#25# - Twenty Five

1.4K 136 5
                                    

"The car is nice," puji Renata ketika ia dan Evie sudah berada di mobil jemputan yang akan mengantar mereka ke private house keluarga Evie yang ada di dekat danau kecil yang masih tersambung dengan danau Minnetonka. Dua puluh menit yang lalu adalah momen dimana pertama kali baginya menginjakkan kaki di Orono, dan ketika keluar dari VIP lounge, supir keluarga Graham sudah menunggu mereka. Butuh waktu kurang lebih setengah jam untuk perjalanan mereka ke rumah Evie dan sekarang Renata berusaha tidak terlihat canggung saat duduk di mobil mewah ini.

"It's mine. Hadiah saat ulang tahunku yang ketujuh belas," Evie menjawabnya dengan santai. "I made a request to bring this when they picked us up, honestly I missed this car but I don't want to drive it now."

Renata menatap interior mobil ini dan kembali merasakan kegugupan yang sempat hilang tadi, "Apa yang akan kamu lakukan nanti?"

"Aku ingin tidur tapi akan sayang sekali kalau tidak membawa kamu berkeliling-"

"Kamu bisa tidur, Evie."

"Aku tidur di pesawat tadi. Let's rest until three, dan kita bisa jalan-jalan keluar."

"Hmm, keluarga kamu?"

Evie tertawa kecil, "Jangan berharap pada mereka, they choose colleagues over their families. Mungkin kita bisa bertemu mereka secara lengkap di makan malam besok, Ren."

Ia melanjutkan, "Tapi aku senang, Renata. Kakak-kakak aku yang menyebalkan itu akan pulang juga tapi aku tahu mereka akan sibuk dengan kegiatan mereka sendiri, jadi aku tidak perlu takut kesepian karena kamu ada disini. Aku akan menyeret kamu ke berbagai toko untuk shopping – well, I need to feast on my eyes."

"Aku tidak mau buang-buang uang – kalau kamu mau belanja ya silahkan tapi jangan paksa aku."

Evie Graham yang sangat gembira dengan kehadiran Renata disini kemudian berkata, "This why I like you."

"Kenapa?"

"Karena kamu berbeda, mungkin. I realized that making friends with Asian girl is not as bad as I thought." Evie menatap kagum kepada Renata karena ia tahu wanita itu lebih memahami dirinya daripada orang lain, "Tapi kamu adalah tamu disini, Ren. I have to impress you here. Kita harus bersenang-senang daripada aku memakai kostum Santa karena kebosanan. Forget our lectures, take it easy for now. Maybe this is one of my favorite Christmas holiday lists."

"You said your brothers were coming home too?"

Evie refleks memutar bola matanya, "See? I even rolled my eyes to hear the disturbing people coming too – you're my savior on this holiday. Menjadi anak bungsu dan punya kakak laki-laki adalah hal yang menyebalkan, Renata."

"You should be grateful when you have a complete family." Renata yang hari itu mengikat rambutnya dengan sederhana kemudian melanjutkan, "Mungkin menurutmu Kevan menyebalkan, tapi dia yang meminta aku untuk mengawasi kamu. Not everyone can show it, but that's how he shows that he cares about you."

....

"Jadi karena kamu sepertinya sering berbicara dengan Kevan – is that why you are defending him now?"

"Am I seen defending him?"

Evie menyipitkan matanya, "I can see it clearly. Do you like Kevan?"

Mata Renata mengerjap cepat, "Evie, hari ini sudah berapa kali aku bilang kalau kamu menyebalkan? Aku hanya pernah berbicara dengannya tiga kali dan semuanya tentang kamu."

Evie tertawa lepas karena ia merasa unggul setelah menggoda temannya, sementara itu pipi Renata memanas dan ia mengalihkan kepalanya untuk menghadap ke jendela mobil. Bukan karena pemandangan diluar yang bisa ia lihat – tetapi karena ia mendengar nama kakak Evie, Kaven Graham yang pernah beberapa kali bertemu dengannya membuat kegugupannya kembali lagi tanpa bisa ia hindari.

Endless LullabyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang