Chapter 16 - Looked At Her

5.6K 310 8
                                    

Maaf jika masih banyak typo..
Happy reading guys....

***

ZIOVAN POV

Saat dia ingin pergi, aku membuat alasan pekerjaan rumah tangga untuk menahannya di sini. Aku sempat berpikir itu tidak akan berhasil, karena Reyna bukanlah gadis yang dengan mudah akan menuruti seseorang.

Tapi entah kenapa, kali ini dia menurut. Aku tersenyum dalam hati. Sepertinya ini akan seru, kapan lagi bisa mengatur seorang Reyna Stephanie Miller?

Aku mengikutinya ke kamar setelah dia pergi ke sana untuk membereskan kamarku. Sangat menyenangkan bisa memandangnya sepuasku tanpa ada protes darinya.

Setelah selesai, aku menyuruhnya mencuci pakaianku, membersihkan halaman, membersihkan kolam, menyetrika pakaian.

Katakan aku orang yang kejam, menyuruh calon istri mengerjakan pekerjaan rumah sementara para maid aku liburkan.

Aku berani bertaruh jika dia jarang mengerjakan pekerjaan rumah seperti ini atau bahkan ini pertama kalinya. Biarkan saja agar dia terbiasa dengan semua ini jika dia sudah menjadi istriku nanti.

Setiap kali dia bertanya 'kenapa aku mengikutinya?' jawabanku selalu sama 'Memastikan apa pekerjaanmu sudah benar.' Padahal yang sebenarnya aku hanya ingin terus memandangnya selama dia di sini.

Toh, aku tidak bisa menjamin beberapa hari ke depan aku bisa setiap saat menemuinya. Anggap saja ini investasi obat rindu saat aku tidak bisa menemuinya.

Dia selesai menyiram bunga saat aku kembali dari menerima telpon. Aku menyuruhnya membuatkanku kopi dan mengantarkannya ke ruang kerjaku lalu pergi begitu saja.

Lebih dari 15 menit saat aku mendengar langkah kakinya menuju ruanganku. Apa membuat kopi saja bisa selama ini?

Beberapa saat aku tidak lagi mendengar langkah kakinya.

"Mau sampai kapan berdiri di situ? Masuk!!" perintahku tanpa mengalihkan pandanganku dari laptop.

___∞∞∞___

REYNA POV

Aku memasuki ruangannya dan meletakkan secangkir kopi. Beruntung tadi aku menemukan beberapa bungkus kopi di lemari hingga tak perlu menambah apapun lagi.

Aku berniat segera keluar dari ruangan, tidak ingin mengganggunya yang tengah sibuk.

"Mau kemana kamu?" tanyanya menghentikan langkahku.

"Ehh... aku mau ke ruang tamu."

"Duduk!!" perintahnya.

Aku mengedarkan pandangan dan menemukan sofa yang tak jauh dariku dan duduk di sana. Saat aku melihatnya, dia sedang meminum kopi buatanku.

Kulihat dia mengernyitkan dahinya tapi tidak mengatakan apapun dan kembali fokus pada laptop. Apa seburuk itu kopi buatanku? Tapi tadi aku mengikuti instruksi di balik kemasannya dengan baik.

___∞∞∞___

ZIOVAN POV

Aku meminum kopi buatannya dan mengernyitkan dahi saat rasa pahit menyentuh lidahku. Sepertinya masih banyak yang harus ia pelajari.

Entah berapa lama aku tenggelam dalam pekerjaanku hingga tidak sadar seorang malaikat cantik sedang terlelap di depan sana.

Dia tertidur dalam posisi duduk dengan tangan menompang kepalanya. Aku berjalan mendekatinya dan berjongkok di depannya. Dia pasti kelelahan sampai tertidur begini.

"Maaf sayang, tapi ini demi kebaikanmu. Ada kalanya kamu harus melakukan semuanya sendiri, tidak selamanya kamu bisa bergantung pada orang lain," kataku sambil mengelus rambutnya.

Dia bergerak dalam tidurnya, kupikir dia akan bangun sampai aku menjauhkan tanganku darinya. Tapi ternyata dia hanya mencari posisi yang nyaman dan kembali tidur.

Huuuh... kupikir dia bangun tadi. Pasti tidak nyaman tidur dalam posisi seperti ini. Apa aku pindahkan ke kamar aja ya? Ahh... tidak, lebih baik aku membawanya pulang.

Entah karena saking capeknya atau memang dia tukang tidur. Bayangkan saja, saat aku menggendongnya ke mobil sampai tiba di rumahnya, dia tidak bangun juga. Padahal tadi di jalan sempat berisik sekali karena macet, tapi itu tidak mengusiknya sama sekali.

Dengan hati-hati aku membawanya keluar dari mobil. Sampai di depan pintu, aku baru sadar. Bagaimana aku bisa menekan bel atau mengetuk pintu kalo begini?

Kulihat ke sekeliling, tidak ada orang yang bisa membantuku membuka pintu, berteriak nyuruh yang di dalam membukakan pintu, nanti Reyna bisa bangun.

Terpaksa aku membukanya dengan kaki, untung saja tidak dikunci. Tapi masalahnya aku melupakan bunyi pintu yang berdebam saat menyentuh dinding, akibat aku menendang pintunya terlalu keras.

Refleks aku melihat Reyna dan dia masih terlelap.

"Ada apa, siapa yang buka pintu seperti itu tadi?" tanya Jason yang berlari dari dalam, mungkin karena mendengar suara tadi.

"Gue," kataku singkat lalu melewatinya menuju ke dalam.

"APA?? Kenapa?" teriaknya yang membuatku tidak jadi menaiki tangga dan menoleh.

"Ishh... bisa diem nggak sih, Jas?! Kalo adek lo bangun gimana?" kataku lalu naik menuju kamar Reyna.

"Udah kan? Sekarang jawab pertanyaan gue!" katanya yang sekarang bersandar di pintu dan melipat kedua tangan di depan dada, saat aku selesai meletakkan Reyna di tempat tidur.

"Hem... tanya apa?" kataku santai, tidak terintimidasi olehnya.

"Apa yang lo lakuin sampe adek gue tidur kayak gitu?"

"Dia-" kataku terhenti karena tiba-tiba ponselku berbunyi.

"Bentar!" kataku dan berlalu keluar untuk menerima panggilan itu.

"Nanti lo tanya Rey aja, kalo dia udah bangun. Kalo nggak, besok gue jawab pas di kantor. Sekarang gue harus pergi dulu," kataku pada Jason setelah selesai menerima panggilan.

"Mau kemana lo?" tanyanya saat aku hendak pergi.

"Kantor, tadi Darren bilang ada sedikit masalah dalam pembuatan jet pribadi Mr. Trump yang akan kita tangani besok."

"Yaudah, kalo gitu gue ikut."

"Bukan masalah besar, lo di rumah aja temenin Rey," kataku dan tanpa menunggu jawabannya, aku langsung pergi begitu saja.

***
Selasa, 04 April 2017

Segitu dulu ya... bingung nih mau nulis apa lagi udah mentok kayaknya..

Btw aku minta pendapat kalian dong!!
Menurut reader apa cerita ini terkesan membosankan karena pengulangan di setiap pov - nya???

Kasih pendapat kalian di kolom komentar ya!! biar cerita ini lebih baik lagi kedepannya...

      
                                       

My Destiny With You [Completed] TERSEDIA DI GOOGLE PLAYSTORETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang