#98# - Ninety Eight

915 93 2
                                    

"Kamu benar, aku memang butuh liburan." Gabrina mengulangi kata-kata Dominic kepadanya minggu lalu, setelah mereka menghabiskan hampir satu jam berkendara dari Kaivopuisto menuju Porvoo, sebuah kota tua yang terletak lima puluh kilometer dari timur Helsinki. Dominic meminta Arthur untuk menunggu dilain tempat sementara mereka masuk ke toko lokal artisan es krim setelah berjalan melewati jembatan tua dan menyusuri jalan berbatu. "Sebelumnya aku menganggap berkunjung kesini saat summer adalah ide yang tidak begitu bagus."

"Well, dengan senang hati aku bisa membawamu berkeliling ke tempat-tempat kesukaanku seandainya waktu kita lebih panjang." Dominic membuka pintu toko untuk mereka.

"I can't choose either black cherry or choco mint." Gabrina berdiri didepan etalase cukup lama. Dominic hanya mengangkat sebelah alisnya saat melihat Gabrina membawa es krim pilihannya. "But you still be the one who loves choco mint, right?" kata Dominic. "Your favorite flavor."

"Comfort dessert." Gabrina memejamkan matanya untuk beberapa saat untuk merasakan es krim tersebut. Ia menggeleng kecil atas kenikmatan yang ia rasakan. "I deserve this. Untuk perayaan kecil kita."

"Apa yang harus kita rayakan?"

"Pertama, untuk private show. Kedua, untuk dokumenter. Ketiga, untuk kemenangan kasusku." Keduanya mengambil duduk di dekat jendela, mengamati setapak jalan berbatu yang bersisian dengan sungai Porvoonjoki. Dominic ingin membuka mulutnya, namun Gabrina lebih dulu bersuara, "Ada tempat favoritmu yang lain disini?" Ia mengubah pembicaraan mereka.

"Mana yang kamu inginkan? Outdoor atau indoor?"

"Kayaking. Yang dibicarakan oleh Herve." Gabrina menatap pria didepannya penuh harap. "Terdengar seru."

"To be fair, Porvoo memiliki museum yang menarik. Kapal pesiar, peternakan lokal–"

Gabrina menyipitkan matanya. Agenda mereka ke kota ini bisa dibilang tiba-tiba karena Jeanne mengubah jadwalnya. "You don't want me to kayaking, right?"

Dominic memperhatikannya dengan tatapan bersalah dimatanya. "Setidaknya itu membutuhkan waktu tiga jam paling cepat."

"Tidak ada jalur untuk pemula?"

"Gabrina, kurasa kita tidak sebaiknya menggunakan seluruh waktu kita disini untuk kayaking." Ia melanjutkan, "Aku ingin kamu bertemu seseorang ...yang menunggu kita."

"Teman kamu?"

"Teman kamu."

____

Gabrina mengedarkan pandangan sejauh yang ia bisa ditempat tersebut. Kosong. Ia tidak melihat orang lain selain ia dan Dominic. Arthur dan pengawal lain menunggu diluar mobil, membiarkan mereka semakin masuk ke tempat tersebut. Dominic tetap mengenggam erat tangannya. Angin berhembus melalui pohon-pohon yang ada diseluruh penjuru tempat ini. Tiba-tiba rasa dingin masuk menembus pakaiannya, meresap jauh hingga ketulang bersamaan dengan jantungnya yang berdegup kencang saat Dominic berhenti disalah satu nisan.

Evelyn Tierney Graham.

Dua jam yang lalu ia masih tertawa dan bersemangat dengan trip mereka. Sekarang, Gabrina tidak tahu apakah ia harus senang atau sedih ketika bertemu dengan tempat peristirahatan terakhir orang yang ia cari selama ini.

"She lived here." Ujarnya dengan tenggorokan tercekat. Sweaternya pagi tadi sudah berganti dengan blus putih polos sebelum mereka pergi ke Porvoo.

Dominic tidak berkata apapun. Setahun yang lalu, ketika Evie datang ke Chantilly ia bertanya negeri mana yang sekiranya cukup tenang dan bisa menjadi tempatnya untuk berobat. Ia mengusulkan Finlandia dan membuat janji dengan salah satu dokter terbaik di rumah sakit di Finlandia bertemu dengan Evie ketika wanita itu tertarik dengan idenya.

Endless LullabyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang