#67# - Sixty Seven

780 107 0
                                    

31/99 She really disappear.

32/99 She left me with his inactive email address.

33/99 And deactivated numbers – why?

____

Kali kedua Gabrina membuka matanya, ia berada di sebuah kamar dengan satu ranjang – yang ia tiduri sekarang – meja kayu di samping ranjang dan dua koper besar milik Saraswati Wijaya disudut ruangan, jauh berbeda dengan Gabrina yang hanya membawa tas travel kecil untuk pakaian selama dua hari dan beberapa peralatan mandi. Sara disebelahnya tidur dengan tengkurap – syuting berlangsung selama dua atau tiga kali dalam sehari dan sutradara menginginkan banyak adegan, dimana salah satunya ialah pengambilan gambar dibawah laut. Setelah melewati dialog yang alot kru berhasil membuat jadwal syuting yang dilakukan pagi atau siang – disela-sela jadwal Astrid yang menurut mereka tidak manusiawi.

"Biasanya aku dan rekan peneliti lain menyelam setidaknya seminggu tiga kali­–"Astrid tampak percaya diri berbicara didepan kamera untuk jadwal pengambilan gambar pertama di hari itu. Gabrina Clo ikut melihat bagaimana take adegannya dari kerumunan paling belakang – ia menggunakan kacamata hitamnya dan berdiri sendirian sambil menjulurkan leher dan sesekali berjinjit. Suara Astrid terkadang bergema di telinganya – kru film kali ini menggunakan sebuah ruangan luas yang sudah ditata sesuai kebutuhan, tidak ada orang yang berlalu lalang di background Astrid dan ia kagum dengan set sederhananya.

Astrid terlihat percaya diri, Gabrina yakin Prisha Yudiantara juga. Lalu Tamia – dia orang yang lama berkecimpung di dunia entertainment pasti tidak susah baginya untuk percaya diri. Raline – enam bulan terakhir ia selalu diundang di talkshow untuk berbicara mengenai prestasi olahraga dan menjadi beberapa bintang iklan produk kesehatan. Dirinya? Gabrina menggigit bibir bawahnya sendiri, ia tidak bisa seperti mereka. Ia tidak sering tersorot kamera. Publik lebih tertarik dengan kehidupan creative director Pacific yang tertutup, atau alasan seorang anggota kerajaan Prancis yang membuka perusahaannya di negara ini. Ia tidak menarik.

Dua puluh menit kemudian ia mengatakannya didepan Dominic, "Aku tidak bisa seperti mereka."

Dominic yang baru saja berada di lokasi syuting dan menghabiskan waktu sampai dini hari tadi untuk mengerjakan hal lain di kamar kemudian mengangkat sebelah alisnya. "Siapa – mereka?"

"Apakah aku harus berbicara didepan kamera seolah-olah dunia sudah berada ditanganku?" Gabrina merasa dirinya sangat konyol tetapi ia juga merasakan kepalanya pening disaat yang sama. Kini ia tidak melihat lagi proses syuting Astrid melainkan duduk diatas kotak kayu yang ada dibawah pohon, ia sedang berpikir untuk memulai latihan berbicara dengan seorang profesional saat pria itu menghampirinya. Gabrina berdesis karena baru menyadari sulitnya berada didepan kamera. "Aku tidak bisa, oh God."

Dominic Faillieres yang baru saja bangun setelah tidur selama lima jam masih berusaha mencerna kata-kata wanita didepannya. "Sebenarnya ... siapa yang kita bicarakan?"

"Aku – oh God, kenapa aku menerima tawaran itu?"

"Apa kamu bisa tidur semalam?" tidak menjawab pertanyaan Gabrina, Dominic justru berbicara tentang hal lain. "Sara baru kembali jam sebelas, kan?"

"Ya, aku bisa tidur." Gabrina mengangkat kepalanya dan melihat Dominic sedang menyugar rambut cokelatnya sendiri dengan jari untuk merapikan rambutnya yang kurang rapi. "Sara kelihatannya cukup sibuk."

"Memang – dia mengurus beberapa hal besar disini."

"Lalu kenapa kamu disini?" Gabrina kali ini benar-benar menatap Dominic. Pria itu menjawab, "Karena aku belum makan."

"... " Gabrina tersenyum tipis, "Tidak mungkin. Aku sering melihat ajudan Charleen memastikannya makan tepat waktu."

"Kamu tahu," Dominic balas tersenyum. "Tapi apa yang bisa diharapkan dari roti di jam tiga pagi? Aku lebih suka dengan cara Asia – aku butuh nasi."

"Tapi Gabrina, katering akan datang dua jam lagi dan aku tidak sesabar itu." Ia berhenti sejenak dan memasukkan sebelah tangan ke saku celana, "Biasanya aku akan menyetir sekitar lima menit – ke arah utara dari laboratorium ada warung makan sederhana. Kamu mau ikut?"

"Arthur?"

"Berada disini sementara aku pergi." Dominic menyeringai seperti anak kecil – dimatanya. "Ini adalah waktu yang terbaik untuk pergi dari Arthur."

Gabrina ikut tersenyum tipis sebelum mengangguk. Disaat orang-orang masih sibuk dengan take pertama yang akan berakhir, ia dan Dominic justru berjalan seperti pencuri – terkadang melangkah dengan cepat dan menoleh ke belakang untuk berjaga-jaga – hanya satu pria cukup berumur yang menjaga area parkiran dan terlihat mengabaikan mereka yang naik ke SUV BMW yang mereka pakai kemarin.

"Apa staf yang lain biasanya juga kesana?" tanya Gabrina saat mobil mereka keluar dari garis pantai.

"Tentu – tapi sekarang mereka semua sedang bekerja." Dominic memegang setir dengan handal. "Atau beberapa sepertinya sedang berada disana. Apa kamu tidak ingin bertemu dengan mereka, Gabrina?"

"Kamu berbicara seperti kamu akan mengusir mereka." Gabrina membutuhkan sepuluh detik untuk menyadari tidak ada dari mereka yang berbicara dan pria itu justru mengangguk kecil. "Astaga Nickie, aku bercanda."

"Iya aku bercanda," Gabrina dengan panik segera membenahi kata-kata yang ia ucapkan. Pria disampingnya – yang sedang menyetir – adalah pemilik production house di tiga negara sekaligus seorang Pangeran. Ia tahu Dominic bisa melakukan apa yang ia mau kepada stafnya – jika mereka benar-benar ada disana. Gabrina menambahkan, "Sometimes I don't really care about other people."

"Sometimes?" Dominic tentu mendengar kata pertama yang terasa canggung di telinganya. "Apa itu berarti kamu tidak sepenuhnya tidak peduli?"

Gabrina membuka jendela disampingnya untuk menikmati udara segar – rambutnya dikucir kuda sederhana tetapi beberapa anak rambutnya tersibak oleh angin. "Karena manusia yang merencanakan, Tuhan yang menentukan. Kamu bisa membuat seribu rencana untuk membenci seumur hidup atau bahkan tidak peduli sama sekali dengan eksistensinya tetapi – kamu tidak bisa melakukannya."

"You have it." Dominic tidak bertanya tetapi ia menarik kesimpulan.

"Ya. Kepada dua orang," dengan jujur Gabrina menyetujui kesimpulan Dominic.

"Me too." Dominic tidak tahu kenapa ia mengatakannya tetapi ia merasa keadaannya tidak jauh berbeda dengan Gabrina. Entah kenapa – bahkan Arthur ajudannya tidak pernah memahami ini. "Kepada satu orang."

____

Endless LullabyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang