#8# - Eight

2.3K 283 9
                                    

Dominic membiarkan ajudannya berjalan didepan - ia masih mengenakan topi rajut yang diberi oleh Renata dan ia tidak melepaskan topi itu bahkan saat tiga puluh menit yang lalu sudah kembali ke mobilnya. Arthur yang sangat mengkhawatirkan keadaan Pangeran Kerajaan Prancis berkali-kali menghela napas panjang karena menyadari apa yang dilakukan Dominic dari empat hari lalu tentu akan berpengaruh pada kesehatannya.

Berbeda dengan Arthur yang terlihat rusuh, Dominic justru berkali-kali tersenyum tipis dan ia tidak mengeluarkan sama sekali tangannya yang masuk ke dalam saku mantel - sekaligus tidak peduli dengan udara dingin siang ini. Ia puas dengan kegigihannya. Selama empat hari terakhir selama satu jam ia berdiri didepan pintu utama gedung University Center Parsons, mencari wanita yang mengusirnya. Ia akan menunggu di depan pintu itu dan mengamati setiap orang yang masuk, bahkan ketika ia masih mengenakan setelan jas kerjanya, Dominic tidak menyerah untuk melakukannya selama empat hari terakhir. Mungkin susah, gumam Dominic kepada dirinya sendiri. Ada ribuan mahasiswa disini - seharusnya ia tak berharap lebih tentang pertemuan kebetulan yang lainnya.

Tetapi, ia tidak dapat menyembunyikan rasa leganya saat melihat wanita yang ia tunggu keluar dari gedung University Center.

Disaat Dominic masih menggantung jasnya, Arthur justru langsung mengambil sesuatu dari pantry - minuman hangat, karena ia tahu Dominic Faillieres terlalu sibuk untuk tersenyum seperti remaja yang baru mengenal seorang perempuan dan tidak memedulikan hidungnya yang masih merah.

"My Lord," panggil Arthur sambil menyodorkan mug berisi cokelat panas.

"Wanita yang mengusir aku - unik ya, Arthur."

Arthur tidak menggeleng dan tidak mengangguk dan menunggu hingga Dominic mengambil mug darinya. "My Lord, Anda tidak melepas topinya?"

"Oh ini?" Dominic melepas topinya dan ia tetap menggenggam benda itu. "Rajutannya bagus, Arthur. She can get into Parsons and she looks like she's talented, right?"

"My Lord, maaf jika saya lancang - tapi Anda tidak menunggu ia lagi karena sudah bertemu sesuai keinginan Anda, bukan? Empat hari yang cukup - menurut saya - untuk Anda melakukan hal ini karena permintaan Her Majesty Anda harus sehat untuk perayaan Natal tahun ini."

"Saya setiap minggu olahraga, Arthur."

Arthur memandang sekilas hidung Dominic yang masih merah. "My Lord, saya tidak mengerti. Her Majesty sudah mengatur pertemuan Anda dengan Lady Allesia karena beliau melihat kecocokan antara Anda, boleh saya bertanya kapan Anda akan bertemu dengannya karena ia sekarang ada di Kanada?"

"Kenapa kamu masih keberatan dengan keputusan saya untuk bertemu dengannya di Paris?"

Karena Anda lebih memilih meluangkan waktu untuk wanita yang bahkan tidak tahu kalau Anda adalah Pangeran daripada memilih pergi ke Kanada, pikir Arthur. "Karena memang begitu seharusnya, sesuai permintaan Her Majesty."

Dominic Faillieres meletakkan mug ke atas meja, "Do I look like a jerk, Arthur? Mungkin Her Majesty ingin anaknya mendapat pasangan dengan status sepadan - tapi apa itu tidak boleh bagi aku untuk tertarik dengan wanita lain? Bagaimana menurut kamu jika aku menolak Allesia?"

" .... "

Dominic yang hanya mengenal Allesia sebagai teman masa kecilnya dan tidak bertemu selama sepuluh tahun terakhir kemudian melanjutkan, "Aku bukan kakakku, Arthur. Aku ingin bebas menyukai seseorang. Tapi aku juga bukan Jacquarius yang brengsek."

Arthur kembali bertanya, "Apa Anda menyukainya?"

"Renata wanita yang spontan dan unik."

Spontan. Arthur menemukan perbedaan diantara mereka, "Dan Anda selalu mengalkulasikan sesuatu dengan hati-hati."

"Lalu? Hanya karena perbedaan itu apa berarti aku tidak layak menjadi temannya?"

"Anda hanya berniat berteman dengannya?"

"Tidak - Ya Tuhan, kamu menyebalkan sekali, Arthur."

Arthur yang usianya mendekati setengah abad kemudian menarik napas panjang ia kemudian mengalihkan pembicaraan mereka. "Keadaan Anda saat pulang ke Versailles tahun ini harus sehat, My Lord."

"Saya sangat sehat."

"Ya, akan lebih baik jika Anda berhenti ke gedung Parsons lagi dan tidak membuat saya khawatir dengan kesehatan Anda. Internship Anda akan selesai beberapa minggu lagi dan tahun depan Anda akan ujian thesis - biar saya mengingatkan ten year plan Anda, My Lord."

....

Dominic mengangguk pelan, "Terima kasih, tapi aku tentu mengingat bagaimana rencana sepuluh tahun aku, Arthur."

Dominic kemudian menghabiskan cokelat panasnya saat Arthur kembali berbicara, "Tetapi wanita itu - teman Anda, mungkin - seharusnya tahu kepada siapa ia berbicara," ucap Arthur saat ia mengingat ia yang panik dan marah karena wanita itu tidak menunjukkan rasa hormatnya kepada keluarga kerajaan.

"Arthur, namanya Renata. Ia juga mempunyai nama."

....

"Pria yang ia kenal dan ia usir adalah Aston Dominic. Honestly, aku tidak pernah keberatan dengan sikap santainya - aku lebih nyaman berbicara dengannya sebagai Aston Dominic daripada Dominic Faillieres."

"Dan sampai kapan Anda akan menyembunyikannya, My Lord?"

Jangan sampai. "Mudah, aku tidak terkenal dibanding saudaraku yang lainnya."

Arthur melirik jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya dan menyadari bahwa ia harus memastikan asisten rumah ini menyiapkan makan malam untuk Dominic Faillieres. "Apa itu berarti Anda tidak akan pernah mengatakannya tentang status Anda sebagai Pangeran?"

"Mungkin tidak - mungkin nanti. Arthur, aku ingin dekat dengannya."

"My Lord, Anda yakin?"

"Ya - hanya ada satu wanita yang membenci sekaligus memaafkan aku di waktu singkat, Arthur."

"Wanita itu?"

Dominic sedikit menyipitkan matanya, "Itu yang kamu maksud mempunyai nama, Arthur."

____

Endless LullabyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang