Maaf banyak typo bertebaran....
***
ZIOVAN POV
Berada dalam meeting yang membosankan sepagi ini, benar-benar bukan apa yang aku harapkan akan terjadi.
Jika bisa memilih, aku lebih suka mengantar Reyna ke kampusnya dan bersama gadis itu meski hanya beberapa saat. Itu jauh lebih baik, apalagi setelah dia bersedia tunangan bahkan menikah denganku hanya dalam waktu seminggu dan sebulan. Aku benar-benar ingin melihatnya dan menghabiskan waktu bersamanya seperti kemarin.
Tapi aku tidak berdaya. Aku tidak bisa begitu saja melepaskan kewajibanku dalam pekerjaan hanya demi urusan pribadiku.
Tapi setidaknya aku bisa tenang dengan fakta gadis itu tidak pergi sendirian.
Tadi aku sempat menghubunginya sebelum ke kantor, meminta maaf karena tidak bisa mengantarnya. Bahkan aku sempat menawarkan akan mengirim supir untuk menjemputnya, karena Jason tidak akan bisa mengantarnya dikarenakan hal yang sama denganku.
Dan saat dia bilang akan naik taksi, entah kenapa aku begitu keras melarangnya. Aku tidak ingin dia ke kampus sendiri, itu sudah pasti karena aku tidak suka. Tapi dengan taksi, aku tidak bisa mempercayakannya pada orang asing, itulah alasan yang baru kusadari.
Sampai akhirnya aku menawarkan akan menghubungi Regina untuk menjemputnya dan bersyukur saat dia mau menerimanya. Karena setidaknya jika bukan denganku, aku bisa tenang karena ada orang yang bisa aku percayai sedang bersamanya.
Hampir 2 jam, meeting baru selesai. Aku langsung menuju ruanganku untuk menyelesaikan pekerjaan secepatnya agar nanti bisa menjemput gadisku.
Belum sampai aku bisa fokus saat tiba-tiba pintu ruanganku terbuka dan muncullah Jason di baliknya.
"Kebiasaan lama mulai kumat lagi ternyata!" sindirku pada Jason yang kembali nyelonong dan seenaknya masuk tanpa membiarkan Niken menanyakan kesediaanku dulu.
"Mau gimana lagi, status mau berubah masa' iya gini aja masih harus izin dulu?" balas Jason setelah tersenyum sekilas, mendengar sindiranku tadi dan menjatuhkan dirinya di sofa tak jauh dariku.
Aku hanya tersenyum sambil menggeleng, mendengar balasan dari calon kakak iparku itu sebelum kembali fokus pada pekerjaan.
"Van," Setelah beberapa lama dia memanggilku.
"Hmmm...." gumamku tanpa menoleh.
"Lo nggak ngerasa ada yang aneh dari Reyna?" Seketika aku mengabaikan dokumen yang kubaca dan memberikan perhatianku sepenuhnya kepadanya.
"Aneh? Maksud lo apa ngomong kayak gitu tentangnya?" sergahku sampai dia terkejut dan bungkam untuk beberapa saat.
Setelah itu aku juga sama terkejutnya dengan reaksiku, yang seolah tidak terima mendengar ucapan Jason tentang gadisku yang tak lain adalah adiknya sendiri.
Bagaimana bisa seorang kakak mengatakan hal itu tentang adiknya?
"Ehmmm... hmmm...." Jason berdehem beberapa kali seolah sedang berusaha menguasai diri.
"Astaga, Van... lo berniat bunuh gue dengan tatapan itu?" katanya setelah menemukan suaranya.
Dan detik itu juga, aku sadar telah memunculkan aura mengintimidasi dalam diriku. Bahkan menatapnya dengan tatapan membunuh karena begitu tidak suka dengan ucapannya tentang Reyna.
"Tenang, Van! Bukan Reyna yang gue bilang aneh. Yak kali gue bilang kalo adek gue sendiri aneh?!" kata Jason yang membuatku bisa tenang dan perlahan menghilangkan aura mengintimidasi dari dalam diriku dan tak lagi menatapnya dengan tatapan membunuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Destiny With You [Completed] TERSEDIA DI GOOGLE PLAYSTORE
RomanceSekuat apapun kamu mencoba menolak takdir maka sekuat itu juga takdir akan mendekat padamu sampai kamu mau menerimanya. "Karena ketertarikan tidak membutuhkan sebuah alasan jika takdir yang bergerak menjalankannya." [Ziovan Albert Russell] "Mimpi ya...