Rita

12 2 0
                                    

Tidak semua murid perempuan mengidolakan Mr. Milo. Bahkan popularitas guru baru itu tidak seheboh yang dipikirkan oleh Rachel dan Four Musketeers. Apa yang telah diduga Jordan mungkin ada benarnya.

Ada banyak murid juga yang menganggap biasa saja kehadiran Mr. Milo di sekolah mereka ini. Guru baru tersebut tidak dianggap sebagai sosok yang istimewa selain memang mungkin masih muda. Tidak ada pemujaan menyeluruh terhadap kehadirannya.

Sebaliknya, di kelas sebelah, Mr. Milo bahkan cukup tidak disukai kehadirannya oleh beberapa murid. Tidak jarang ketidaksukaan mereka terlalu jelas terlihat.

Rita Lim, salah satu murid perempuan yang terlihat sepertinya menyesal mengambil mata pelajaran sejarah untuk exam Cambridge A Level-nya kelak. Hari-hari bakal terasa tersiksa ketika harus bertemu dengan Mr. Milo di dalam kelas.

Penjelasan bahwa Uni-National adalah gudangnya murid-murid perempuan cantik, sungguh bukanlah isapan jempol belaka.

Rita juga adalah salah satunya.

Gadis berkebangsaan Singapura tetapi sudah menetap di negeri ini lama itu adalah sosok yang cerdas. Ia tidak terlalu kesulitan dalam mengikuti mata pelajaran apapun. Namun, karena sang ayah di Singapura meminta ia bersama saudara kembarnya kelak terlibat dalam bisnis keluarga, Rita diharapkan untuk berfokus pada pendikan sosial, terutama ekonomi dan bisnis. Meski saudara kembarnya, William Lim, memang cenderung memiliki sedikit kebebasan karena ia diperbolehkan memutuskan untuk mengambil jurusan pure science alias IPA.

Untuk dapat berkuliah di kampus unggulan, Rita harus mengambil mata pelajaran sejarah. Ia tak pernah bermasalah sebelumnya, sampai Mr. Milo datang.

Gadis cantik itu berwajah manis dan dewasa. Rambutnya yang lurus dipangkas pendek seleher. Ada poni rapi yang menutupi dahinya. Ia tidak memiliki wajah yang mirip identik dengan William, meski dalam banyak sudut semua orang dapat melihat bahwa keduanya memang memiliki hubungan darah. Bedanya, William berair wajah kaku, tegas dan keras, sedangkan Rita lebih lembut dan ceria. Sepasang matanya indah dan bersinar, tapi sayang, ia hampir tak pernah memandang ke arah Mr. Milo setiap guru itu mengajar di kelasnya. Sikapnya ini cukup kentara. Bahkan Mr. Milo juga sebenarnya mengerti tentang sikap salah satu muridnya ini.

Rita mendadak berubah menjadi seorang siswi yang berbeda di dalam kelas sejarah.

Rita tidak sendiri.

Ada beberapa anak perempuan lain di kelas, bergerombol tiga empat orang yang tidak suka mata pelajaran sejarah serta tidak menggemari cara Mr. Milo mengajar. Gerombolan anak perempuan yang berasal dari keluarga super kaya ini mungkin lebih terpengaruh oleh status ekonomi mereka, karena mereka tidak hanya membenci mata pelajaran sejarah, sepertinya mereka membenci semua pelajaran dan menganggap uang orang tua mereka cukup untuk meluluskan mereka dari sekolah ini tanpa harus sungguh-sungguh berusaha.

Belum lagi murid-murid cowok badung yang semakin keras Mr. Milo menjelaskan, semakin nyaring pula mereka saling berbicara.

Bedanya Rita dengan gerobolan murid perempuan kaya atau murid-murid cowok nakal itu, ia memilih diam dan tidak acuh. Setiap Mr. Milo masuk ke dalam kelas, ia menunduk dan menghindari tatapan mata Mr. Milo. Tidak jarang ia malah menelungkupkan wajahnya ke meja, tidur.

Ya, Rita memang secuek dan semalas itu di dalam kelas Mr. Milo.

Tanpa disangka, Mr. Milo sudah satu bulan lebih mengajar di Uni-National. Itu berarti ia sudah mampu memetakan keadaan di kelas-kelas yang ia ampu. Dari siswa-siswa yang cerdas dan mau diatur, sampai mereka yang seperti Rita, cuek dan tidak terlalu peduli.

Secara khusus Mr. Milo merasa Rita adalah salah satu siswi yang menjadi tantangan dalam proses belajar dan mengajarnya. Ini karena semangat sang siswi seperti sama sekali tidak ada setiap kali pelajaran sejarah hadir.

Mr. Milo memutuskan akan memperlakukan Rita dengan profesional. Begitu juga dengan murid-murid lain yang ketahuan tidak memiliki ketertarikan pada caranya mengajar, maupun mata pelajaran sejarah itu sendiri. Bagi beberapa siswa yang memang sedikit 'istimewa' karena cenderung tidak memberikan rasa hormat padanya, tentu ketegasan adalah salah satu jalan untuk dapat menciptakan suasana belajar yan kondusif. Masih banyak murid lain yang memerlukan pengajarannya.

Sedangkan, dalam menghadapi Rita, Mr. Milo tetap memberikan perhatian layaknya seorang guru. Ia selalu mengedarkan pandangan ke seluruh kelas. Tidak peduli bahwa Rita terlalu kerap menghindari tatapan matanya, Mr. Milo meyakinkan bahwa perhatiannya terhadap materi yang disampaikan dan perhatiannya terhadap perilaku siswa terhadap materi yang ia ajarkan tetap terjaga.

Rita yang terlihat risih dan cenderung tidak peduli tetap harus merasa bahwa guru sejarahnya tidak akan berhenti berusaha mengajar dengan baik. Itulah yang dilakukan Mr. Milo.

William yang hari ini kembali pulang bersama saudari kembarnya itu sudah pula memerhatikan sikapnya terhadap sang guru baru.

"So, you don't really like that teacher, do you?"

Rita melirik ke arah saudaranya yang sedang menyetir. Perubahan tabiat dan mood sang saudari akhir-akhir yang terekam jelas oleh William tentu saja mengundang pertanyaan. William kenal sekali dengan Rita yang seharusnya cenderung ceria dan hangat. Sikapnya yang lembut pun kini perlahan jarang William temukan. Mau tak mau William diam-diam menyelidiki dan menemukan bahwa Rita, sama seperti beberapa siswa dan siswi lain, ternyata kurang menyukai Mr. Milo, guru baru tersebut.

"What are you saying?" balas Rita. Namun, ia tidak menjawabnya dengan sinis. Kini raut wajah aslinya kembali muncul. Sepasang matanya berbinar memandang ke arah saudara kembarnya tersebut.

"Mr. Milo. Aku dengar-dengar you nggak terlalu suka sama dia ya? Memangnya kenapa sih, Rit?"

Rita menarik nafas pendek dan menghembuskannya cepat. Ia memang tidak bisa terlalu lama menyembunyikan perasaan dan masalahnya di depan sang kembaran. Keduanya sudah berbagi tempat sewaktu masih berada di rahim ibunda. Maka, Rita pun tak mau berbohong lagi bahwa memang ada sesuatu yang mengganggu pikiran dan perasaannya. Dan sungguh benar, Mr. Milo adanya.

"Nggak gimana-gimana sih sebenarnya, Wil. Cuma aku gak terlalu suka aja sama cara ngajarnya."

"Memangnya what did he do to you? Ada specific case? Misalnya dia pernah marahin kamu, nggak menghargai, atau kasih nilai jelek? Setahuku, Mr. Milo belum lama ngajar 'kan?"

Rita tersenyum dan menggeleng. Ia enggan menjawab lebih jauh.

"Aku tahu you bukan seperti ini orangnya, Rit," ujar William kembali.

William yang memang memiliki sifat cenderung serius ini, nampaknya tak mau berbasa-basi dengan saudarinya.

Rita masih menolak untuk memperpanjang masalah ini. Ia tersenyum lebar, tanpa menampakkan giginya. Sepasang matanya tenggelam dan hampir menghilang. Cara ini dilakukan untuk menghentikan percakapan ini.

William hapal cara Rita. Maka ia mendengus, "Jangan menghabiskan waktu dan tenaga untuk membenci orang yang mungkin nggak tahu dan memperhatikan you," ujar William pelan dan datar.

Rita memalingkan wajahnya, menatap keluar jendela mobil. Di dalam hati, ingin sekali ia membalas ucapan saudaranya dengan, "Jangan menghabiskan waktu dan tenaga untuk menyukai orang yang mungkin tidak memiliki perhatian bahkan perasaaan apapun dengan you."

Rita merujuk pada rasa suka William terhadap Rachel selama ini.

Lini MasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang