Rachel mengetik nama Milo Narendra di kotak search media sosial Instagram di gawai pintarnya. Memang ternyata hanya ada satu akun dengan nama tersebut disitu.
Detak jantung Rachel kembali menderu-deru. Bedanya, kali ini ia deg-degan lebih karena excited dan bersemangat. Ia ingin tahu lebih jauh mengenai sang idola. Apa benar seperti ucapan Vivian bahwa Mr. Milo memang masih jomblo. Lalu, apa saja isi dari media sosialnya tersebut?
Dari awal, profile picture Mr. Milo sudah membuat Rachel kesengsem. Wajah close up Mr. Milo dengan latar belakang sebuah gedung bertingkat, mungkin apartemen, mungkin perkantoran. Tidak terlalu istimewa atau estetik. Namun, senyuman lebar Mr. Milo lah yang membuat Rachel berguling-guling di atas tempat tidur kegirangan.
Nyatanya, Vivian seratus persen benar. Di akun Instagram Mr. Milo hanya ada beragam jenis foto yang lebih terkesan karya fotografi. Meski, Mr. Milo sendiri menjelaskan pada deskripsi foto, bahwa ia bukanlah seorang fotografer. Ia lebih sering memotret beragam jenis obyek yang menurutnya indah, unik dan sebagai bentuk memori. Maka, Mr. Milo memang selalu memberikan deskripsi panjang tentang suatu obyek yang difotonya hanya dengan menggunakan kamera ponsel. Akun Instagram-nya menjadi semacam catatan lini masa pribadi kehidupan Mr. Milo sendiri.
Ada foto bangku taman, buku yang diletakkan di atas meja, perahu di sebuah tepian danau, atau sebatang pohon di sisi sebuah bangunan. Pohon itu Rachel kenal sebagai pohon yang ada di sekolahnya, tepat di samping area parkir untuk motor. Rachel membayangkan bahwa ia sedang menonton film mengenai Mr. Milo, dimana saat itu Mr. Milo berjalan pulang dan memotret pohon tepat di dekat motornya.
Rachel tersenyum dan tersipu-sipu sendiri membayangkan hal itu.
Rachel kemudian menggerakkan jarinya, scroll terus layar gawainya untuk melihat koleksi foto akun Instagram Mr. Milo tersebut.
Sampai, ia menemukan satu buah foto wajah.
Seorang perempuan.
Rachel mengernyit. Matanya semakin menyipit.
Sosok di dalam foto itu memang tidak sedang melihat ke arah kamera. Ia menatap ke samping dan tersenyum. Beberapa helai rambutnya menutupi satu sisi wajah, tetapi semua orang yang melihat pasti tahu bahwa foto itu adalah sosok seorang perempuan. Dilihat dari pakaian, bahkan warna dan kulit wajahnya, Rachel menerka, mungkin sekali perempuan itu memiliki umur yang kurang lebih sebaya dengan Mr. Milo.
Untuk sejenak Rachel hilang dalam pikiran dan dugaannya sendiri sampai-sampai ia lupa untuk membaca caption yang selalu ditulis dalam deskripsi panjang.
"Love won't dissapear. It's not a substance but it's beyond feeling. Love is the rule of the life. It controls and leads how a life should be."
Rachel tersentak. Perasaan aneh menjalar di tubuhnya. Ia baru saja membaca beberapa kalimat awal dalam caption tersebut, tetapi semuanya telah dipenuhi dengan kata 'love'. Bagaimana tidak pikirannya berlari kemana-mana?
Ia menyalahkan Vivian yang ternyata tidak sungguh-sungguh 'meneliti' akun Instagram Mr. Milo dan langsung menyimpulkan bahwa gurunya itu masih lajang hanya berdasarkan foto-foto awal.
Dengan perasaan yang berkecamuk, Rachel kembali menyusuri pandangannya pada beberapa kalimat lagi, yang meski tidak bertebaran kata-kata 'love' lagi disana, tetap menunjukkan semacam hubungan khusus dengan orang yang ada di dalam foto.
"Foto diambil di kala tigapuluh hari terakhir ia berjuang dengan kanker. See you in the other side, love."
Rachel kembali dipukul dengan perubahan perasaan yang membabi-buta. Kini bahkan tanpa sadar matanya berkaca-kaca. Tanpa sadar, satu kedipan membuat setetes air jatuh mengalir di pipinya yang penuh.
Rachel tak tahu siapa perempuan itu. Kata 'love' yang dituliskan di caption jelas merujuk pada seseorang yang istimewa. Mungkin sekali sang perempuan adalah kekasih Mr. Milo. Namun, kalimat terakhir dari caption tersebut dengan gamblang menjelaskan bahwa sang sosok sudah tiada dikarenakan penyakit kanker. Foto tersebut diambil tiga bulan sebelum wafatnya.
Rachel tidak tahu bagaimana harus menanggapi kenyataan ini.
Setelah menghapus air matanya, Rachel memutuskan untuk kembali men-scroll layar gawai pintarnya. Dari situ mulai ia menemukan bahwa Mr. Milo tidak hanya memotret obyek berupa benda, melainkan juga manusia.
Ada beberapa anak kecil yang sedang bermain bersama di bawah hujan. Air berkecipak di bawah kaki mereka dan membeku di udara dalam frame foto. Wajah mereka girang luar biasa. Ada pula foto para buruh yang sedang berbondong-bondong keluar dari pabrik tempat kerja mereka. Senyuman kelegaan bercampur dengan peluh kelelahan tergambar dalam jepretan Mr. Milo. Selain itu masih ada lagi campuran foto obyek berupa bangunan atau benda-benda lain bersama dengan kumpulan orang yang mungkin secara acak ikut terjepret.
Intinya memang isi akun Instagram Mr. Milo adalah segala hal yang sepertinya tidak signifikan, tetapi memiliki arti tertentu di dalam hidup Mr. Milo. Captionnya menjelaskan dengan gamblang.
Mr. Milo sedang berbagi lini masa kehidupannya. Ia memilih untuk tidak flexing kekayaan, atau pengalaman wisata, atau lagi romansa. Ia memamerkan hal-hal sepele yang maknanya sama kuat dan nyatanya dengan apapun yang dipamerkan orang-orang lain di akun Instagram mereka sendiri-sendiri.
Foto cangkir di atas meja dengan kopi yang telah tandas, dijelaskan oleh Mr. Milo sebagai bagian dari pengalaman hidupnya yang sama berartinya dengan foto liburan seseorang ke Eropa atau Korea.
Rachel tersenyum.
Ia prihatin dengan kisah hidup Mr. Milo. Dari salah satu fotonya tadi, Rachel mengetahui bahwa Mr. Milo pernah patah hati. Orang yang dicintainya meninggalkannya dengan keadaan yang tragis. Entah mengapa ia ikut sedih ketika membaca baris terakhir kalimat yang disusun penuh oleh Mr. Milo. Ia tak bisa membayangkan bagaimana rasanya ditinggal oleh orang yang paling dikasihi, disayangi dan dicintai.
Oleh sebab itu, Rachel mulai paham bahwa perasaan aneh yang bergemuruh di dalam dadanya awalnya adalah perasaan kecewa dan tentu saja cemburu. Ia tak menyangka bilamana harapan yang diberikan Vivian bakal berujung kekecewaan. Ternyata, setelah melihat secara menyeluruh, Rachel hormat dan bangga dengan guru yang belum lama dikenalnya itu.
Bagi Rachel sekarang, Mr. Milo sungguh adalah pribadi yang istimewa. Sejarah dan hidupnya adalah dua hal yang satu jua. Ia menghargai sejarah sebagai bagian dari nafasnya.
Rachel kembali men-scroll gawainya ke atas.
Rachel menemukan bahwa setelah foto perempuan itu, tidak ada lagi obyek foto manusia sampai postingannya yang terbaru.
Tidak ada satu pun.
Bahkan tidak ada orang-orang awam yang tidak sengaja terekam jepretan Mr. Milo. Seakan-akan Mr. Milo sengaja menunggu waktu yang tepat untuk memotret obyek tersebut, atau mencari tempat yang meminimalisir adanya 'gangguan' berupa obyek manusia tersebut.
Apakah mungkin Mr. Milo sudah memutuskan untuk tidak memotret obyek foto manusia lagi setelah perempuan itu wafat?
KAMU SEDANG MEMBACA
Lini Masa
RomansaRachel Loh sepertinya sungguh suka dengan Mr. Milo. Bukan hanya suka, Sophia Chang, sang sahabat, mencurigai bahwa Rachel sedang jatuh cinta pada guru baru mata pelajaran history di sekolah mereka tersebut. Rachel sendiri tidak malu-malu mengakui ba...