Happy reading guys....
***
"Sudah-sudah jangan menggoda mereka terus, lebih baik kita mulai makan sekarang!" kata om Mike mengakhiri keadaan yang membuat Reyna tidak nyaman ini."Ya, itu benar om. Aku juga sudah lapar," kata Jason.
Mereka lalu menuju kumpulan kursi. Hampir saja Reyna terlonjak kaget saat Ziovan menggenggam tangannya. Reyna menoleh ke arah Ziovan yang melihatnya. "Ayo!"
Di sana terdapat empat meja yang ditata secara acak. Di setiap meja terdapat 8 kursi yang mengelilinginya. Ziovan membawa Reyna duduk bersama Jason, Regina, Cristy, Nathan, Louis dan Nick.
"Cieee... yang dari tadi gandengan terus, mau nyebrang kak?" goda Cristy. Refleks Reyna melepaskan tangannya dari genggaman Ziovan.
"Gadis kecil dilarang ikut campur." Ziovan mengacak rambut Cristy gemas hingga sang pemilik mencebikkan bibirnya kesal.
"Kakak nyebelin," gerutu Cristy.
Tak menanggapi ucapan Cristy, Ziovan menarikkan kursi untuk Reyna duduk di samping Regina.
Dia akan menyusul duduk di samping Reyna tapi urung. "Hey... tunggu! Bukankah kita mau makan? Tapi kenapa belum ada makanan di meja?"
"Kau benar, Van. Lalu untuk apa kita duduk di sini?" sahut Nathan.
"Iya ya, aku juga nggak nyadar tadi," tambah Louis.
"Mom... makanannya mana?" Jason sedikit berteriak kepada Sofia yang cukup jauh darinya.
"Sabar! Tuh mereka baru datang!" kata Sofia setelah melihat beberapa maid datang membawa berbagai makanan.
"Apa-apaan ini? Bisa mati kita kalo gini caranya," kesal Nathan saat melihat para maid yang sebagian menata makanan di meja dan sebagian lagi masuk mengambil makanan.
"Yeee... nggak usah lebay kayak gitu kali Nath, bentar lagi juga mereka selesai," kata Regina.
"Emang para pria itu nggak bisa yang namanya nahan lapar dikit," celah Cristy.
"Hey, apa maksudmu?" sergah Nathan tidak terima.
"Emang bener kok," kata Cristy dan beralih pada Reyna, minta dukungan. "Ya kan, Rey?"
"Hey... kenapa aku?" kata Reyna tidak ingin terlibat. Tapi setelah Cristy dan Nathan terus melihatnya, seolah menunggu jawabannya dengan penuh harapan, akhirnya Reyna mengatakannya juga.
"Mungkin," kata Reyna sambil mengedikkan bahunya hingga Cristy tersenyum penuh kemenangan.
"Jadi kau berpihak padanya, Rey?" sergah Nathan sambil melirik Cristy.
"Aku tidak berpihak pada siapapun. Aku hanya bilang mungkin tadi. Lalu apa salahnya dengan itu?"
"Kau bilang mungkin kan? Berarti secara tidak langsung dan sebagian besar, kau membenarkan ucapannya. Ahh... para wanita memang sama saja, selalu mendukung kaumnya sendiri."
"Terserahlah," kata Reyna, tidak ingin membahasnya lebih lanjut.
"Van, Jas kalian dengar, apa yang dibilang istri dan adik lo?" kata Nathan hingga Ziovan dan Jason yang sedang terlibat pembicaraan mengalihkan pandangan ke arahnya. Reyna hanya bisa memutar matanya, malas.
"Astaga... lalu apa bedanya denganmu sekarang?" sergah Cristy langsung.
"Ya, kalian para pria juga sama saja. Dengan membantu Ziovan tadi, kalian juga mendukung kaum kalian sendiri," tambah Regina.
"Benar. Dan jangan kira kami tidak tahu soal itu," kata Cristy hingga Louis yang bercanda dengan Nick terdiam seketika. Begitupun dengan para pria yang ada di meja itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Destiny With You [Completed] TERSEDIA DI GOOGLE PLAYSTORE
RomanceSekuat apapun kamu mencoba menolak takdir maka sekuat itu juga takdir akan mendekat padamu sampai kamu mau menerimanya. "Karena ketertarikan tidak membutuhkan sebuah alasan jika takdir yang bergerak menjalankannya." [Ziovan Albert Russell] "Mimpi ya...