Gabrina keluar dari ruangan selesai mengobati Dominic untuk menemui Lukman, sang manajer convenience store. "Bapak Lukman, terima kasih atas bantuan Anda dan tim Anda atas kesalahan kami."
Lukman mengangguk dan tersenyum memaklumi, kemudian Gabrina berkata, "Saya ingin mengganti rugi atas kerusakan ini, Bapak. Apa saja yang perlu saya urus?"
Sementara itu Dominic yang tidak mempunyai pilihan lain akhirnya memakai kaus kebesaran Ralph Lauren. Ia menggerakkan tubuhnya dengan perlahan untuk mengurangi rasa sakit, Dominic tidak bisa menahan dengusan kekesalan karena polo itu memiliki ukuran satu tingkat lebih besar dan membuat tubuhnya terlihat aneh saat ia bercermin.
Ia sedang melipat kemejanya sendiri yang lusuh, melipatnya sebelum dimasukkan ke kantung belanja saat Gabrina kembali masuk.
"Good, kamu sudah selesai berganti baju? Apa kausnya membuat lebammu sakit?"
Dominic menjawab tanpa menoleh, "Sepanjang hidupku aku baru pertama kali mendengar kalau kaus polo ukuran pas badan bisa membuat lebamku parah."
"I tell you." Gabrina menatap datar Dominic yang terlihat konyol dengan kaus pilihannya. "Aku sudah menyelesaikan semua hal yang perlu diurus dan sudah memesan ojek online - tidak, aku tidak membiarkan kamu naik motor tapi mobil - tenang saja. Kamu harus ke rumah sakit."
Teringat sesuatu Dominic kembali memasukkan tangannya kedalam paperbag untuk melakukan sesuatu. "I don't get it. Kenapa kamu memesan sesuatu yang tidak aku minta?"
"Kamu tidak mungkin menyetir dengan kondisi seperti itu."
"Lalu kamu - bagaimana dengan kamu?"
"Aku akan membawa mobilmu, I have license too, Dominic," Gabrina menjawab dengan tenang. Tidak ada yang tahu kecuali dirinya sendiri, petugas kepolisian, dan Tuhan kalau ia bisa menyetir dan memiliki surat resmi berkendara.
Dominic menggeleng dengan tegas. "Bandara dan Jakarta cukup jauh. Batalkan pesanan ojek kamu dan kita akan pulang bersama dengan mobilku. Aku masih cukup kuat untuk menyetir."
"Kamu gila - Arthur akan memusuhiku untuk selama-lamanya kalau lukamu semakin parah."
Dominic tersenyum sinis kepada wanita yang menurutnya sangat keras kepala. Satu hal yang membuatnya tidak bisa mempercayai Gabrina begitu saja karena ia terlalu takut apabila sesuatu terjadi terhadap wanita itu di masa depan. "Oh, G, Arthur tidak akan memusuhimu dan aku - aku tidak bisa meninggalkan kamu begitu saja. You can't stop me from worrying about you. What if-"
"Aku bisa menyetir dan aku tidak akan mencuri mobilmu, Dominic. No need to worry-"
"Tunggu sebentar biar aku melihatnya." Dominic tidak mendengarkan kata-kata Gabrina melainkan maju untuk mendekatinya dan menarik tangan Gabrina yang berada dibalik badan wanita itu, walaupun Gabrina refleks melepaskannya dan berkata dengan sengit, "Apa?"
"Dirimu sendiri, Gabrina. Luka kamu - apa kamu tidak merasakannya?" Dominic menghela napas panjang tidak tersinggung dengan sikap kasar Gabrina dan ia menarik tangan wanita itu lagi.
"Kamu berdarah cukup banyak," kata Dominic sementara itu Gabrina tidak menjawab apa-apa. Rasa sakit ini tidak terasa ketika ia berlari mencari obat dan kaus polo, tidak ketika ia membayar dengan kartunya - Oh Tuhan, apakah di kartunya ada noda darah - Gabrina bertanya kepada dirinya untuk mengingat apakah kartu nama yang ia berikan kepada manager terdapat noda darahnya.
Ralph Lauren mahal dan ia ingin pria itu mengembalikan uangnya - pikir Gabrina sebelum ia mengingat kembali kesalahannya kepada Dominic. Karenanya pria itu terluka - Oh Tuhan, dosa apa yang aku akan dapatkan?
KAMU SEDANG MEMBACA
Endless Lullaby
ChickLitEndless Lullaby | Mint Series #1 © 2020 Grenatalie. Seluruh hak cipta.