Julia Raviv berkata dengan nada rendah kepada putrinya, "Jangan berjarak lebih dua langkah dari Mama, Fanny. Everybody in here is looking at us."
Estefany tidak menjawab karena ia memilih untuk sedikit menundukkan kepala. Malam ini ia memiliki jadwal menghadiri undangan premiere film dari salah satu teman agensinya tetapi ia terpaksa meninggalkan acara itu lebih awal karena ibunya, Julia Raviv mendadak memintanya untuk ikut datang ke salah satu pesta dari seorang wanita yang ia kenal dari salah satu perkumpulannya, Kana Wihagaratna.
Ia ikut berhenti ketika ibunya berhenti berjalan dan ia tersenyum tipis saat Julia berbasa-basi dengan beberapa temannya. Fanny tidak begitu mengerti apa yang sedang mereka bicarakan jadi ia menggunakan waktunya untuk memandang sekeliling ruangan itu dan menyadari betapa eksklusif pesta ini. Kana merupakan direktur Originee Galerie dan malam ini ia mengadakan pesta sosialita sekaligus memamerkan beberapa koleksi lukisan dari dua pelukis kesukannya, Édouard Manet dan Paul Cézanne – yang ia menangkan dari pelelangan di Shanghai bulan lalu.
"Jangan pecah fokus kamu, Fanny. Malam ini kamu harus menyapa Kana karena ia dan keluarganya juga sepertinya masuk ke list Mama untuk mendapatkan undangan," kata Julia setelah ia menyelesaikan pembicaraannya dan kali ini ia menggandeng tangan Fanny tanpa memedulikan wajah keberatan putrinya. Ia tahu seberapa besar Fanny akan menolak permintaannya malam ini tetapi ia menginginkan teman-teman di perkumpulannya bertemu dengan Fanny – dan membuat putrinya sendiri menjadi bahan pembicaraan yang mana membuatnya lebih bangga, terlebih hubungan putrinya dengan putra Presiden Negara ini.
Fanny berusaha menahan kekesalannya setelah Julia selesai berbicara dengan Kana, "Mama harus berhenti berkata kepada semua orang kalau aku akan menikah."
"Mama tidak melihat ada yang salah," dengan santai Julia Raviv tersenyum. "Kamu memang akan menikah dan Mama hanya sedang menyebarkan berita yang membuat Mama bahagia."
"Aku juga senang kalau tahu hubunganku sudah di tahap seperti ini. Tapi aku tidak seenaknya sendiri seperti Mama."
"Apa yang Mama lakukan adalah sebuah proses untuk kebaikan kalian."
"Stop, Ma. Think about what if he and I weren't married –"
"Dengan Mama menyebarkan beritanya Mama selalu berharap itu akan segera terjadi karena Mama percaya kata-kata adalah doa. Jadi jangan berbicara sembarangan dan Mama tidak ingin mendengar kata-kata itu lagi, Fanny."
Julia menatap salah satu lukisan di dinding. "Teman Mama yang kemarin kita bicarakan untuk membuat gaun pernikahan kamu sepertinya datang juga malam ini, Fanny."
"Karena Mama yang ingin bertemu, aku akan menunggu di meja kita," Fanny membuang wajahnya dan berusaha tidak menampilkan wajah datar karena ia tahu ada banyak orang penting di tempat ini. "Kakiku sakit dan aku belum makan malam, Ma."
"Spoiled. Apa Mama mengajari kamu seperti itu?"
"Mama yang ingin bertemu dengannya –"
"Dan kamu yang akan menikah bukannya Mama."
"Jadi seharusnya Mama tidak ada hak untuk ikut menentukan apa yang akan aku dan Benedict ambil di hubungan ini."
Julia menyipitkan kedua matanya, "Orang menjadi sensitif ketika lapar, Fanny. Mama temani kamu ambil kue. Mama kira kamu diet malam ini."
" .... "
Fanny menghela napas panjang, "Tapi aku serius, Ma. We're taking a break."
....
Julia tidak melihat ada orang lain di depan lukisan ini selain mereka berdua, "Fanny, tadi kamu bilang apa? Mama rasa disini terlalu ramai."
"Mama ingin mendengarnya sekarang? Disini? Aku dan Benedict sedang mengambil jeda untuk masing-masing, Ma."
KAMU SEDANG MEMBACA
Endless Lullaby
ChickLitEndless Lullaby | Mint Series #1 © 2020 Grenatalie. Seluruh hak cipta.