Rachel tidak berencana untuk mengenakan busana yang ia kenakan sekarang. Ia hanya mengambil apa yang nampaknya nyaman ia kenakan. Ia berani bersumpah, ia sama sekali tak berniat untuk menyama-nyamakan diri dengan Mr. Milo. Lagipula, darimana ia tahu bahwa Mr. Milo mengenakan pakaian yang sama sekali serupa dengannya.
Pagi itu, pukul tujuh waktu Hong Kong, murid-murid kelas 12 Uni-National sudah dibangunkan oleh guru-guru mereka. Jadwal hari pertama di kota yang merupakan wilayah khusus negara Tiongkok ini adalah mengunjungi Singapore International School Hong Kong yang terletak di Nam Long Shan Road, Aberdeen, Hong Kong. Dari hotel tempat para murid tinggal hanya membutuhkan sepuluh menit jalan kaki, yaitu di Wong Chuk Hang Road. Mereka hanya perlu menyebrang jalan, melewati jalan tol, kemudian menyusuri Yip Fat Street, baru menyebrang lagi di bawah jalur MTR Wong Chuk Hang.
Rachel tak dapat menahan senyum lebar dan tawanya ketika melihat Mr. Milo mengenakan kemeja kotak-kotak merah hitam lengan panjang ditutupi dengan hoodie putih bersih. Ia mengenakan jins biru dan sepatu canvas boots warna hitam. Tidak lupa, tepat di cuara dingin dan berangin seperti ini, sebuah beanie berwarna merah terang. Rachel mengenakan pakaian yang sama sekali serupa. Rachel bisa dilihat pagi ini sebagai Mr. Milo versi perempuan.
Bahkan Mr. Milo pun tak bisa menahan tawanya ketika keduanya berpapasan di lorong hotel. Para murid juga ikut tertawa, tak terkecuali para anggota geng the Four Musketeers. Vivian menutup mulutnya tak percaya. Ia tetap masih mengakui bahwa Mr. Milo adalah sosok yang memesona. Namun, melihat Rachel dan Mr. Milo seperti sekarang ini, dengan sedikit kesal ia mengakui bahwa keduanya terlihat manis dan ... cocok. Rachel yang tidak malu-malu tertawa memegang perutnya saking kuatnya ia tertawa. Mr. Milo sendiri bersandar ke dinding saking tak percaya dengan apa yang ia lihat.
"Sudah, sudah. Ayok kita ke restoran, Rach. Sarapan dulu. Kamu nih, pagi-pagi bikin ngakak," ujar Mr. Milo.
"Yee, emangnya aku ada rencana pakai baju mirip semirip-miripnya dengan Bapak? Udah aku bilang, Pak. Kita jodoh sepertinya. Bukan sepertinya, aku yakin sih kalau udah kayak gini," balas Rachel.
Mr. Milo tersenyum lebar. Ia belum paham bahwa Rachel sedang tidak bercanda walau ucapannya terdengar tidak serius.
Keadaan mengejutkan di pagi hari ini membuat Mr. Milo dan Rachel mendapatkan momentum kebersamaan yang tak terduga. Mungkin seperti apa yang dikatakan Rachel, bahwa keduanya memang berjodoh. Keduanya berjalan berdampingan naik ke restoran di lantai atas bersama murid-murid lain. Keduanya masih saling bercanda membahas tentang detilnya kemiripan keduanya.
Rachel tidak memiliki gaya berpakaian tertentu. Gadis itu memang tidak se-fashionable Vivian dan Dwi di dalam gengnya, tetapi siapa yang mau menyangkal kecantikan Rachel? Ia cocok mengenakan jenis pakaian macam apapun. Pagi tadi, ia hanya memikirkan bahwa pagi ini cuaca sangat dingin di Hong Kong. Jadi, kemeja lengan panjang, hoodie dan beanie adalah pilihan yang logis dan normal. Ia tidak memikirkan bahwa pagi ini ia akan bergaya sedikit sporty atau casual, atau trendy. Jadi, kemiripan yang hampir seratus persen dengan Mr. Milo sungguh membuatnya geli, dan di saat yang sama, senang.
Keakraban mendadak antara Mr. Milo dan Rachel pagi itu membuat Silvia tak bisa merebut posisi Rachel di samping Mr. Milo. Talulah yang sejak awal tidak memiliki akses dan kesempatan mendekati Mr. Milo harus kembali menelan ludahnya. Ia paham bahwa Silvia memiliki misi khusus untuk menggoda Mr. Milo, tetapi Rachel, gadis manis itu memang tidak bisa ia tuduh seperti itu. Rachel, menurut Talulah, memang merupakan seorang gadis yang memiliki karakter manis, ceria, dan sepertinya tidak memiliki musuh. Mungkin Talulah cemburu dengan gadis manapun yang dekat dengan Mr. Milo, tetapi khusus Rachel, ia tak mampu menyalahkannya.
Suasana hati Talulah memang sudah cukup berantakan akhir-akhir ini. Sebulan terakhir komunikasinya dengan Mr. Milo terkesan kaku dan murni berhubungan dengan materi pelajaran. Talulah awalnya ingin meningkatkan level komunikasi dan hubungan mereka menjadi lebih intim. Selama ini Mr. Milo selalu membalas setiap pesannya dengan ramah dan cepat. Ia juga bisa diajak bercanda. Talulah bahkan yakin bahwa hanya ialah murid di Uni-National yang berkomunikasi secara sering dengan Mr. Milo.
Namun, mungkin ia salah langkah dengan mengirim gambar wajah Mr. Milo yang ia buat sendiri. Apa mungkin ia terlalu cepat dan agresif? Semenjak itu, Talulah memutuskan untuk mengembalikan 'hubungan' mereka dengan tidak lagimembahas tentang gambar yang ia kirimkan kepada Mr. Milo. Namun, sialnya, agresifitas malah mendadak muncul dari seorang Silvia Johnson. Gadis bule itu tiba-tiba menempel di sisi Mr. Milo semenjak awal mereka memulai perjalanan field trip ini.
Bagaimana hal tersebut tidak membuat Talulah kesal. Ia sudah menjaga diri agar tidak terlalu terkesan agresif, eh, malah seorang Silvia yang secara brutal dan terang-terangan melakukan pendekatan kepada Mr. Milo. Untungnya ada Rachel. Untuk sementara, Silvia sepertinya tidak bisa main seruduk saja. Rachel si ceria dan gengnya sudah akrab dengan Mr. Milo pagi ini, membuat Silvia menunda misinya lagi. Akan menjadi awkward kalau Silvia memaksa ikut serta di dalam keakraban tersebut.
Masalahnya, Talulah juga tidak tahu bahwa kesempatan yang tidak dibuat-buat baik oleh Rachel maupun Mr. Milo tersebut adalah awal dari momen yang penting dalam lini masa Rachel dan Mr. Milo.
"You guys are cute, you know that?" ujar Dwi kepada Rachel dan Mr. Milo ketika mereka semua telah sampai di restoran.
Mr. Milo hanya tertawa. Namun, Rachel berbunga-bunga.
Dwi mengatakan itu bukan tanpa alasan. Ia dan Vivian sudah berbagi sinyal yang menunjukkan bahwa suka tidak suka, gaya Rachel dan Mr. Milo yang seperti berpasangan pagi ini memang serasi. Rachel terlihat menjadi diri sendiri, tidak berlebihan, tidak berdandan layaknya gadis-gadis imut, tetapi kecantikannya tetap menonjol. Mr. Milo, jangan ditanya. Seperti penggambaran Rachel tentang gaya Mr. Milo di luar sekolah, jelas sosok guru muda yang masih lajang itu juga sangat menonjol. Keren, tetapi tetap terlihat berwibawa sebagai guru dan orang yang dituakan.
"Ok, guys. Let's have a breakfast first. Tapi saya mau mendata murid-murid kita. Apa semua sudah ada di restoran?" ujar Mr. Milo sembari celingak-celinguk mencoba mendata keberadaan murid-muridnya. Laoshi Stephanie sendiri juga berada tak jauh dari tempat mereka berada.
"Pak, aku bantu data teman-teman ya? Aku hapal kok," ujar Rachel menawarkan diri.
Mr. Milo langsung mengangguk.
Sebentar saja tugas Silvia yang sedari awal telah ia usahakan baik-baik sudah langsung tergantikan oleh Rachel, meski ia juga dibantu oleh ketiga anggota geng the Four Musketeers.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lini Masa
RomanceRachel Loh sepertinya sungguh suka dengan Mr. Milo. Bukan hanya suka, Sophia Chang, sang sahabat, mencurigai bahwa Rachel sedang jatuh cinta pada guru baru mata pelajaran history di sekolah mereka tersebut. Rachel sendiri tidak malu-malu mengakui ba...