Berharap kalian menyukainya..
Happy reading guys...***
"Tapi caramu tidak seperti intruksi dari kami. Dan lagi, bukan ciuman di pipi yang kami maksud melainkan ciuman yang sebenarnya." Kali ini Nathan yang bicara."Apa???" sergah Reyna terkejut setengah mati.
Tak jauh beda dari reaksi istrinya, Ziovan juga terkejut mendengar itu. Dia tak menyangka para sepupu mereka akan menuntut ciuman yang semacam itu. Ya, meski tidak heran karena sebelumnya mereka juga minta hal serupa pada Devan. Tapi apakah benar jika mereka memintanya pada Reyna?
"Ya, ciuman yang sebenarnya. Seperti yang dilakukan kak Dev tadi," balas Nathan santai.
"Kau gila, Nath??" sergah Reyna tak terima. "Yang benar saja kau menyuruhku melakukan hal itu??"
"Tidak, aku tidak akan melakukannya." Lanjut Reyna dengan menggelengkan kepalanya, pasti.
"Kenapa tidak, Rey? Toh itu hal yang wajar. Dan lagi, bukankah memang ciuman semacam itu yang berlaku untuk kita, orang dewasa?"
"Ya, Andre benar. Ciuman yang sebenarnya lah yang berlaku untuk kita, para orang dewasa," timpal Daniel.
"Dan itu di bibir bukan di pipi." Tambah Nathan.
"Nath!!! Kau tidak perlu memperjelasnya," protes Lana.
"Ya, kau tidak perlu mengatakannya lagi karena kami sudah tahu itu." Tambah Luna dan berlanjutlah protes kaum hawa terhadap Nathan.
Di sisi lain Reyna masih dikejutkan dengan kata-kata Daniel tentang ciuman sebenarnya. Dia sampai menoleh ke arah Ziovan, teringat ucapan pria itu saat mereka berdebat tentang ciuman yang menjadi imbalan Ziovan.
Entah apa yang dirasakan Reyna sekarang, rasanya campur aduk. Ya, dia terkejut karena ternyata kata-kata Ziovan waktu itu memang benar. Tapi apa itu pantas? Jika kenyataannya pemikiran itu memang benar adanya dan hal itu telah ia ketahui.
Bahkan Reyna sampai menahan napas dan membulatkan matanya sedetik setelah Ziovan menoleh ke arahnya dengan senyuman seolah mengatakan 'benar kan apa yang kubilang waktu itu?'
Reyna merasa seperti telah mendapatkan balasan yang setimpal karena sebelumnya telah menang dari Ziovan atas hal ini sampai membuat pria itu tak berkutik.
Tapi setelah itu benar-benar tak terduga. Reyna pikir Ziovan akan mendukung tindakan para sepupu yang menyuruhnya untuk mencium pria itu dengan ciuman yang katanya 'sebenarnya' itu.
"Gimana Van, kau pasti setuju kan jika Reyna melakukannya?" tanya Louis.
"Ya pasti setuju lah, orang yang untung juga nanti dia." Sambung Nathan.
"Tidak, Reyna tidak akan melakukannya," kata Ziovan santai dengan mengalihkan pandangannya dari Reyna ke arah para sepupunya.
Bukan hanya Reyna yang dibuat terkejut dan tidak menyangka, tapi juga semua orang sampai mereka terdiam beberapa saat.
"Kau serius, Van?" selidik Devan masih tak percaya.
"Ya, gue serius," jawab Ziovan yakin lalu melihat Reyna dan menyentuh tangan gadis itu. "Reyna tidak akan melakukannya."
Reyna semakin dibuat tidak menyangka. Ya, dia memang tidak berharap Ziovan akan menyetujuinya. Tapi mendapat reaksi itu dari Ziovan, rasanya ini tidak seperti Ziovan. Pria yang tidak akan melewatkan hal semacam ini dan selalu meminta lebih itu, kemana perginya dia?
Semua ini sungguh terasa aneh hingga Reyna harus berpikir keras mencari alasan di balik tanggapan Ziovan.
"Lo gimana sih, Van? Dikasih untung malah nggak mau," protes Nathan.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Destiny With You [Completed] TERSEDIA DI GOOGLE PLAYSTORE
RomanceSekuat apapun kamu mencoba menolak takdir maka sekuat itu juga takdir akan mendekat padamu sampai kamu mau menerimanya. "Karena ketertarikan tidak membutuhkan sebuah alasan jika takdir yang bergerak menjalankannya." [Ziovan Albert Russell] "Mimpi ya...