Maaf masih banyak typo....
***
REYNA POV
"Thanks," kataku setelah dia mengantarku pulang.
Tiba-tiba dia menahan tanganku saat aku akan keluar. Apa ini? Dia mau melakukannya lagi? Jangan harap, aku tidak akan membiarkannya.
"Apa?? Nggak ada ya! Pake acara ngecup kening, ngecup pipi."
"Siapa bilang aku mau melakukannya?? Aku cuma mau ngasih tahu, besok kita harus beli cincin tunangan."
Benarkah? Jadi dia... ahhh malu sekali aku.
"Oh yaudah, night," kataku sambil membuka pintu mobil.
"Apa kamu benar-benar berharap aku melakukannya tadi?" tanyanya yang membuatku tidak jadi keluar.
Seketika emosiku langsung naik. "Bisa nggak sih, sekali aja jangan bikin aku kesel?!" sergahku lalu keluar dari mobil dan cepat-cepat masuk rumah.
***
Aku sedang mengerjakan tugas saat ada panggilan masuk. Aku meliriknya sekilas yang ternyata dari orang menyebalkan itu. Aku malas berurusan dengannya.Aku membiarkan ponselku terus berdering sampai akhirnya aku tidak tahan karena begitu mengganggu konsentrasiku. Kuputuskan untuk mematikan daya ponselku.
Namun belum sampai aku mematikannya. Tiba-tiba pesan masuk datang, kuputuskan untuk membukanya dulu.
Angkat telvonnya, jangan ingkari janjimu!
Apa-apaan orang ini? Lalu ponselku berdering lagi, kali ini aku mengangkatnya.
"Apa?" kataku ketus.
"Aku minta maaf, sayang. Aku nggak akan mengulanginya lagi, sungguh." Dia terdengar sungguh-sungguh mengatakannya.
"Yaudah lah, lupain! Tapi kamu masih harus penuhi janjimu."
"Janji?"
"Bunga mawar."
"Oke, besok akan kubawakan. Merah muda kan?"
"Yups," kataku lalu menutup sambungan dan kembali mengerjakan tugas.
___∞∞∞___
ZIOVAN POV
Sial, kenapa aku bisa bangun kesiangan? Aku mengecek ponselku, alarmnya hidup. Bagaimana bisa aku tidak bangun saat mendengarnya?
Mungkin ini karena aku tidur hampir dini hari. Setelah menghubungi Reyna, aku mendapat informasi dari Darren bahwa rapat dengan Mr. Trump dimajukan jadi besok. Terpaksa aku harus mengerjakan presentasinya hingga hampir dini hari baru selesai.
Sial, pasti jalanan sudah macet jam segini dan aku masih harus beli bunga pesanan Reyna. Andai saja mom ngizinin buat ambil bunga dari tamannya, pasti nggak bakal ribet kayak gini.
"Dilan!!" teriakku memanggil salah satu bodyguard ku.
"Ya, tuan?" katanya saat tiba di depanku.
"Ambilkan motor di garasi!"
"Motor, tuan?"
"Ya," jawabku dingin sambil membalas email dari Mr. Trump.
Untung aku pilih bawa motor tadi. Jadi aku masih punya waktu sekitar 30 menit untuk mengantar Reyna ke kampus sebelum rapat dengan Mr. Trump.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Destiny With You [Completed] TERSEDIA DI GOOGLE PLAYSTORE
RomanceSekuat apapun kamu mencoba menolak takdir maka sekuat itu juga takdir akan mendekat padamu sampai kamu mau menerimanya. "Karena ketertarikan tidak membutuhkan sebuah alasan jika takdir yang bergerak menjalankannya." [Ziovan Albert Russell] "Mimpi ya...