Jakarta, Indonesia.
Tujuh tahun kemudian,Gabrina Clo keluar dari salah satu ruang meeting yang ada di lantai empat di gedung Dic'I bersama asistennya, Jeremy Raharja setelah menghabiskan satu jam untuk membahas tentang apa yang akan ia bicarakan sebagai narasumber talkshow di sebuah pagelaran yang diadakan di mall terbesar di Jakarta dua bulan lagi. Jeremy merupakan wanita yang bekerja dengannya sejak dua bulan yang lalu - fresh graduate - terlihat melangkah denganabhu yang tidak tegap karena ia masih gugup. Ia belum terbiasa dengan atasannya, Gabrina Clo.
Sementara itu Gabrina masih sibuk dengan ponselnya karena ia harus mengecek notifikasi media sosialnya yang selalu ramai walau ia jarang memposting sesuatu. Ia baru memasukkan ponsel itu ke dalam saku celana saat Jeremy berhenti berjalan dan membuatnya menyadari kalau mereka sudah sampai di ruangannya sendiri - dan menyadari waktu sudah berlalu cukup lama sejak jam makan siang.
"Jimmy," panggil Gabrina.
"Ya, Mbak?"
"Kamu belum makan siang, kan?"
Jimmy meletakkan laptop yang ia bawa ke atas meja dan mengangguk dengan ragu, "Saya sedang menunggu Mbak untuk makan siang bersama."
Gabrina menggeleng sebelum ia memberitahunya hal ini, "Lain kali kalau sudah waktunya makan siang kamu tinggal makan siang saja, Jim. Aku tidak biasa - tidak teratur untuk makan. Jadi daripada kamu nanti bisa pingsan, just go, Jim."
Jimmy ingat bagaimana ia mendapatkan pesan dari seseorang di hari pertamanya bekerja di Pacific Fashion, "Saya diberi pesan oleh Mbak Atha untuk makan bersama Mbak," jelas Jimmy. "Maksud saya, kan Mbak baru keluar dari rumah sakit karena tipes, jadi saya disuruh memastikan kalau Mbak Gabrina tidak telat makan lagi."
"Ya, nanti saya makan kalau sudah lapar."
"Maksudnya jangan ditunda juga untuk obatnya, Mbak. Biar saya ingatkan sebagai asistennya Mbak Gabrina, jadwal show kita enam bulan kedepan padat ditambah dengan kemungkinan Mbak tampil di film dokumenternya Netflix-"
Jeremy Raharja yang lebih muda dari atasannya kemudian menepuk tangannya sendiri dengan terkejut karena ia baru mengingat sesuatu, "Ya ampun, maaf. Saya lupa beritahu, Mbak. Ada email dari produser yang menawarkan Mbak untuk tampil di film dokumenter terbaru mereka."
"Oh ya?" Gabrina yang memiliki posisi sebagai co-creative director di Dic'I dan menjadi salah satu sorotan fashion designer di Indonesia sejak dua tahun berturut-turut kemudian mengambil sebuah tisu di meja Jeremy untuk membersihkan tangannya. "Sendiri atau bersama yang lain?"
"Temanya Wanita Indonesia Inspiratif - lima wanita dari profesi berbeda akan bermain di dokumenter itu, Mbak. Menarik waktu saya membaca email dari mereka."
"Kalau menarik tapi saya tidak punya waktu untuk bergabung bagaimana?" Gabrina menggeleng pelan saat ia menyadari kalau pembicaraan mereka hanya akan mengurangi waktu makan siang Jimmy, "Nanti kita bahas lagi, Jim. Meeting terakhir kita masih satu jam lagi, kamu sebaiknya makan dulu."
Tetapi Jeremy menggeleng dan memilih untuk membuka email perusahaannya, "Forward email tidak lama kok Mbak."
"Yang penting itu lambung kamu - bukan emailnya."
....
"Sudah saya kirim," kata Jeremy sambil tersenyum lebar karena kekhawatirannya beberapa saat lalu tidak terjadi. - ia takut Gabrina akan marah saat baru ia beritahu tentang pesan ini.
Tetapi Gabrina hanya mengangguk singkat, ia tidak antusias dengan proyek dokumenter itu sebelum meminta diskusi dengan partnernya, Kanianatha. "Setelah ini saya baca, Jim."
____
"Dokumenter? Sounds good," ungkap Kanianatha dengan jujur saat Gabrina meminta pendapatnya setelah ia membaca email itu. Mereka sedang berada di ruangan khusus milik Kanianatha dan Gabrina sendiri duduk di karpet sambil menyilangkan kakinya.
Kanianatha yang juga sudah membaca email dari produser itu juga tertarik dengan dokumenternya. "Congrats, will you take it or not?"
"Aku tidak tahu."
Atha mengerutkan dahinya, "Kenapa tidak tahu? Bukan Gabrina yang gue kenal karena ia dengan jelas mengatakan ya dan tidak sepanjang hidupnya. We're talking about Netflix - siapa sih yang tidak mau berada didalamnya? Kalau terlalu bertabrakan dengan beberapa jadwal lo biar gue yang kerjakan. VVIP dari Kuwait akan gue ambil lagi setelah dua tahun ini lo tangani, tenang saja."
Gabrina tidak tahu bagaimana cara menjelaskan kekhawatirannya tentang beberapa hal, "Tapi kamu sendiri sibuk."
"Ya, kita semua sibuk karena Charleen semakin berambisi sejak ia berhasil merger. Tapi gue tidak keberatan dengan ini karena peluang lo semakin besar. Hmm, let's see at the benefits the company gets. Ini akan membuat semakin banyak orang yang mengenal elo dan karya-karya lo. Dan kita bisa mempromosikan dengan apa yang akan dirilis dari sesuatu yang kamu perlihatkan nanti - it's a gold chance. Lo sudah mengontak mereka?"
"Sudah." Gabrina hari itu mengikat rambutnya dengan sederhana, sama seperti kaus putih yang ia pakai. "Konsepnya adalah wawancara dan shoot beberapa tempat disini. Aku diminta bercerita seperti bagaimana awal aku masuk ke Parsons, internship di Amerika, siapa yang menginspirasi aku, apa yang menjadi tujuanku, dan beberapa kisah lainnya. Intinya aku akan bercerita tentang mimpi aku."
"Nah, lo bisa menceritakannya, bukan? Alasan mereka memilih lo adalah karena lo memulai semuanya dari nol. You prove to them that you can."
"Aku gila saat di New York."
Kanianatha yang sangat santai kemudian membalasnya, "Dan siapa tahu ketika mereka mendengar kegilaan lo di New York, mereka menjadi gila dan berani bermimpi?"
"Gabrina, gue tidak memaksa lo tetapi gue mengajak lo untuk melihat dari sisi positifnya. You are older than me and I think there is something I don't know why you are not interested. May I know what it is? Apa elo khawatir kalau mereka akan bertanya tentang elo yang mengganti nama?"
"Bawa saja tim hukum perusahaan ini untuk mengurus kontraknya nanti, dan pastikan kalau tidak ada pertanyaan tentang nama lo. Gue akan memastikan Chalondra memberi mereka izin untuk shoot disini - karena gue yakin, she will also be pleased with Dic'I's publication."
____
KAMU SEDANG MEMBACA
Endless Lullaby
ChickLitEndless Lullaby | Mint Series #1 © 2020 Grenatalie. Seluruh hak cipta.