Happy reading guys...
***
Pintu lift terbuka saat sampai di lantai tujuan. Seketika Reyna langsung mendorong Ziovan agar menjauh darinya lalu keluar dengan perasaan campur aduk yang didominasi kekesalan di wajahnya."Dapet, Van?" tanya Jason pada Ziovan yang berdiri mematung setelah didorong Reyna.
Tersadar, Ziovan melihat Jason yang menunggu jawabannya dengan senyuman menggoda. "Boro-boro dapet. Orang gue keduluan kaget gara-gara bunyi lift sialan tadi ditambah Reyna yang langsung ngedorong gue." Kesal Ziovan saat mengingat kejadian itu.
Nyaris saja akhirnya dia bisa merasakan kelembutan bibir gadisnya. Tapi semua digagalkan oleh bunyi lift yang tiba-tiba terdengar di saat terakhir.
"Perusahaan mana sih yang bikin lift ini? Gue tuntut baru tahu rasa mereka. Sembarangan aja nyetel bunyi sialan itu buat jadi tanda." Lanjut Ziovan meluapkan kekesalannya hingga Jason menggelengkan kepalanya, tak habis pikir.
"Ya... Van-Van, semua bunyi lift dimana-mana juga sama kayak gitu kali. Terus lo mau nuntut semua perusahaan yang bikin lift gitu?" balas Jason dengan penuh selidik, menggoda sahabatnya itu.
Ziovan menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Ya... nggak juga sih."
"Tahu ahh...." Lanjut Ziovan kesal lalu keluar menyusul Reyna.
Jason hanya bisa menggeleng mendapati tingkah sahabatnya itu. Melihat Sandra yang masih tidur dalam gendongannya, Jason lantas menyusul Ziovan dan Reyna.
Keluar dari lift dengan perasaan campur aduk menuju penthouse, Reyna menemukan Darren berdiri di sana dengan beberapa paper bag di tangannya.
"Darren, kau sudah sampai?" sapa Reyna.
Darren yang menunggu dengan bersandar pada dinding, lantas menegakkan badan. "Oh... ya, Rey. Beberapa menit lalu."
"Oh...." balas Reyna dengan mengangguk pelan.
Tak heran memang Darren bisa sampai lebih dulu jika nyatanya tadi mobil Darren melaju di depan mobil mereka dan pasti pria itu masuk lewat lobi lalu menggunakan lift di sana. Mengingat di sini ada dua lift yang menjadi akses menuju penthouse. Satu tepat di depan penthouse dan yang lain di ujung, lift yang ia gunakan tadi.
Reyna baru akan bertanya tentang paper bag yang dibawa Darren. Tapi urung karena suara Ziovan mendahuluinya.
"Rey!" Keluar dari lift menyusul Reyna, Ziovan baru menyadari keberadaan Darren di depan Reyna saat sampai di samping gadis itu.
"Darren, kau sudah sampai?" kata Ziovan. Bersamaan dengan itu, Reyna pindah ke samping Darren dengan enggan melihatnya.
"Ya, sir," jawab Darren mencoba mengabaikan kejadian janggal barusan.
Menghela napas berat mendapati sikap Reyna, Ziovan beralih pada Darren. "Jika begitu, kenapa tidak langsung masuk saja? Kau kan bisa masuk tanpa harus menungguku."
Ziovan ingat dia pernah memasukkan sidik jari Darren agar mempermudah pria itu untuk membantunya jika sewaktu-waktu dia membutuhkan berkas atau sesuatu dan tidak bisa mengambilnya sendiri maka Darren bisa mengambilkannya untuknya.
"Saya tidak mungkin masuk tanpa seizin anda, sir," jawab Darren sopan dan tepat di saat itu Jason tiba di samping Ziovan bersama Sandra dalam gendongannya.
"Ya, kau benar. Itu bagus, tidak seperti seseorang yang mentang-mentang punya akses membuatnya jadi bebas masuk seenaknya," balas Ziovan dengan melirik Jason di sampingnya, mengakibatkan Reyna melihatnya dengan kesal.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Destiny With You [Completed] TERSEDIA DI GOOGLE PLAYSTORE
RomanceSekuat apapun kamu mencoba menolak takdir maka sekuat itu juga takdir akan mendekat padamu sampai kamu mau menerimanya. "Karena ketertarikan tidak membutuhkan sebuah alasan jika takdir yang bergerak menjalankannya." [Ziovan Albert Russell] "Mimpi ya...