playboy, ih," balas Kath.

Kath luluh juga pada akhirnya. Milo sama sekali bukan seperti yang ia pikirkan sebelumnya. Awalnya mungkin ia lebih kepada terpesona akan usaha Milo yang luar biasa dalam mendekatinya, nyatanya, mereka berpacaran bertahun-tahun sampai keduanya lulus kuliah dan bekerja.

Milo adalah hal terindah di dalam hidup Kath, sampai ajalnya menjemput. Cinta keduanya terpupuk dengan baik. Walau Milo satu tahun lebih muda darinya, laki-laki itu tidak pernah gagal membuatnya merasa nyaman dan tenang. Milo memperlakukan dirinya wajar saja, tidak berlebihan. Milo juga bukan laki-laki yang romantis sepengetahuan Kath. Hanya saja, Milo sangat bisa diandalkan. Ia cerdas dan pengertian. Tampan pula. Kath dan Milo menjadi dua mahluk yang sama-sama menarik sehingga kadang mereka bisa menghabiskan waktu untuk hanya sekadar saling pandang, menikmati keindahan yang ada pada diri mereka masing-masing.

Milo suka sekali memerhatikan bibir dan sepasang lesung pipi Kath yang berubah-ubah sesuai dengan senyum tawanya. Sedangkan Kath menikmati sudut-sudut tulang pipi serta dagu Milo yang tegas serta lembut di saat yang sama.

Milo sendiri pernah berpikir dan ragu atas perasaannya dahulu terhadap Kath. Ia sangat sadar bahwa ketika masih duduk di bangku sekolah menengah atas tersebut, ia tidak mungkin memiliki perasaan sekuat itu. mungkin ia dan Kath sendiri merasa bahwa mereka sekadar mengikuti perasaan suka yang sederhana, bahkan mungkin kekanak-kanakan. Milo tak percaya ia mengenal cinta saat itu, meski keterpesonaannya terhadap Kath sungguh tak main-main. Lama-kelamaan, Milo sadar bahwa ia selama ini membangun cinta sampai ke taraf tertinggi yang ia bisa.

Maka, ketika Kath akhirnya meninggalkannya, Milo kehilangan arah. Ia hampir tak tahu bagaimana menghadapi hari. Berbeda dengan apa yang dituduhkan Kath saat pertama kali Milo menyatakan perasaannya, Milo memang tak pernah menyukai gadis manapun. Jangankan menjadi seorang playboy, cinta pertamanya saja hanya Kath yang bertahan sampai Kath tak ada lagi di dunia.

Saat in Milo sudah mulai berani melepaskan bayang-bayang Kath. Gadis itu sudah damai di atas sana. Ia harus melanjutkan hidup. Kesedihan sudah habis dijalaninya. Hanya saja, untuk membuka diri, pastilah memerlukan banyak sekali pertimbangan.

Rita menyenggol Milo pelan dengan bahunya. Membuat Milo tersentak terkejut dan sadar dari lamunannya. Kadang ia memang hilang dalam pikirannya sendiri, secara acak. Setelah keluar dari ruangan pameran bahari, mendadak pikirannya melayang ke wajah Kath yang selalu membuatnya terpesona selama mereka berpacaran, tidak terkecuali saat ia terbaring di rumah sakit. Kini, Milo mulai sadar bahwa gambaran wajah Kath di dalam pikirannya itu sudah tak mulai pudar dan tak sejelas sebelum-sebelumnya. Detail-detail sudut wajah Kath mulai tak teraba olehnya.

"What's up, Rita?" respon Milo.

"Coba lihat my brother deh Pak. Lihat sama siapa dia? I think he's really happy today," ujar Rita sembari mengarahkan pandangan ke arah elevator. Rita tersenyum, serasa ingin menggoda William habis-habisan nanti.

Milo mengikuti pandangan Rita dan memang menemukan sosok William, saudara kembar Rita yang berada di eskalator, turun ke lobi mall. Pandangannya tentu saja tak berhenti disitu. Karena Rita memintanya untuk ikut melihat sosok yang ada di samping saudara kembarnya itu.

Milo sampai harus memicingkan mata agar yakin siapa yang sedang ia lihat.

Tidak mungkin salah. Gadis yang berjalan berdampingan dengan William adalah Rachel Loh. Mereka terlihat serasi.

Tanpa sengaja, Milo menghela nafas. Lega. Murid perempuannya itu ternyata telah berpasangan dengan William.

Beberapa saat yang lalu, Milo sempat bingung, takut dan khawatir dengan perasaannya. Rachel menurut Milo adalah siswi tercantik dan paling menarik di Uni-National. Ia hanya tidak mau dengan gamblang mengakuinya. Pada saat pertama kali bertemu Rachel secara tidak sengaja di taman kecil tempatnya biasa menghabiskan waktu dengan membaca novel, Milo sungguh terkejut dengan pesona Rachel yang muncul secara membabibuta tersebut. Sekian lama kemudian ia berkutat dengan perasaannya sendiri hingga menemukan kesadaran bahwa Rachel adalah muridnya sendiri dan perasaan tertariknya kepada gadis itu cukup wajar. Selain karena memang Rachel sangat menarik, Milo juga sudah tidak memiliki kekasih. Ia mungkin mencampuradukkan perasaan kesepian, rindu, dan kekosongan hatinya dengan ketertarikan kepada pesona Rachel.

Milo berhasil bertempur serta meredam perasaannya dan semakin sadar bahwa ia hanya sedang dalam kebingungan belaka. Kini, setelah tahu bahwa Rachel berpasangan dengan William, Milo menjadi sangat lega. Ia tidak perlu lagi memiliki perasaan yang aneh-aneh serta bukan-bukan. Ia kini sudah bisa kembali tenang dan berperilaku profesional sebagai seorang guru kembali.

Lini MasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang