Happy Reading guys....
***
Sekarang hatinya memang sudah cukup tenang karena tahu alasan Reyna tidak membalas pesannya. Tapi meski puluhan kali Ziovan bertukar pesan dengan gadisnya itu, tidak akan mengubah kenyataan bahwa dia masih merindukannya.Bagaimana tidak, sudah jalan 2 hari sejak terakhir kali Ziovan bertemu Reyna. Memang ini bukan pertama kalinya, karena sebelum ini dia juga mengalami hal serupa. Tepatnya sebelum pertunangan mereka, bahkan dia tidak bertemu gadisnya itu selama 3 hari dan itu sangat menyiksa.
Tapi bedanya saat itu meski dia mau, dia tidak bisa melakukannya karena terjerat urusan pekerjaan. Dan saat ini, meski dia punya waktu tapi orang-orang di sekitar Reyna yang tidak mengizinkannya bahkan gadis itu juga melarangnya. Apa ada hal lain yang lebih buruk dari ini?
***
Ziovan sedang rapat dengan para stafnya. Tapi dilihat dari pandangannya yang kosong, siapapun pasti tahu jika fokusnya tidak di sini.Bagaimana tidak, jika yang ada di pikiran Ziovan sekarang adalah bagaimana cara membujuk Reyna agar mau bertemu dengannya.
Dia sama sekali tidak mendengar presentasi yang disampaikan staf-nya. Itu terbukti saat staf-nya selesai dan meminta pendapatnya, Ziovan seolah tuli dengan keadaan sekitar.
Para staf dibuat heran dengan sikap CEO mereka yang tidak seperti biasanya. Karena ini adalah kali pertama Ziovan bersikap seperti itu.
Tidak ada yang berani bicara, mereka hanya menunggu dengan sabar sampai CEO mereka itu mau bicara.
Ziovan akhirnya tersadar dari lamunannya karena panggilan Darren. Dia lalu menoleh pada Darren di sampingnya.
"Anda baik-baik saja, Sir?" tanya Darren.
"Ya, ada apa?" jawab dan tanya Ziovan, belum sadar jika semua orang sedang menunggu pendapatnya.
"Bagaimana pendapat anda tentang presentasi yang baru saja disampaikan oleh Mr. Salim?"
Bukannya menjawab, Ziovan malah mengalihkan pandangannya ke arah layar proyektor yang sudah putih, menandakan presentasi telah selesai.
"Apa perlu saya mengulang presentasinya lagi, Sir?" tanya Mr. Salim.
"Itu tidak perlu," kata Ziovan lalu melihat file yang tadi dibagikan sebelum rapat.
"Menurut saya, konsepnya sudah bagus dan sesuai dengan yang diinginkan client. Hanya tinggal menambahkan bla bla bla bla bla...."
"Untuk sisanya saya serahkan pada Darren. Baik, kita akhiri rapatnya sampai di sini. Untuk kerja keras kalian dalam proyek ini, saya ucapkan terima kasih," lanjut Ziovan mengakhiri rapat lalu beranjak berdiri diikuti para staf.
Sampai di ruangannya, Ziovan membanting tubuhnya ke sofa, memijat pangkal hidungnya pelan. Dia benar-benar frustrasi jika terus begini.
Dia tidak pernah seperti ini sebelumnya apalagi soal pekerjaan, masalah apapun tidak akan ia biarkan mengganggu pekerjaannya. Tapi jika menyangkut Reyna, prinsip-prinsipnya itu seolah tidak ada artinya.
***
Dan di sinilah Ziovan sekarang, duduk di mobilnya yang terparkir tepat di depan pagar rumah Reyna. Sekali lagi dia mengabaikan pekerjaan karena gadisnya itu.Sudah beberapa pesan yang ia kirim pada Reyna, membujuk gadis itu agar keluar dan menemuinya. Tapi jawabnya tetap sama, gadis itu tidak bisa melakukannya.
"Rey... keluarlah sebentar saja! Setelah itu aku janji akan langsung balik ke kantor. Please!!!" Bunyi pesan dari Ziovan yang entah untuk ke berapa kalinya Reyna tidak tahu. Dia sudah lelah menyuruh Ziovan agar pergi karena pecuma saja, dia tidak akan bisa menemuinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Destiny With You [Completed] TERSEDIA DI GOOGLE PLAYSTORE
RomanceSekuat apapun kamu mencoba menolak takdir maka sekuat itu juga takdir akan mendekat padamu sampai kamu mau menerimanya. "Karena ketertarikan tidak membutuhkan sebuah alasan jika takdir yang bergerak menjalankannya." [Ziovan Albert Russell] "Mimpi ya...