Berharap kalian menyukainya...
Happy reading guys...Tinggalkan komentar *Mood Booster Author* buat cepat up..
Yuuuuhuhhh... Ada yang nungguin nggak nih? (Ada)
Maafken author yang lagi-lagi ngaret up-nya hhh... Tapi ini bukan sepenuhnya salah author lho, karena seperti yang author bilang 'nggak bakalan up kalo belum memenuhi target' Yaa jadi gini, harus ekstra sabar nunggu kamu-kamunya hhhh...
Ok, daripada kelamaan curcolnya, mending kita lanjut ke cerita sekarang!!!!
***
Keluar dari walk in closet setelah mengganti lingerie dengan piyama, Reyna menemukan Ziovan sibuk dengan ponselnya sambil bersandar pada sandaran ranjang.Melangkah menuju tempat tidur, semua terasa baik-baik saja sebelum akhirnya Ziovan menyadari kehadirannya dan meletakkan ponselnya begitu saja.
"Kau sudah selesai?" Ziovan beranjak berdiri dan menghampirinya. Entah kenapa itu membuat langkah Reyna berhenti, yang baru beberapa langkah keluar dari walk in closet.
"Bagaimana? Apa kau merasa lebih baik sekarang?" tanya Ziovan saat sampai di hadapan Reyna.
Reyna hanya bisa mengangguk. Karena sekarang semuanya tidak terasa baik-baik saja, apalagi setelah Ziovan tersenyum karena jawabannya lalu mulai merapikan rambutnya yang tak sempat ia rapikan.
Apa ini? Kenapa aku mulai gugup lagi saat berada dekat dengannya, meski telah mengenakan baju ini?
Ada apa denganku? Mungkinkah apa yang aku kenakan bukanlah alasan sebenarnya dari kegugupanku, melainkan alasannya adalah dia, Zio?
"Zio...." kata Reyna lirih, tak berani menatap Ziovan.
"Hmmm...."
"Zio...." kata Reyna sekali lagi masih tak berani menatap Ziovan.
Ziovan berhenti merapikan rambut Reyna dan menatap lekat-lekat gadis itu. "Iya, sayang. Ada apa?" kata Ziovan lembut tak kala melihat keraguan di mata Reyna.
"Emm... ada yang ingin aku katakan," kata Reyna ragu-ragu dengan menunduk.
"Apa?" tanya Ziovan masih dengan nada lembut dan menatap Reyna lekat-lekat meski gadis itu tengah mengalihkan pandangannya ke segala arah kecuali ke arahnya.
"Emmmm...." gumam Reyna kini melihat ke arah puluhan lilin yang berpijar di lantai dengan tangan yang bertaut dan meremasnya pelan, seolah ia tengah gugup akan suatu hal yang membuatnya tak bisa mengatakan maksudnya.
"Kau tidak merasa nyaman dengan itu?" tanya Ziovan setelah mengikuti arah pandang Reyna.
"Bisakah kau membantuku untuk memadamkan mereka?" Lanjut Ziovan, meski Reyna tak menjawabnya tapi dia tahu kebenaran itu saat gadis itu melihatnya, sesaat setelah ia menanyakannya.
"Apa tidak apa? Kau telah membuatnya__"
"Jika mereka begitu mempengaruhimu hingga kesulitan bicara seperti ini, maka tidak ada gunanya membiarkan mereka tetap menyala, bukan?"
"Jadi, bisakah kau membantuku memadamkan cahaya itu?" Lanjut Ziovan yang dijawab anggukan singkat Reyna sebelum berlalu menuju satu tempat dimana beberapa lilin tengah berpijar.
Mengambil dan memadamkannya satu persatu. Reyna berharap jika memang lilin-lilin inilah penyebab kegugupannya sekarang. Tapi pada satu waktu, kesadaran akhirnya datang padanya dan lagi-lagi membuktikan jika dugaannya salah.
Bukan baju yang ia kenakan atau lilin-lilin ini yang menjadi penyebab kegugupannya melainkan Ziovan, pria itulah yang sejak awal menjadi penyebab kegugupannya setelah tahu malam apa ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Destiny With You [Completed] TERSEDIA DI GOOGLE PLAYSTORE
RomanceSekuat apapun kamu mencoba menolak takdir maka sekuat itu juga takdir akan mendekat padamu sampai kamu mau menerimanya. "Karena ketertarikan tidak membutuhkan sebuah alasan jika takdir yang bergerak menjalankannya." [Ziovan Albert Russell] "Mimpi ya...