Berharap kalian menyukainya..Happy reading guys...
***
Entah kenapa saat mereka mulai berhitung, Reyna jadi ragu melakukannya sampai tidak ikut lagi. Keadaan itu diperburuk dengan ucapan Ziovan yang membuatnya mencebikkan bibir kesal. Apalagi Laura setengah mengintipnya dari balik pipi kiri Ziovan, gadis kecil itu kini mengawasinya agar tidak curang lagi.Tepat pada hitungan ketiga, yang hanya dikatakan Laura sendiri. Reyna meyakinkan dirinya dengan memejamkan mata, membuat semuanya menjadi mudah untuk dilakukan dan langsung mencium pipi kanan Ziovan.
Dia tidak percaya ini. Hanya karena Laura, dia melakukannya. Mencium Ziovan di depan gadis kecil itu yang seharusnya tidak pernah ia lakukan. Ya, mungkin Laura memang tidak benar-benar melihatnya tapi tetap saja Laura tahu fakta itu sebelum waktunya.
Ini semua gara-gara kakaknya, jika dia tidak menunjukkan kemesraannya dengan istrinya di depan anak mereka, pasti Laura tak akan seperti ini. Oh astaga, bahkan sampai sekarang Reyna masih belum percaya akan hal itu.
Entahlah, mungkin dia sedikit berlebihan menanggapi hal ini karena berimbas padanya. Tapi baginya dan terlepas dari pendapat orang lain, sangatlah tidak pantas menunjukkan kemesraan seperti itu pada anak kecil yang belum waktunya melihatnya.
"Aunty...." Suara Laura membuat Reyna membuka mata dan menemukan gadis kecil itu sedang melihatnya dengan senyum bahagia.
Cepat-cepat Reyna menjauhkan diri dari Ziovan tapi tangan pria itu menahan pinggangnya hingga dia hanya bisa membuat sedikit jarak di antara mereka.
Laura sangat senang saat tahu aunty-nya tidak lagi curang sampai gadis kecil itu ingin bertepuk tangan. Tapi urung karena melihat uncle-nya yang meletakkan telunjuknya di bibir, Laura mengangguk mengerti dan tersenyum yang dibalas Ziovan dengan senyuman.
"Uncle," kata Laura dengan berbisik setelah beberapa saat tapi aunty-nya tidak juga beranjak, Ziovan menunjukkan jempolnya, tahu maksud Laura yang meminta persetujuannya menyadarkan Reyna.
Ziovan tak pernah habis pikir dengan Reyna, bagaimana gadis itu bisa menciumnya selama itu di saat tadi dia begitu ragu menciumnya.
Tapi terlepas dari itu, Ziovan benar-benar senang. Apalagi dengan pipi Reyna yang sekarang memerah. Dan lagi, gadis itu tidak bisa membuat jarak dengannya meski Reyna berusaha keras melepaskan tangannya dari pinggang gadis itu.
"Zio," kata Reyna ingin secepatnya Ziovan melepaskannya.
"Apa?" balas Ziovan pura-pura tidak mengerti.
"Laura... sini!!" Suara Nick dari kejauhan memanggil Laura membuat Ziovan dan Reyna mengalihkan pandangan mereka dan menemukan Nick di sana bersama Daniel, Lana, Devan juga Nensy yang tengah berkumpul.
"Bental, kak!" balas Laura setengah berteriak yang terdengar begitu menggemaskan.
"Aunty, telima kasih!" kata Laura lalu mencium pipi Reyna yang hanya bisa dibalas Reyna dengan senyuman kikuk, sebelum gadis kecil itu meninggalkan mereka menuju tempat Nick.
Setelah melihat Laura sampai di tempat Nick, Reyna beralih pada Ziovan. Tapi sedetik kemudian ia mengalihkan pandangannya lagi. "Astaga...."
Mendengar itu, Ziovan langsung melihat Reyna, gadis itu sedang menutup wajahnya dengan kedua tangan. Ziovan tahu apa yang membuat Reyna seperti itu. Pasti gadisnya itu malu sekali sekarang dengan apa yang dilakukannya tadi.
Ziovan mencoba menahan senyuman gelinya, menurunkan tangan gadisnya itu dan membuat Reyna menghadapnya. "Hey... kau tidak perlu merasa tidak enak ataupun malu telah melakukannya. Itu hakmu dan bukankah kita juga sudah menikah?"
KAMU SEDANG MEMBACA
My Destiny With You [Completed] TERSEDIA DI GOOGLE PLAYSTORE
RomantizmSekuat apapun kamu mencoba menolak takdir maka sekuat itu juga takdir akan mendekat padamu sampai kamu mau menerimanya. "Karena ketertarikan tidak membutuhkan sebuah alasan jika takdir yang bergerak menjalankannya." [Ziovan Albert Russell] "Mimpi ya...