Chapter 25 - Lagi

5.2K 269 72
                                    

Happy reading guys....

***
Jam sudah menunjukkan pukul setengah 12 malam tapi Reyna belum juga tidur, yang ia lakukan hanya membolak-balikkan tubuhnya di tempat tidur. Kejadian hari ini selalu berputar-putar di kepalanya.

"Nyebelin, tukang paksa, hobi nyium orang seenak jidat. Berada di dekatnya benar-benar bisa membuatku gila," gerutu Reyna kesal.

"Kenapa malam ini begitu dingin?" gumam Reyna lalu menarik selimut menutupi tubuhnya dan mencoba tidur. Tapi kedua matanya tidak mau terpejam.

Reyna mengubah posisinya jadi miring dan tidak sengaja dia melihat pembatas kaca yang masih terbuka.

"Huuuh... pantas saja dingin." Reyna bergegas bangun dan menuju pembatas kaca.

Reyna baru akan menutupnya tapi dia malah melihat sofa di balkon, membuatnya teringat kejadian saat dia mencium Ziovan tadi. Dengan kesal dia menutup pembatas kaca sampai menimbulkan bunyi berdebam yang cukup keras.

"Kenapa juga tadi aku nurutin permintaannya?" gerutu Reyna lalu mengusap wajahnya kasar.

Kalo Reyna tidak ingat ini sudah malam, ingin rasanya dia teriak sekencang-kencangnya untuk meluapkan semua kekesalannya pada tunangannya itu.

Tapi tiba-tiba sebuah pemikiran terlintas di benaknya. Di luar sangat dingin dan dia dari tadi siang di sana padahal baru saja pulang dari rumah sakit, apa tadi dia kedinginan?

Pemikiran itu begitu menohok Reyna. Ada rasa bersalah dalam dirinya menggantikan kekesalan yang hilang entah kemana.

"Apa aku perlu menghubunginya untuk memastikan dia baik-baik saja?"

Reyna lalu mengambil ponselnya yang tergeletak di tempat tidur. "Ahh... tidak-tidak, apa peduliku kalo dia sakit." Mengurungkan niatnya menghubungi Ziovan, Reyna melempar ponselnya ke tempat tidur.

Tapi sedetik kemudian dia mengambilnya lagi. "Setidaknya aku harus memastikannya, bukan?" katanya sambil mencari nomor ponsel Ziovan.

"Ahh... tidak. Apa yang harus kukatakan nanti?" Reyna lalu melempar ponselnya kembali dan mondar-mandir tidak jelas.

"Apa aku private aja nomornya. Jadi dia nggak akan tahu kan, kalo aku yang menghubunginya? Dan nanti aku akan diam saja. Ya, itu ide yang cemerlang Rey."

Mengambil ponsel lalu memprivate nomornya dan tersambung....

"Hallo...." kata Ziovan dengan suara serak di seberang sana. Reyna hanya diam mendengarnya.

Apa aku harus menutupnya sekarang?

"Rey... aku tahu ini kamu." Degg... bagaimana dia bisa tahu?

Menurunkan ponsel dari telinga, guna memastikan apakah tadi dia sudah memprivate nomornya.

Sudah.... kalo gitu gimana dia bisa tahu kalo ini aku? Cepat-cepat Reyna memutuskan sambungan telpon dan melemparnya ke kasur.

Kenapa juga tadi aku menghubunginya? Reyna menjatuhkan dirinya ke tempat tidur dan menutup wajahnya dengan kedua tangan, menyesali tindakannya barusan.

***
Hampir dini hari, Reyna baru bisa tidur karena sibuk merutuki kebodohannya yang bisa-bisanya menghubungi Ziovan.

Tidurnya yang terasa baru sebentar terganggu karena ponselnya berbunyi. Dengan mata masih terpejam, Reyna mengambil ponsel yang tidak jauh darinya.

Membuka matanya sedikit untuk melihat siapa penelpon lalu meletakkan kembali ponselnya, mengabaikan panggilan yang ternyata dari Ziovan.

Memejamkan mata masih mengantuk, Reyna dibuat kesal karena bunyi ponselnya yang tidak berhenti juga.

My Destiny With You [Completed] TERSEDIA DI GOOGLE PLAYSTORETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang