Sudah lebih dari satu bulan yang lalu sejak Dominic mengambil keputusan untuk pindah ke salah satu anak perusahaan produksi miliknya yang berada di Jakarta setelah ia mendengar kabar bahwa salah satu produser - Saraswati Wijaya akan membuat film dokumenter dimana penayangannya dilakukan di Netflix dan semua pamerannya adalah wanita berkewarganegaraan Indonesia yang akan menceritakan sedikit kisah dan mimpi mereka. Five women with five dreams, itu konsep yang diberitahukan oleh Sara kepadanya satu bulan yang lalu untuk film berdurasi delapan puluh menit ini.
Dan saat ini, Sara sedang mengerutkan kening ketika tiga puluh menit sebelum meeting dengan para cast tiba-tiba Dominic datang ke ruangannya, "Tidak memanggil nama Anda dengan lengkap? Tentu saya tidak bisa melakukannya, Sir," kata Sara kepada Dominic ketika pria itu memintanya untuk melakukan suatu hal yang menurutnya aneh.
"Kenapa tidak? Sara, just mention my nickname for better situation."
Sara tidak mengerti dan ia berkata kepada Dominic, "Dan kondisi apa yang Anda maksud? Mereka yang akan meeting dengan kita pasti tahu siapa Anda sebenarnya, Pak Dominic. The Prince of France owns a production company that headquartered in Los Angeles. But now he's in Jakarta shooting a documentary film - tentu mereka tahu dengan siapa mereka bekerja."
"Does it matter? Oh, tidak ada Arthur disini jadi tolong jangan panggil aku Bapak."
Saraswati menyadari kehadiran pemilik perusahaan produksi yang ada didepannya sekarang sebenarnya membuat perubahan beberapa hal - termasuk daftar jumlah orang yang berada di atas jabatannya. Ia tidak pernah memerkirakan Dominic datang ke Jakarta dan mengambil alih anak perusahaan ini - tidak ada yang tahu dengan keputusannya yang serba mendadak. "Jika Anda bertanya penting atau tidak, tentu ini penting, Dominic. All the cast has signed the contract - and two of them, Ibu Prisha dan manajer Tamia ingin bertemu dengan Anda."
Tidak penting, pikir Dominic. "Kita bicarakan tawaran itu nanti, Sara."
Sara kemudian terdiam karena ia semakin bingung dengan semua sikap Dominic. Pria didepannya, Jean Aston Dominic Faillieres mendirikan production company enam tahun yang lalu di Los Angeles - dan memutuskan untuk membuat cabangnya yang ketiga di Jakarta tiga tahun yang lalu. Banyak film-film box office yang sudah lahir lewat perusahaan ini dan tidak jarang mendapatkan berbagai penghargaan baik nasional maupun internasional.
Menyadari waktu semakin mendekati meeting, ia berdiri sambil membawa buku kecilnya, "Rapatnya sepuluh menit lagi, Dominic. Karena kamu sudah disini - kenapa kita berdua tidak kesana bersama?"
Dominic tidak menjawab tetapi ia menaruh kembali miniatur gitar milik Sara ke atas meja kerjanya, sementara itu Saraswati Wijaya sudah membuka pintu ruangannya sendiri sambil menunggu Dominic untuk keluar.
"Sebenarnya aku lebih memilih bersama Caroline daripada dengan kamu," kata Sara menyebutkan nama sutradara film ini. "Mungkin lain kali ya, Dominic. Hari ini aku mau menjadi staff yang baik ke kamu."
"Dasar tidak sopan dengan atasan," gerutu Dominic ketika mereka berdua sudah berada di koridor. "Biar aku bilang seperti ini ya, Sara. Sepertinya kamu adalah satu-satunya produser yang berani mengajak aku berbicara informal seperti ini."
"Permintaan Bapak lima menit yang lalu menurut saya lebih aneh," sindir Sara. "Oh, sebenarnya beberapa orang menganggap aneh karena kamu di Jakarta bukannya di LA. What are you doing in here?"
"This mine - aku bisa mengambil keputusan apa saja sesuai kemauanku," kata Dominic dengan nada mendominasinya karena tidak ada orang lain yang tahu kenapa ia datang jauh-jauh dari Los Angeles ke Jakarta untuk ikut serta ke proyek dokumenter ini.
![](https://img.wattpad.com/cover/213146690-288-k883987.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Endless Lullaby
ChickLitEndless Lullaby | Mint Series #1 © 2020 Grenatalie. Seluruh hak cipta.