#48# - Forty Eight

825 109 4
                                    

"Tell me first kemana kamu akan membawaku, Alec." Itu adalah hal pertama yang Gabrina tanyakan kepada pria disampingnya. Setelah kemarin Alec memenangkan pertaruhannya, pria itu belum memberitahu apa saja jadwal mereka untuk hari ini, bahkan tidak membalas rentetan pesan yang ditanyakan Gabrina sejak semalam. Siang ini Alec tampak santai mengenakan kemeja abu-abu dengan celana formal berwarna khaki. Ia menata rambutnya lebih rapi – Gabrina yakin dengan matanya sendiri – dan bersiul ringan setelah lelaki itu balas menatapnya.

"Mengunjungi keponakanku, Cara. Dia berada di negara ini secara mendadak karena pekerjaannya padahal kami memiliki pembicaraan serius tentang investasi yang akan kuberikan untuknya. Keponakan yang kurang ajar, bukan?"

"Typical."

Mobil melaju meninggalkan hotel tempat Alec menginap begitu pria itu memberitahu sebuah alamat kepada sopir. Demi memenuhi janjinya kepada Alec, Gabrina meminta sopir perusahaan untuk menemaninya daripada meminta Jeremy karena ia tahu wanita itu dibutuhkan di Pacific untuk menggantikan tugas-tugasnya hari ini. "Dibandingkan dengan aku, apa kamu membatalkan semua jadwal kamu, Gabrina?"

"Ya, tentu saja." Gabrina menatap heran kepada Alec. Pria didepannya merupakan salah satu tokoh penting di negara asalnya dan seharusnya Alec tidak datang seorang diri ke luar negeri. "Mana mungkin aku membiarkan kamu sendirian? Sudah cukup kamu datang ke negara ini tanpa pengawalan seperti biasanya."

"Terdengar seperti cara lain untuk ungkapan 'aku khawatir', Cara." Alec mengulum senyum kepada Gabrina, "Aku ingin pergi sendiri selama beberapa waktu sama seperti kamu."

"Aku tidak selamanya sendiri."

Alec mengangkat santai kedua bahunya, "Terima kasih atas perhatianmu, Cara."

Gabrina menatap ruas jalan yang ramai, "Aku bahkan baru tahu kamu mempunyai keponakan disini, Alec."

"TIdak lama ini memang aku baru menganggapnya keponakan," jawab Alec dengan santai. Sementara itu Gabrina menatapnya dengan terkejut dan hampir membuat pria itu tertawa, "Aku bercanda, dia yang terlalu sibuk dengan pekerjaannya."

"Seperti melihat Alec versi muda," cibir Gabrina setelah ia memahami maksud Alec.

"Aku sedang mencoba menjadi paman yang perhatian, can you support me?"

Gabrina menahan untuk tidak menyeringai, "Sedang kucoba."

Kemudian tidak ada dari mereka yang bersuara karena Gabrina mengecek ponselnya. Alec melihat ke arah luar jendela dan mengamati lalu lalang jalan raya, ia tidak ingat kapan terakhir kali bisa menikmati momen seperti ini.

Hening cukup lama diantara mereka sebelum akhirnya Alec bertanya kepada wanita disampingnya, "Will you stay with me until this day over, Gabrina?"

Gabrina mengangkat kepalanya dari ponsel dan memasukkan benda itu kedalam tasnya. Ia mengangkat sebelah alisnya dengan penasaran, "I will."

"Ada apa?" tanya balik Gabrina.

"Karena kupikir hari ini kita akan bertemu banyak orang dan mengunjungi banyak tempat." Alec melanjutkan, "Aku tidak ingin mengacaukan jadwalmu seperti kemarin."

Gabrina memiringkan kepalanya, "Pekerjaan bisa ditinggalkan demi orang yang kita pedulikan bukan begitu, Alec? Mudah untuk tahu kalau karir adalah karet yang elastis dan mudah memantul sementara gelas yang rapuh dan indah itu adalah hubungan keluarga."

"Seperti yang kamu katakan dulu ..." Alec tidak tahu harus berkata apa sehingga ia menggantungkan kalimatnya begitu saja. Sekali lagi mengingat nasihat yang diulangi Gabrina beberapa tahun lalu.

Endless LullabyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang