#41# - Forty One

1K 119 3
                                    

GRT Productions merupakan studio milik Benedict yang ia dirikan bersama dua temannya - walaupun sekarang hanya tersisa ia sendiri dari mereka bertiga, kedua temannya memilih untuk melanjutkan mimpi mereka masing-masing dan Benedict tahu kalau ia tidak perlu menghalangi keputusan mereka. Sejak pagi ia mengedit hasil foto-fotonya saat layar ponsel yang ia letakkan disamping komputer menyala, menampilkan nama seseorang yang meneleponnya.

"Gue di dekat studio lo," kata lawan bicaranya saat Benedict mengangkat telepon.

"Lalu?"

"Baju gue basah kehujanan, boleh gue kesana?"

Benedict melihat ke arah luar jendela. Hujan turun sejak satu jam yang lalu dan ia tidak menduga Gabrina Clo sedang didekat studionya. "Gue jemput, dimana lo sekarang?"

Gabrina menggeleng dan mengabaikan tawaran Benedict, "Lima menit lagi sepertinya gue sampai. Thanks, Ben."

Seperti biasa wanita itu tidak mendengarkannya. Benedict yang sedang duduk di kursi kemudian berdiri dan turun ke lantai bawah - mencari payung dengan cepat dan segera keluar saat ia mendapati hujan juga membasahi teras studio karena angin. Dua menit ia berdiri menunggu dan mengabaikan tatapan heran dari pegawai-pegawai yang berada di dalam - sebelum akhirnya mata Benedict menemukan wanita yang berjalan santai tanpa payung yang menaungi seolah tidak terganggu dengan tetesan air yang jatuh.

Gabrina dengan kaus putih dan celana jeans tampak berjalan dengan santai. Terkadang ia akan menjulurkan tangan ke depan untuk menangkap air yang jatuh dan tersenyum sendiri. Benedict terus menatap wanita itu dan berniat untuk menyusulnya saat tiba-tiba Gabrina juga menyadarinya.

"Apa yang lo lakukan dasar cer-"

Stop. Gabrina berkata tanpa suara hanya menggerakkan mulut sambil mengibaskan tangan mengusir Benedict. Rambut dan tubuhnya basah karena air tetapi wanita itu justru terlihat santai, tidak memedulikan dirinya sendiri, dan tersenyum karena menikmatinya.

Benedict mengangkat bahunya tidak mengerti. Ada apa?

Sudah lo disitu saja.

Benedict menunjuk ke atas dengan tanpa mengalihkan pandangannya dari Renata, Hujan, apa mata lo masih berfungsi?

Tunggu gue disana saja, bisa?

Benedict menggeleng tidak percaya. Ia berjarak lima belas meter dengan wanita itu tetapi ia bisa melihat dengan jelas gerakan mulut Gabrina. Gue bawa payung ya memang untuk lo.

Tunggu gue disana, Gabrina tidak ingin siapapun mengusik kesenangannya. Ia menempelkan jari telunjuk di bibirnya sendiri sebelum mengibaskan tangannya kembali kepada Benedict. Dan diam.

Oh, ya Tuhan.

Pada akhirnya Benedict berbalik ke teras dan menatap wanita itu. Gabrina kembali melanjutkan langkahnya sambil bersenandung. Ia tidak memedulikan orang-orang yang menatapnya dengan heran. Gabrina baru saja pulang dari rumah sakit dan ketika ia keluar dari gedungnya ia mendapati gerimis turun. Lima belas menit lalu ia masih berpikir untuk menggunakan payung dan kembali ke kantor dengan MRT tetapi melihat bagaimana air turun - ia hanya ingin menikmatinya.

Benedict menunggu hingga Gabrina Clo sampai di depannya dan ia menarik tangan wanita itu - bertedur dibawah teras studio sebelum melepaskannya. Dilihatnya mata Gabrina yang berbinar dan nafas wanita itu yang masih terengah-engah, ia kemudian melempar handuk kecil yang sudah dibawa dari ruangannya, "Lari kalau hujan bukannya jalan saja. Lo seperti anak kecil, Renata apa lo tidak khawatir kena flu?"

"Kapan lagi bisa main hujan-hujanan?" tanya Gabrina setelah meletakkan handuk diatas kepala begitu saja. "Lagipula masa lo tidak tahu kalau jalan kaki itu menyenangkan?"

Endless LullabyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang