"Angkat telepon lo, Ben," kata Gabrina Clo saat dua menit terakhir ia bisa mendengar nada ponsel dering ponsel dari Benedict dan sikap tak acuh dari pria itu. "Gue akan pura-pura nggak dengar."
"Pura-pura gimana maksud lo?" tanya balik Benedict kepada Gabrina, sengaja berlama-lama berbicara untuk menunggu ponselnya mati.
"Bakalan pura-pura nggak dengar kalau Presiden akan berbicara dengan manusia didepan gue," kata Gabrina dengan datar tetapi beberapa saat kemudian ia tertawa kecil dengan kata-katanya sendiri.
Tetapi Benedict membiarkannya.
Lima menit kemudian setelah mereka sampai di unit apartmen Gabrina, Benedict menarik handle pintu ketika wanita yang ada didepannya masuk terlebih dahulu ke apartmen, "Lo sudah makan?"
"Belum."
Benedict memandang punggung Gabrina yang menjauh. Satu jam yang lalu ia menjemput wanita itu di kantor Pacific Fashion dan membiarkan wanita itu langsung tidur ketika mereka dalam perjalanan tadi. Gabrina masih memakai gaun yang sama saat Benedict bertanya, "Lupa ya lo kalau beberapa bulan lalu tipes?"
"Selesai urusan kita gue mau makan, Ben."
Benedict kemudian meletakkan tasnya di sofa dan ia duduk disana. Gabrina sudah masuk ke kamarnya sendiri tetapi lima menit kemudian ia sudah keluar dengan kaus putih dan boxer abu-abu.
"Gue nggak tahu lo sekarang dekat dengan pria lain," Benedict bertanya dengan santai ketika Gabrina meletakkan sekotak jus dengan dua gelas didepan mereka.
"Siapa?" tanya Gabrina tidak mengerti.
"Dominic. Kakaknya Charleen."
Kening Gabrina berkerut samar dan ia menemukan keripik kentang yang masih belum terbuka di bawah kitchen island, "Gue nggak dekat dengan dia, Ben."
"Lo tadi berbicara dengannya – I saw you and him di Mulia karena gue masih disana."
"Karena dia orang penting dan gue tadi berbicara dengannya – menurut lo itu aneh?" Gabrina merasa tidak perlu menjelaskan siapa itu Dominic tetapi ketika ia berbalik dan melihat Benedict menunggu jawabannya ia kemudian berkata, "Kakaknya adalah produser film yang gue ambil, Ben. Bukannya lo mengenal banyak orang di industri ini? Have you heard his name?"
Tapi Benedict yakin bahwa ia tidak melewatkan sesuatu, termasuk setiap orang yang terlibat dalam dokumenter Gabrina. "Gue membaca semua nama yang berpartisipasi di dokumenter lo – and I bet Faillieres wasn't there."
"Lo membaca semuanya? Untuk apa, Benedict?"
"Gue peduli dengan lo."
"Thanks kalau begitu," Gabrina mengatakannya sambil mengangkat sebelah alisnya. Ia tidak memiliki bahan makanan yang lain sehingga ia menutup kulkas yang sebelumnya ia buka, "Well, you don't have to do that."
"Gue nggak tahu kalau pendiri prodhouse ada di Jakarta."
"Gue juga nggak tahu lo masih di Mulia dan bisa melihat apa saja yang tadi gue lakukan. Can we continue this one, Pak? Gue laper dan butuh makan, mana yang harus gue tanda tangani?"
Benedict mengeluarkan sebuah map dari tasnya dan membuka semua kertas itu diatas meja, "Seharusnya kita butuh pengacara malam ini – tapi gue tidak mau menyela jadwal mereka begitu saja. Gue bukan spesies klien otoriter."
Gabrina mengamati halaman pertama dokumen saat Benedict kembali berkata, "Kita bicarakan dengan pengacara kita lusa, Ren. I want you to sign this tonight so Fanny will let me go to her place."

KAMU SEDANG MEMBACA
Endless Lullaby
ChickLitEndless Lullaby | Mint Series #1 © 2020 Grenatalie. Seluruh hak cipta.