2 hari lagi pertunangan Namjoon akan di laksanakan. Laki laki itu di buat tak fokus dengan apapun yang dia kerjakan saking frustasi nya. Dia tidak mau menikah dengan wanita yang sang Appa jodohkan dengan nya.
"Kenapa jadi gini sih? Bukan dia yang gue mau"gumam nya sembari mengusak rambutnya kasar dia benar benar tidak bisa fokus dengan pekerjaan nya.
Seketika terlintas nama gadis yang sedari dulu dia inginkan namun hanya mampu dia pendam perasaan nya itu sampai sekarang. Lantas dia segera menghubungi nomor gadis itu dan menyuruhnya untuk datang ke ruangan nya.
Dan tak membutuhkan waktu lama, terdengar pintu ruangan nya di ketuk dan pintu terbuka ketika Namjoon berteriak menyuruh nya masuk.
"Apa ada masalah?"tanya Seokjin yang selalu berusaha profesional jika sudah menyangkut pekerjaan, tapi tidak jika sudah berada di luar perusahaan.
Sebenarnya jika dia mau, dia mungkin bisa menjadi seorang CEO atau owner sebuah resto ternama milik kedua orang tua nya. Hanya saja menurutnya tanggung jawab nya terlalu besar jadi gadis itu memilih jalan pintas ini yaitu bekerja di perusahaan lain dengan alibi sebagai latihan sebelum memegang perusahaan sendiri. Dan yang tidak dia sangka nya, ternyata CEO perusahaan yang dia lamar adalah laki laki yang selama bertahun tahun menjadi crush nya.
"Bisa duduk sebentar? Ada hal penting yang mau gue omongin"ujar Namjoon terlihat gugup. Lantas Seokjin mendudukkan dirinya dan terus menatap lekat laki laki di hadapan nya.
"Oke to the point, ini soal pertunangan gue sama Rose--"
"Oh iya selamat atas pertunangan kalian, gue ikut seneng denger nya walaupun lo nyebelin ternyata ada juga ya yang mau sama lo" sanggah Seokjin dengan senyumnya yang terlihat di paksakan dan berusaha sebisa mungkin agar air mata yang sudah menggenang itu tidak jatuh.
Namun siapa sangka, ternyata Namjoon melihat nya. Jujur saja dia bingung ada apa sebenarnya dengan gadis di depan nya ini, kenapa mata nya berkaca kaca.
Namjoon beranjak dan menarik pelan tangan Seokjin menuju sofa yang ada di ruangan itu. Namjoon menatap lekat Seokjin yang terus mengalihkan pandangan nya sembari terus mengusap pipi basah nya."Lo nangis? Kenapa?" tanya Namjoon sembari berusaha menatap wajah Seokjin yang terus saja menghindari tatapan nya.
"Kerjaan gue masih banyak, kalo gak ada yang mau di bicarain lagi gue permisi" ujar Seokjin tanpa menatap Namjoon, dia malu karena pasti wajah nya sembab.
"Gak! Tunggu dulu bahkan gue belum ngomong sama sekali"
"Gue tau ini udah terlambat, tapi gue tetep bakal ngomong sama lo sekarang. Seokjin... sorry kalo selama ini gue sering bikin lo kesel dan marah. Gue gak bermaksud, jujur aja sedari SHS gue tertarik sama lo dan pas kita masuk Universitas perasaan gue mulai tumbuh ke lo, dan gue mulai sadar kalo sebenernya gue.. gue suka sama lo, gue cinta sama lo"
Seketika Seokjin menatap Namjoon dengan wajah terkejut nya, dia benar benar tidak menyangka ternyata cinta nya tidak bertepuk sebelah tangan.
"Gue gak suka sama Rose, yang gue mau itu lo bukan dia. Tapi gue gak bisa nolak kehendak appa, gue bingung harus gimana" Namjoon menunduk dan terisak pelan, dia marasa jika takdir sangat kejam terhadap dirinya.
"Thanks karena udah jujur sama gue, tapi seperti kata lo tadi kalo ini udah terlambat. Lusa lo sama Rose bakal tunangan. Suka gak suka lo harus turutin apa kata kedua orang tua lo, mungkin itu yang terbaik buat lo. Sekali lagi selamat dan semoga kalian bahagia" ujar Seokjin dan setelahnya dia beranjak berlalu pergi dari ruangan meninggalkan Namjoon yang semakin menunduk dan terisak.
"Gue harus apa.. gue gak mau.." gumam nya di sela isakan nya.
***
Di jam makan siang ini terlihat Jimin baru saja memasuki sebuah mini market untuk membeli beberapa camilan, dia belum terlalu lapar jadi dia membeli camilan saja untuk menemani nya bekerja nanti.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kookv Story Collection
FanfictionThis is just fanfiction, don't hate me! This is short story! Happy reading💜