Langsung aja ya...
***
ZIOVAN POV
"Dari sini pemandangannya indah banget," katanya yang duduk di depanku.
"Tak seindah kamu," kataku sambil terus menatapnya yang dia balas dengan memutar bola matanya jengah.
"Berapa mantan kamu?" tanyaku berusaha menggalih masa lalunya.
"Aturan kedua dalam berkencan, tidak ada pertanyaan tentang masa lalu," katanya membalasku dan aku hanya tersenyum kecil.
Setelah naik bianglala, kami menuju tempat permainan memasukkan bola ke dalam keranjang. "Mau bertanding?"
"Siapa takut."
"Oke, yang kalah harus mengikuti perintah si pemenang selama satu minggu, gimana?" tantangku sambil mengulurkan tangan padanya.
"Oke, deal," katanya sambil membalas uluran tanganku.
Dan tidak perlu ditanya siapa pemenangnya, yang jelas bukan Reyna. Wajahnya saat kalah dariku patut untuk dilihat, dia sudah seperti orang yang baru pulang dari medan peperangan dan membawa kekalahan saja.
"Gimana nih dengan satu minggu?"
"Iya-iya, aku inget," katanya sambil berlalu meninggalkanku.
"Perintah pertama, harus selalu menjawab saat aku hubungi kapanpun itu," kataku setelah menyamai langkahnya.
"Oke, diterima," katanya enteng.
"Kedua, secepatnya menemuiku saat aku suruh." Maaf sayang, tega nggak tega. Aku nggak mau melewatkan kesempatan ini untuk bisa selalu bertemu denganmu.
"Apa-apaan itu?" gumamnya.
"Ketiga, dilarang ngedumel, kebiasaan," kataku sambil mengacak rambutnya gemas.
"Zio...." protesnya sambil menjauhkan tanganku darinya.
"Keempat___"
"Apa-apaan itu? Banyak banget, mau ngerampok kamu?"
"Dilarang bantah. Kalo melanggar, siap-siap dapat hukuman," lanjutku penuh seringaian.
"Ishhh... banyak maunya," gumamnya.
___∞∞∞___
REYNA POV
"Ishhh... banyak maunya," gumamku kesal.
"Aku mendengarnya, Rey."
Ishh... sebel banget. Kenapa juga aku terima tantangannya tadi? Sekarang apeskan jadinya.
"Udah selesai kan? Kita pulang sekarang!" kataku.
"Aku yang menentukan pulang atau nggak, bukan kamu," balasnya lalu mendahuluiku.
"Ziooo...." teriakku geram.
Dia berbalik mendekatiku. "Apa sayang??" katanya dengan begitu lembut sambil sedikit membungkukkan badan agar sejajar denganku.
"Pulang!" kataku ketus sambil membalas tatapannya.
"Enggak," balasnya dan berlalu meninggalkanku.
"Ya udah, aku bisa pulang sendiri."
"Pake apa?" Dia berbalik melihatku.
"Aku akan suruh Gina buat jemput aku, gampang."
"Aku juga akan suruh Gina buat nggak jemput kamu," balasnya santai dan berbalik lagi, meninggalkanku. Pasti dia pikir sebentar lagi aku akan mengikutinya. Tapi tidak, itu tidak akan terjadi.
"Ya udah, suruh aja Gina buat nggak jemput aku. Aku masih bisa kok minta pria di sini untuk nganter aku pulang dan mereka nggak mungkin nolak!" teriakku.
"Coba aja!" katanya santai tanpa menoleh.
"Ya udah, pergi aja kamu!" teriakku.
Lalu aku melihat sekumpulan pria yang sedang bersantai. Aku berniat menghampiri mereka untuk membuktikan perkataanku.
Tapi aku tidak benar-benar ingin menghampiri mereka. Yang benar saja, aku minta diantar pulang oleh orang asing. Hellowww... aku masih waras. Kalo pun benar aku akan pulang, itu hanya dengan taksi jika dia masih bersikeras tak ingin pulang.
___∞∞∞___
ZIOVAN POV
Apa dia serius dengan ucapannya? Aku berbalik untuk memastikannya dan ternyata dia serius. Sekarang dia menuju ke tempat sekumpulan pria yang sedang bersantai.
Aku bergegas menuju ke tempatnya secepat yang kubisa, menahan tangannya dan menariknya hingga berputar menghadapku. Dan hasilnya, hampir tidak ada jarak yang tersisa di antara kami.
"Apa yang kamu lakukan?" Dia mencoba menjauh dariku, tapi aku menarik tangannya mendekat lagi dengan satu tanganku menahan pinggangnya.
___∞∞∞___
REYNA POV
Saat aku hampir sampai di tempat mereka, tiba-tiba ada yang menarik tanganku sampai membuatku berputar menghadapnya, hampir tidak ada jarak di antara kami.
"Apa yang kamu lakukan?" Aku mencoba menjauh darinya.
Namun dia menarik tanganku mendekat lagi dan satu tangannya menahan pinggangku.
"Aa... apa ini?" kataku gugup sambil berusaha melepaskan diri.
"Jangan coba-coba mendekati pria lain!" katanya sambil terus menatapku.
"Apa? Itu bukan salahku. Kamu kan yang nyuruh tadi?"
"Jangan pernah mencoba untuk mengulanginya lagi!"
"Apa hakmu? Aku bebas mendekati siapapun yang aku inginkan."
"Aku berhak, karena aku calon suamimu," katanya sambil menarikku lebih dekat. Apa dia sudah gila?
"Lepasin, Zio! Kamu apa-apaan sih?" Aku berusaha melepaskan tangannya dari pinggangku.
"Janji dulu, kamu tidak akan pernah melakukan hal itu!"
"Oke, aku janji. Jadi sekarang lepasin!" kataku menyerah.
Dia melepaskan tangannya dari pinggangku tapi masih menahan tanganku. "Ayo!"
"Kemana?" tanyaku bingung.
"Katanya kamu mau pulang." Dia lalu menggandengku menuju parkiran.
***
Senin, 27 Maret 2017Tunggu kelanjutannya!!!
Jangan lupa meninggalkan jejak dalam bentuk vomment...
KAMU SEDANG MEMBACA
My Destiny With You [Completed] TERSEDIA DI GOOGLE PLAYSTORE
RomanceSekuat apapun kamu mencoba menolak takdir maka sekuat itu juga takdir akan mendekat padamu sampai kamu mau menerimanya. "Karena ketertarikan tidak membutuhkan sebuah alasan jika takdir yang bergerak menjalankannya." [Ziovan Albert Russell] "Mimpi ya...