"You late," kata wanita yang sedang duduk di salah satu kursi salah satu restoran hotel berbintang lima setelah ia mendongakkan kepalanya dan melihat Dominic datang menghampiri mejanya. Dominic hanya tersenyum tipis dan melepas kacamata hitamnya yang masih ia pakai sejak bersepeda. Wanita itu melanjutkan, "Je ñ'aime pas les gens qui sont en retard."(1)
"Kaku sekali sih," cibir Dominic kepada adiknya. "I hit someone on the road. Don't you worry about me?"
"Why should I worry about you?" balas Charleen Faillieres dengan datar. "Kamu tinggi dan besar, aku justru lebih khawatir dengan sepeda kamu."
"And what the hell with your hair?" kata Charleen dengan spontan dan itu membuatnya sadar akan kesalahannya. Kehidupannya selama dua puluh tahun sebagai salah satu anggota keluarga Kerajaan Prancis membuatnya tahu seharusnya ia tidak mengucapkan umpatan seperti itu – lucky, there's no media today. Charleen baru saja tiba di tempat ini setelah melakukan penerbangan dari Massachusetts. "Sorry, my bad mouth," gumam Charleen.
Jean Aston Dominic Faillieres menyugar rambut dengan jari-jari tangannya karena ia tidak mempersalahkan adiknya. Minggu lalu ia pergi ke salon untuk menata rambutnya dan sekarang ia menunjukkannya dengan bangga, "Keren, kan? New style – lebih keren lagi kalau habis mandi."
"Ewww," Charleen bergidik. "Kasihan sekali orang yang melihat kamu habis mandi – unlucky girl."
"Lucky girl –"
"Unlucky," bantah Charleen sambil melipat tangannya didepan dada. "Aku datang kesini tidak untuk melakukan pembicaraan sia-sia dengan kamu, Nickie. Lucky or not, I don't care."
Dominic menganggukan kepalanya saat pelayan restoran ini mengisi air putih di gelasnya. Ia menunggu hingga pelayan itu selesai dan baru berbicara saat pelayan itu pergi, "Kalau begitu jangan kurang ajar karena aku lebih tua dari kamu. Charleen, how Harvard? How Jack? How your life? Still sad or not?"
"Kamu berkali-kali lebih menyebalkan dari siapapun," Charleen mengambil kopi yang sudah dibelikan ajudannya, Lucien. "Ya Tuhan, aku menyesal datang kesini. Seharusnya aku langsung ke rumah saja daripada menghabiskan waktu bertemu dengan kamu – kakak paling menyebalkan di dunia. Kalau bukan karena permintaan Mama aku tidak ingin bertemu dengan kamu."
Dominic mengerutkan dahinya, "Rumah? Memang kamu akan disini berapa hari, Charleen?"
Adiknya yang lebih muda empat tahun darinya kemudian menjawab, "Rumah – ya tempat kamu."
Butuh beberapa saat bagi Dominic untuk memahami kata-kata adiknya. Dominic Faillieres sedang mengambil gelar magisternya di Universitas Columbia sejak satu tahun yang lalu dan itu membuatnya tinggal di salah satu apartemen yang berada di Columbus Circle – penthouse dengan empat kamar. Dua kamar terpakai dan Dominic tidak yakin ia bisa memberikan ijin kepada adiknya untuk tinggal di apartemennya. "Kenapa harus di tempat aku?"
"Kenapa tidak?" Charleen balik bertanya. "Are you going home with different women to sleep together?"
Charleen tidak menunggu jawaban Dominic, "Hmm, kalau kalian akan melakukannya cari hotel lain saja. Telingaku masih suci – tidak bisa mendengar suara aneh yang nanti bisa saja kalian ciptakan."
Dominic yang tahu betapa kaku dan menyebalkan adiknya itu kemudian berhitung didalam hati untuk membuatnya sabar. "That's not what I mean, kamu harus menjelaskannya ke aku – kenapa kamu kesini?"
Charleen mengangkat bahunya dengan santai, "Aku akan disini selama tiga bulan kedepan."
Tiga bulan? Ya Tuhan, hidupnya bisa kacau.
"I want to take a short course in Parsons. Acquiring someone to my company who will be there is not an easy job," tambah Charleen tanpa memedulikan ekspresi horror kakaknya. "I'll take two courses and do it one by one."
Dominic merasa berbicara dengan adiknya lebih menguras tenaga daripada perjalanannya tadi. "Jadi kamu ingin mencari orang untuk perusahaan kamu nanti yang bahkan belum ada sekarang, tapi kenapa sampai melibatkan aku?"
"Karena kamu harus menemani aku juga."
Dominic menggeleng. Ia memiliki jadwal yang cukup sibuk, tesis dan internship di salah satu venture capital di New York City sejak satu bulan yang lalu. "Aku juga punya urusan lain daripada menemani kamu. Ada Lucien atau kamu bisa bersama Arthur -"
"But you know how to do that – acquiring."
"Aku bisa mengajari kamu setiap hari setelah aku pulang."
Charleen mengambil kopinya dan menggeleng, "Kamu mungkin akan tidur dengan teman wanita kamu dan melupakan aku, Nickie. Lagipula satu jam dari sekarang His Majesty – Papa akan menelpon kamu untuk memastikan keadaanku dan menyuruh kamu untuk menjagaku."
"Putri manja."
"I want to learn – bagian mana yang manja? Dasar aneh. Parsons is amazing – tapi jangan mencari teman tidur kamu disana, please."
Dominic belum menyanggupi permintaan awal adiknya namun ia lebih tertarik dengan Parsons. Sekolah desain dan banyak wanita disana, kenapa tidak?
"Why not?" kata Dominic dengan menggoda walau sebenarnya tuduhan dari Charleen itu tidak benar sepenuhnya.
Charleen berdecak, "Pangeran menyebalkan – jangan nodai misi muliaku disini dengan obsesi aneh kamu."
_____
(1) Aku tidak suka orang yang terlambat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Endless Lullaby
ChickLitEndless Lullaby | Mint Series #1 © 2020 Grenatalie. Seluruh hak cipta.