Chapter 48 - Marah

4.4K 240 37
                                    

Happy reading guys....

***
Entah kapan Ziovan tertidur, yang jelas saat dia membuka mata keadaan di luar sudah gelap. Dia memejamkan mata lagi dan tiba-tiba ingatan tentang perdebatannya dengan Reyna membuat matanya terbuka dan bangun.

Ahhh... seharusnya aku tidak membentaknya tadi, saat ini dia pasti marah padaku. Batin Ziovan dengan mengusap wajahnya kasar.

Ziovan menoleh ke kanan kiri, mencari ponselnya. Dia harus menghubungi gadisnya itu dan minta maaf.

Tidak menemukan ponselnya di tempat tidur. Ziovan beranjak turun, mengelilingi setiap sudut kamar dan menemukan ponselnya tergeletak di samping bawah nakas.

Ziovan langsung mengambilnya dan hendak menghubungi Reyna. Tapi saat ia menyalakan ponselnya, dia dikejutkan dengan beberapa panggilan tak terjawab dan kesemuanya dari Reyna.

Astaga... apa yang kulakukan?
Pertama aku membentaknya, padahal selama ini aku mampu mengontrol setiap emosiku dengan baik. Tapi kenapa semua itu tidak berlaku jika menyangkut tentang Reyna?

Dan aku membuat kesalahan lagi dengan mengabaikan panggilannya. Entah apa yang dia pikirkan tentangku sekarang?

Cepat-cepat Ziovan menghubungi Reyna. Dia menunggu gadisnya itu menjawab panggilannya dengan mondar-mandir tidak sabaran.

Ayo Rey, angkat!!

Ziovan semakin gusar karena sampai deringan terakhir pun Reyna tidak menjawab. Dia tidak menyerah semudah itu dan kembali menghubungi Reyna.

Sementara Ziovan sibuk menghubunginya, Reyna malah bersantai dengan Sofia sambil menonton acara TV.

"Gimana Ziovan tadi?" tanya Sofia membuka pembicaraan.

"Dia baik-baik aja, mom," jawab Reyna masih fokus ke layar datar di depannya.

"Mom mengerti, dia pasti kaget saat mendengar hal itu. Tapi mau gimana lagi? Orang tuanya sendiri juga sudah menyetujuinya," kata Sofia yang dibalas anggukan setuju Reyna.

"Lalu, apa kamu berhasil meyakinkannya?" lanjut Sofia yang kali ini dibalas gelengan Reyna.

"Dia masih nggak mau ngerti juga, mom. Tadi dia langsung mutusin panggilan gitu aja. Aku sudah coba menghubunginya beberapa kali tapi tidak dijawab juga," jelas Reyna dan Sofia hanya bisa menggelengkan kepala mendengarnya.

"Apa tidak sebaiknya mom membiarkan saja dia menghubungiku? Lagian kami hanya bicara dan bukannya bertemu. Jika begitu tidak masalah kan, mom?" bujuk Reyna sambil menggenggam tangan Sofia.

Entah kenapa kali ini Reyna sependapat dengan Ziovan. Bagaimana tidak? Umumnya orang yang akan menikah hanya dilarang bertemu, tapi kenapa giliran mereka hanya untuk sekedar menghubungi saja tidak boleh?

Dia sangat mengerti jika saat ini Ziovan marah dan mengabaikan panggilannya. Karena dia tahu benar, semua ini sangat sulit untuk pria itu.

"Nggak bisa sayang, mengertilah! Kami melakukan ini untuk kebaikan kalian," kata Sofia sambil mengelus sayang pipi anaknya itu.

"Apa mom tahu? Semalam dia hampir nggak mau pulang karena tahu seminggu ini dia tidak bisa bertemu denganku. Dan sekarang, kalian melarangnya untuk menghubungiku juga. Itu pasti sangat sulit untuknya mom. Setidaknya biarkan dia menghubungiku!"

"Mom mengerti itu, sayang. Tapi untuk mencegah adanya masalah dan agar hubungan ini tetap berjalan dengan semestinya, kami harus melakukan ini."

"Astaga, mom... hubungan ini tidak akan hancur jika dia hanya menghubungiku."

My Destiny With You [Completed] TERSEDIA DI GOOGLE PLAYSTORETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang