Happy reading guys....
***
"Zio... apa tidak sebaiknya kita pindahkan Sena ke kamar lain? Aku takut jika di sini, dia akan terganggu dan bangun nanti," kata Reyna setelah lama mereka hanya memandangi Sena yang terlelap."Kamu benar. Aku akan membawanya ke kamar Jason sekarang," kata Ziovan lalu mulai mengangkat Sena.
"Hati-hati, jangan sampai dia bangun!"
Ziovan berhasil membawa Sena tanpa membuatnya bangun lalu turun dari tempat tidur diikuti Reyna.
Ziovan menyentuh wajah Reyna dengan tangannya yang bebas. "Aku pergi dulu," katanya lalu mencium kening gadis itu.
Bersama-sama menuju pintu. Reyna lalu membukakan pintu untuk Ziovan dan Sena.
Betapa terkejutnya mereka saat pintu terbuka dan menemukan Nensy sedang mengangkat tangannya, akan mengetuk pintu bersama Devan di sampingnya.
Ternyata Nensy juga sama terkejutnya. Setelah mampu menguasai diri, dia langsung menurunkan tangannya dan jadi salah tingkah, dengan menunduk seperti anak kecil yang telah melakukan kesalahan.
"Aku tadi baru akan mengetuk pintu tapi kalian sudah-" jelas Nensy tapi terhenti saat sadar dia mengatakan kata 'kalian'. Nensy mengangkat kepalanya dan menemukan Ziovan hingga dia menyadari sesuatu.
Sedangkan Ziovan dan Reyna bertukar pandang, bingung apa yang terjadi.
"Van... kau di sini?" sergah Nensy hingga Ziovan melihatnya.
Detik itu juga, Ziovan sadar apa alasan Nensy berhenti tadi dan dia tahu ini masalah.
Mampus gue! Kalo gini caranya bisa nggak kelar-kelar dia nyeramahin gue.
Benar saja, setelah itu Nensy mulai menceramahi Ziovan dan terpaksa Ziovan harus mendengarnya dengan bosan. Sampai akhirnya dia melihat Reyna yang sedang menahan senyum.
Dan itu membuatnya kesal, bagaimana bisa istrinya itu senang melihatnya dimarahi seperti ini. Menyenggol pelan tangan Reyna hingga gadis itu menoleh. Ziovan lantas menunjukkan ekspresi kesalnya pada Reyna.
"Van, kamu dengerin mbak nggak sih?" kesal Nensy hingga Ziovan melihatnya lagi.
"Sudahlah mbak, nanti Sena bisa bangun loh!" kata Reyna berusaha menenangkan Nensy.
"Kau membelanya, Rey?"
"Bukan gitu, mbak. Aku cuma__"
"Sayang, tenanglah! Apa yang dikatakan Reyna itu benar, jika kau terus seperti ini bisa-bisa Sena bangun nanti. Dan kau tahu kan, apa yang akan terjadi jika ada yang mengganggu tidurnya?" kata Devan berusaha menenangkan istrinya dengan merangkul dan mengusap pelan lengan Nensy.
Nensy tertegun menyadari ucapan Reyna dan suaminya ada benarnya. Lalu melihat Sena yang masih terlelap di dekapan Ziovan yang mengelus pelan punggung Sena agar tidak bangun.
Mendapati istrinya sudah tenang, Devan akhirnya menurunkan rangkulannya dan melihat Ziovan. "Bagaimana? Apa masalah di antara kalian sudah terselesaikan?"
Baru saja Ziovan akan menjawab tapi Nensy sudah mendahuluinya. "Tunggu dulu! Apa itu artinya dalam hal ini kau juga ikut terlibat, mas?" tanyanya penuh selidik pada Devan.
"Ckkk... salah ngomong lagi gue," gumam Devan menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
"Mas, jawab aku! Jadi saat kamu ngajak aku pergi tadi, apa itu karena ini?" tuntut Nensy meminta jawaban dengan mengguncang lengan Devan.
Devan akan menjawab tapi urung karena kedatangan Andre dan Luna dari arah belakang Nensy.
"Kalian berkumpul di sini, ada apa?" tanya Luna hingga Nensy, Reyna dan Ziovan mengalihkan pandangan ke arahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Destiny With You [Completed] TERSEDIA DI GOOGLE PLAYSTORE
RomanceSekuat apapun kamu mencoba menolak takdir maka sekuat itu juga takdir akan mendekat padamu sampai kamu mau menerimanya. "Karena ketertarikan tidak membutuhkan sebuah alasan jika takdir yang bergerak menjalankannya." [Ziovan Albert Russell] "Mimpi ya...