Happy reading guys...
***
Selesai dengan sesi foto prewedding, Ziovan dan Reyna dinner di salah satu restoran sebelum kembali ke hotel."Zio," panggil Reyna saat mereka di restoran menunggu pesanan.
"Ada apa?"
"Kapan kita akan pulang?"
"Besok pagi. Tapi jika kamu mau jalan-jalan dan belanja dulu, kita bisa pulang besok malam."
"Tidak, kita pulang besok pagi saja," putus Reyna.
"Baiklah, terserah kau."
Setelah dinner, Ziovan mengantar Reyna sampai di depan pintu kamarnya.
"Selamat malam. Mimpi yang indah, sayang!" kata Ziovan lalu mencium kening Reyna. Tidak ada penolakan dari gadis itu karena dia sedang berusaha memenuhi janjinya untuk tidak mengabaikan Ziovan lagi.
"Malam," balas Reyna lalu hendak masuk kamar. Tapi Ziovan memanggilnya. "Rey,"
"Hemm?" gumam Reyna menoleh.
"Jangan lupa mengunci pintu!" kata Ziovan yang dibalas anggukkan Reyna kemudian masuk.
***
Waktu menunjukkan pukul 5 pagi, waktu setempat saat Ziovan mengetuk pintu kamar Reyna. Beberapa kali dia mengetuk pintu tapi Reyna tak juga membukanya, bahkan hanya sekedar tanggapan pun tidak.Pasti gadisku itu masih tidur.
Ziovan coba membuka pintu barangkali tidak dikunci. Tapi ternyata terkunci dan Ziovan baru ingat bahwa dialah yang semalam menyuruh Reyna untuk mengunci pintu.
Kenapa juga semalam aku menyuruhnya mengunci pintu? Sekarang jadi repot sendiri kan? Batin Ziovan, lalu menghubungi seseorang.
"Minta salinan kunci kamar Reyna pada resepsionis!" perintah Ziovan.
Tidak berapa lama Darren datang membawa salinan kunci kamar Reyna dan memberikannya pada Ziovan. Ziovan langsung membuka kamar Reyna dengan kunci itu. Dan benar saja, gadis itu masih terlelap dengan selimut yang hampir menutupi seluruh tubuhnya.
Ziovan berjalan ke arahnya dan duduk di sampingnya. Sebenarnya dia masih ingin melihat wajah damai gadisnya yang terlelap seperti ini. Tapi waktu tidak pernah mau menunggu seseorang, bukan?
"Rey, bangun! Kita harus segera ke bandara sekarang." Ziovan mengguncang pelan bahu Reyna.
"10 menit lagi!" balas Reyna lalu mengubah posisinya jadi membelakangi Ziovan.
"Bangun! Kalo nggak aku cium nih biar kamu bangun," ancam Ziovan tapi Reyna tidak merespon sedikitpun. Karena dia tahu benar Ziovan tidak akan melakukan itu.
"Oke, nggak masalah kalo masih nggak mau bangun juga. Tidur saja sampai tiba di rumah nanti! Aku masih bisa membawamu seperti kemarin."
Membawaku seperti kemarin? Jangan bilang kalo dia akan menggendongku lagi seperti di bandara kemarin?!
Ziovan bersiap menaikkan satu kakinya ke tempat tidur, hendak mengangkat Reyna.
"Aku bangun!" Reyna cepat-cepat beranjak dari tempat tidurnya menuju kamar mandi, meninggalkan Ziovan yang tertawa karena sukses membangunkan gadisnya.
"Nggak perlu mandi Rey, cuci muka aja! Kita sudah terlambat!" teriak Ziovan dari luar.
Sebenarnya pria macam apa yang sedang bersamaku ini? Kenapa senang sekali menyuruhku hanya cuci muka?
Dan parahnya lagi, dia mau-maunya keluar dengan wanita yang belum mandi. Apa dia juga seperti ini dengan kekasihnya dulu? Batin Reyna sambil cepat-cepat mencuci muka dan gosok giginya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Destiny With You [Completed] TERSEDIA DI GOOGLE PLAYSTORE
RomanceSekuat apapun kamu mencoba menolak takdir maka sekuat itu juga takdir akan mendekat padamu sampai kamu mau menerimanya. "Karena ketertarikan tidak membutuhkan sebuah alasan jika takdir yang bergerak menjalankannya." [Ziovan Albert Russell] "Mimpi ya...