Tiga minggu berlalu sejak Dominic mendapatkan nomor Renata dan sejak itu dua atau tiga hari sekali ia akan mengirimkan pesan kepadanya walaupun lebih banyak pesan yang ia kirim tidak dijawab. Dominic belum lama mengenal Renata tetapi ia terus-menerus penasaran dengannya dan itu menjadi alasan baginya untuk tidak bosan mengontak wanita itu.
"I don't check my cell phone regularly unless you're the VVIP person in my life, Domi. I use different notifications for several people and I'm sorry if you are not a part of it," kata Renata saat ia mengangkat telepon dari Dominic. Pria itu menghubunginya di hari ketiga final week dan ia kebetulan sedang menggunakan ponselnya untuk mencari sesuatu di internet karena laptopnya sedang tidak dapat ia gunakan.
Renata mengangkat dua lembar kertas koran yang akan ia pakai sebagai bahan utama proyek akhir di course space and materiality, "Dan karena itu, maaf kalau aku lama membalas pesan kamu - atau tidak menelepon balik kamu. Aneh, ya?"
"Justru aku minta maaf kalau pesan-pesanku selama ini menganggu kamu. Yes, I know the Parsons students are busy with a lot of projects because my sister took a short course there."
"May I?" tanya Dominic tiba-tiba dengan santai tanpa memedulikan dirinya sendiri yang selalu menanti balasan pesan dari Renata.
"Maksudnya?"
"I want to know you and be friends with you, Renata. I want to be one of the people who gets important notifications on your phone."
Renata tanpa sadar tertawa kecil sampai melupakan pekerjaannya dan Dominic bisa mendengar dengan jelas tawa wanita itu - ia menyunggingkan senyumnya tanpa Renata tahu. "Domi, I'm sorry. Itu refleks."
"Ya tidak apa-apa. Senang bisa membuat kamu tertawa. Tapi aku serius ketika ingin mengenal kamu lebih jauh - will you allow me?"
Renata mengangguk walau ia tahu Aston Dominic tidak dapat melihat gerakan kepalanya. "Boleh."
"Kalau begitu aku akan menunggu kamu," balas Dominic dengan yakin. "Let's meet after final week - aku membahas ini karena kamu tidak membalas pesanku waktu itu - supaya aku bisa mengembalikan topi kamu."
"You can have it, didn't I tell you?"
"Oh ya?" Dominic berpura-pura melupakannya. "I don't remember that. Tapi aku tetap ingin bertemu dan berbicara dengan kamu."
Dan delapan hari setelahnya saat Evie berniat mengajak Renata untuk pergi ke East Village sebagai pelepasan final week mereka yang melelahkan, ia mengerutkan dahi saat Renata menolak ajakannya. Evie yang masih mengenggam bubble tea yang ia pesan kemudian meminta penjelasan dari temannya.
"Wait - are you going on a date?" tanya Evie saat Renata menjelaskan kalau ia akan bertemu dengan Ashdominic.
"Hanya minum kopi, Evie."
"Minum kopi atau makan permen karet bersama - itu namanya tetap kencan. Ya Tuhan, you upgrade!"
"Kamu berlebihan," Renata menyembunyikan senyumnya dan berusaha memasang raut wajah datar. "Dia meminta kami untuk bertemu sebelum kamu menyeretku ke Orono."
Evie tertawa lepas dan mengabaikan wajah memerah dari Renata. Ia berkata, "No kiss on the first date, Renata."
"Evie - aku benci kamu adalah temanku."
"No, no, no, you have to listen to me. This is your first time and you have to make sure everything is going well."
"Damn you." Mendengar umpatan Renata justru membuat Evie semakin tertawa hingga beberapa orang memerhatikan mereka. "Aku hanya bertemu, Evie. It was just casual talk and not the one-night-stand as you think."
KAMU SEDANG MEMBACA
Endless Lullaby
ChickLitEndless Lullaby | Mint Series #1 © 2020 Grenatalie. Seluruh hak cipta.