#5# - Five

3.1K 338 10
                                        

Amyla Renata memiliki kehidupan yang lebih baik ketika ia menjadi salah satu dari sekian orang yang bernasib beruntung, yaitu saat enam tahun lalu ia memiliki kesempatan bertemu dengan keluarga Tjahjadi. Renata menghabiskan lima belas tahun tinggal di panti asuhan dan semua hidupnya berubah saat panti asuhannya mendapat kunjungan sosial dari sebuah sekolah internasional dari Jakarta - membuatnya bertemu dengan seorang perempuan muda dengan nama belakang Tjahjadi yang mengenali hobi dan bakat yang ia kuasai - ajaran dari pengurus panti, merajut.

Hanya merajut - satu teknik, dan tanpa Renata duga itu adalah jembatan bagi ia dan perempuan itu menjadi dekat. Jembatan yang mengubah hidupnya.

Renata adalah salah satu dari sekian orang yang hidupnya berubah dan ia tahu bagaimana kewajibannya saat ini setelah mendapatkan kesempatan langka itu. Tidak semua orang mendapatkannya dan tidak semua orang bisa melakukannya. Iliona Tjahjadi merupakan wanita bervisi luas dan ia memberikan kesempatan kepada beberapa orang yang telah ia pilih untuk bersekolah setinggi mungkin dibawah naungan Tjahjadi Foundation yang ia miliki. Orang-orang terpilih - the chosen.

Amyla Renata tidak ingin menyia-nyiakan kesempatannya. Ia ingin melihat senyum penuh kebanggaan dari Iliona Tjahjadi saat kelulusannya dari Parsons nanti - sama seperti senyum yang pernah ditunjukkan Iliona saat ia memerlihatkan portofolio yang ia kirim ke Parsons, dan berita penerimaannya satu tahun lalu yang saat itu memiliki acceptance rate dua puluh persen.

Ia ingin mengubah nasibnya.

Jadi, tidak perlu alasan lebih kuat untuk tetap di satu meja bersama Dominic karena ia tidak ingin pertemuannya dengan pria itu mengubah jam belajarnya, ia memiliki target untuk nilai dan proyek yang ia lakukan - Parsons memfasilitasi seratus persen mahasiswanya. Renata dengan cepat memasukkan semua barang-barang ke dalam tas punggungnya saat Dominic kembali bertanya, "You studied here?"

"Hmm, yes."

"How it feels?" Dominic kemudian tersenyum saat pertanyannya ini mendapat perhatian Renata sepenuhnya. "Adikkku mengambil short course juga disini dan karenanya ini adalah pertama kali bagi aku datang ke tempat ini."

"Sekarang kita saling bicara santai?" Renata tahu ia tidak suka dengan kehadiran pria ini tetapi entah kenapa ia membiarkannya. "Parsons berbeda - dalam segala hal. Tapi bangunan dan interiornya -"

"Unik." Renata kemudian mengikat rambutnya yang tidak terlalu panjang dengan asal dan itu membuatnya tidak melihat bagaimana Dominic memberi kode kepada ajudannya untuk menjauh dari meja mereka. Ia melanjutkan, "Sometimes it inspires you in other ways."

Dominic berjalan saat Renata juga mulai berjalan, ia mengira Renata akan pergi ke arah lift untuk turun, tetapi ia bertanya sekali lagi saat dugaannya meleset. "Kamu menggunakan tangga?"

"Healthy life - kamu keberatan? Wait - are you following me?"

"Berkeliling, mungkin?" Dominic menunjuk kartu akses yang mengalung di lehernya, "It's my first time in here."

Renata menaikkan sebelah alisnya dan berkata dengan nada datar, "Kamu tidak punya pekerjaan?"

"Ada."

Renata mengambil sisi kiri dan mulai menuruni tangga karena kelasnya ada di lantai tiga, "Cari orang lain untuk menemani kamu, Nic. Aku sibuk dan tidak mau membuang-buang waktu untuk menemani seorang pria berkeliling gedung ini karena ia penasaran."

"Not only the building, but also you."

"Creepy. Kenapa kamu penasaran dengan aku?"

"Tidak tahu." Dominic menyukai setiap jawaban spontan dari Renata dan ia menjawab dengan jujur, "Mungkin karena pertemuan pertama kita yang tidak terlalu bagus. Mungkin karena kamu memaafkan saya dengan cepat. Mungkin karena - itu kamu."

"Still sounds creepy for me, I don't waste my time on people like that. You are a guest here, right?"

... "Benar."

"Don't bother me - I'm the student in here."

"Apa aku menganggu kamu?"

"Untuk jawaban yang sangat jelas - perlu kamu bertanya seperti itu? You're a stranger and I don't know what your identity is, mengajakku berbicara sementara aku tidak menginginkannya."

"Aston Dominic. Dua puluh empat tahun - apa itu cukup? I can give you my ID Card - tapi kamu juga harus memberikan punya kamu juga."

"Tidak." Renata menggeleng dengan tegas sebelum akhirnya ia menyadari kekonyolan mereka berdua di tangga ini. "Konyol sekali kita berdua membicarakan hal ini. Dengarkan saya, Dominic. Kamu pria yang menabrak aku di pertemuan pertama kita dan sekarang saat kita bertemu lagi, kamu menganggu jadwal belajar aku. Menyebalkan, bukan?"

"Kalau begitu kita bisa bertemu lagi di lain waktu?"

"Kenapa harus?"

Dominic membalas, "Kenapa tidak?"

"Your eyes is different, Renata." Dominic mengatakannya setelah antara Renata dan ia tidak ada yang berbicara.

Renata yang tidak pernah sekalipun mendapat perhatian seperti ini kemudian menatap mata Dominic, "Ya?"

Dominic menatap mata Renata yang berwarna hitam - cantik. Renata mengangkat bahunya sekilas, "I'm Asian."

Dominic tersenyum, "Senang bertemu dengan kamu."

"Senang juga bertemu dengan kamu, Dominic. Tapi saya tidak mau kamu ikuti - jadi biarkan saya pergi dan kamu, cari orang lain saja."

____

Endless LullabyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang