97/99 She's my favorite place to be.
98/99 She makes me fearless because she's the sunshine to my day.
99/99 She loves me.
____
Dominic berjalan menyusuri koridor utara Chantilly yang lengang, melewati galeri lukisan terbesar kedua di Prancis setelah Louvre, sebelum masuk ke salah satu ruangan dimana tamunya menunggu. Ia menggulung lengan kemeja hingga siku, menatap seseorang yang telah duduk disana bersama seorang wanita berbadan tegap dengan potongan rambut pendek – jika ia menebaknya – Arthur menutup pintu dari dalam sehingga tersisa empat orang di ruangan itu.
Dominic awalnya tidak bereaksi selama dua detik. Ia berjalan mendekat, memanggil dengan suara rendahnya, "Evie Graham?"
"Your Highness." Dominic mendekat, mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan. Membutuhkan waktu satu minggu baginya mencari keberadaan Evie dan mengundangnya ke Chantilly untuk berbicara beberapa hal. Keduanya berjabat tangan, "I'm Dominic. It's nice to meet you."
"Aku tahu mungkin aku tidak seperti bayanganmu, atau tidak seperti yang Gabrina ceritakan." Evie memegang kursi rodanya. Tiga tahun terakhir ia memakai benda itu karena keterbatasannya. "It's long story."
Dominic mendekat, "Thank you for coming here, Evie."
"Oh-my-god," Evie tertawa kecil. Wajah pucatnya tertutupi oleh make-up, dress kuning pucat yang ia kenakan tidak menghalangi mobilitasnya untuk mengikuti Dominic. "You sent me a plane."
"Preferably than talking online." Dominic menaikkan alisnya, "Aku butuh pertemuan langsung – seluruh proses – untuk menilai pembicaraan kita nanti."
Evie Graham hari itu datang bersama pengawal terlatih yang sudah mengurusnya selama dua tahun lebih. Ia melirik ke meja lain, dimana kini pengawalnya duduk bersama ajudan Dominic. "Aku terkejut saat kamu mengenalkan diri sebagai kekasih Renata – maksudku Gabrina. Private dating?"
"Kami tidak suka menjadi pusat perhatian, sesederhana itu."
"Andai saat itu aku mengenal kamu sebagai seorang anggota kerajaan mungkin aku tidak akan melepaskan kamu." Evie berkata jujur, mengingat kembali pertemuan pertama mereka di New York. "You're hot."
"Thanks, but let's focus." Dominic meletakkan kedua tangannya diatas meja, "Aku mendengar Alec Schulz dan Abraham Prasetjana menurunkan tawaran mereka kepada Graham Industries. Lima belas persen lebih rendah. Dalam dua hari kedepan, perwakilanku akan datang untuk menarik penawaranku." Dominic menyelesaikan meeting dengan penasihat keuangannya, membuat kesimpulan bahwa dua orang tersebut sedang menekan Graham dengan menekan sumber daya mereka dan menurunkan penawarannya. "Board member tentu akan mengambil keputusan tersulit dibandingkan kehilangan lebih banyak lagi. Human, Evie."
Evie mengerjapkan mata, terdiam untuk beberapa saat. Dengan berhati-hati ia bertanya, "Kupikir kamu melakukannya karena Gabrina? When you tell me about your place, mudah untuk menyatukan benang merah mengapa investor seperti kamu berniat untuk membeli Graham Industries. You care about her, do you?"
"I do want to save the company but I need to re-evaluate the issues. Pertama, kita sedang berbicara tentang dua orang terkaya yang akan membeli seluruh perusahaan. I can accept losses, I can't with values – cukup penting bagiku sebagai orang yang akan mengakuisisinya. Kedua, sejak awal tujuanku adalah membeli aset keluargamu, spesifiknya seluruh aset di Orono."
Dominic menajamkan mata, ia ingin melihat reaksi Evie ketika menyinggung Orono, namun bukan wanita didepannya yang memunculkan reaksi, melainkan pengawal Evie yang tiba-tiba sedikit menggeser kursi, Dominic melirik sekilas dan ia membalas untuk satu detik tatapan tajam pengawal tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Endless Lullaby
ChickLitEndless Lullaby | Mint Series #1 © 2020 Grenatalie. Seluruh hak cipta.