Berharap kalian menyukainya..
Happy reading guys...***
"Ada apa, Ra?" tanya Ziovan datar saat berhadapan dengan Vera.Masih menggenggam erat tangan Reyna, Ziovan ingin menunjukkan dia bersama Reyna sekarang dan tidak akan membiarkan wanita itu melukai bahkan membuat gadisnya menangis lagi.
Cukup kebodohannya waktu itu yang hanya diam melihat, beranggapan Reyna mampu mengatasinya sendiri dan pilih memberikan pengertian pada Vera daripada mengejar gadisnya yang membuat Ziovan menyesalinya sampai sekarang.
Menunduk, Reyna masih segan melihat Vera apalagi tangannya kini dalam genggaman Ziovan, bukti nyata bahwa ia telah merebut Ziovan dari wanita itu.
Ya, waktu itu memang Ziovan telah meyakinkannya bahwa itu tidaklah benar dan berhasil membuatnya lebih baik, tapi entah kenapa dia merasa seperti itu lagi saat bertatap muka langsung dengan Vera.
Melihat tangan Reyna dalam genggaman Ziovan, seolah membuktikan bagaimana kuatnya cinta mereka, Vera tersenyum sinis dan beralih melihat Ziovan. "Apa seburuk itu aku di matamu sekarang, Van?"
"Kau tidak menjawab pertanyaanku dengan itu. Katakan saja langsung apa yang membuatmu datang ke sini!" kata Ziovan datar dengan wajah tanpa ekspresinya.
Vera mendegus sinis dan beralih melihat Reyna lalu kembali pada Ziovan. "Gue tahu, di sini gue adalah tamu tak diundang di acara bahagia kalian. Tapi setidaknya bisakah kau berbasa-basi denganku dulu Van, dan tidak memperjelas kedudukkanku seperti ini?" kata Vera dengan ekspresi terlukanya.
"Dengar, Ra! Gue bukannya nggak suka lo di sini. Dan gue juga nggak benci lo, sama sekali nggak. Tapi setelah apa yang lo lakukan terakhir kali, gue berhak bertanya apa maksud-" kata Ziovan terhenti karena sentuhan tangan Reyna di tangannya.
Ziovan melihat gadisnya sedang menggeleng pelan, tidak ingin dia melanjutkan ucapannya.
Reyna lantas beralih melihat Vera. "Mbak Vera, kita belum pernah bicara dengan baik sampai saat ini," katanya dengan ketenangan dalam suaranya.
"Apa maksud lo?"
"Sebelumnya, aku minta maaf, di awal pertemuan kita aku sudah mengataimu seperti itu. Dan untuk saat dimana aku bilang bahwa Zio bukan tipeku, hingga membuatmu merasa kecewa dan dibohongi sekarang, aku juga minta maaf. Aku__"
"Rey, kau tidak perlu mengatakan semua ini," sela Ziovan.
"Ini perlu, Zio. Aku ingin semuanya menjadi jelas sekarang."
"Biarkan dia bicara, Van! Kau tidak berhak mencegahnya," kata Vera.
"Tidak berhak?" Ziovan menoleh kilat pada Vera dan mendegus sinis. "Aku lebih dari kata berhak untuk melakukannya. Dan aku tidak akan membiarkan Reyna minta maaf saat aku tahu benar apa yang terjadi. Dan dengar! Dia tidak__"
"Zio...." sela Reyna membuat Ziovan berhenti. "Sama sepertimu, aku juga tidak pernah menduga hal ini akan terjadi. Aku dan Zio, kami dijodohkan."
"Dijodohkan?" kata Vera terkejut lalu menutup mulutnya.
"Ya, kami dijodohkan. Dan mungkin kau akan berpikir kenapa aku tidak menolaknya saja saat aku masih punya pilihan." Reyna menjeda ucapannya, memberikan ruang untuk Vera mencerna semua ini.
"Reyna pernah menolakku, Ra. Dan itu hanya karena dia mengira aku sudah punya kekasih, yang adalah dirimu. Dia benci dengan seseorang yang mempermainkan cinta, lalu bagaimana bisa dia akan merebut cinta dari seseorang?" Ziovan melanjutkan ucapan Reyna.
Kini dia sadar Reyna benar, mereka harus menjelaskan semuanya. Bukan hanya untuk membuat Vera mengerti tapi juga untuk membuat gadis itu menyadari bahwa dia tidak pernah merebutnya dari siapapun.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Destiny With You [Completed] TERSEDIA DI GOOGLE PLAYSTORE
RomanceSekuat apapun kamu mencoba menolak takdir maka sekuat itu juga takdir akan mendekat padamu sampai kamu mau menerimanya. "Karena ketertarikan tidak membutuhkan sebuah alasan jika takdir yang bergerak menjalankannya." [Ziovan Albert Russell] "Mimpi ya...