Bukan karena Larisa Tamia yang terlalu lama berada diluar hingga makan siang ini selesai, tapi memang Dominic memiliki jadwal yang cukup padat, salah satunya adalah meeting dengan tiga sutradara terkait dengan proyek filmnya yang lain. Berbeda dengan Prisha Yudiantara yang terlihat sangat puas dengan pembicaraan mereka, Manajer Tamia terlihat sangat ingin mencari Tamia tetapi ia tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan untuk duduk semeja dengan Dominic Faillieres jadi ia meminta seorang pelayan untuk mencarinya. Sementara itu Emile Arthur, ajudan dari sang pangeran memberi tahu bahwa mereka harus pergi setelah akhirnya piring dessert diambil dari hadapan mereka.
"We had a great time, thank you." Dominic bergantian menatap manajer Tamia dan Prisha yang sudah terlebih dahulu menatapnya. "Maaf karena saya harus meninggalkan ini lebih awal."
Prisha tersenyum, "Terima kasih telah bergabung bersama kami, Your Highness. Can't wait to shoot my part, I hope it will be good."
"Ya tentu saja," Dominic membalasnya dengan sopan karena ia tahu cast dokumenter yang akan melakukan syuting pertama adalah Prisha.
Prisha ikut berdiri dari kursinya saat Dominic berdiri dan ia menyalami tangan pria itu. Manajer Tamia, Bora Nugraha melakukan hal yang sama dan setelahnya Dominic akan keluar dari ruangan VVIP restoran. Dominic sedang melewati pintu yang dibukakan Arthur saat seorang wanita ternyata sedang berdiri di depan pintu dan Dominic mengenalnya, "Tamia, maaf karena saya harus pergi."
Bora mendengar siapa nama yang disebut oleh sang pangeran dan itu membuatnya mengintip dari sisi samping Dominic karena pria itu terlalu tinggi. "Tamia?"
Larisa Tamia memasang ekspresi polos kepada Dominic, "It's done?"
Bora maju beberapa langkah untuk bertanya kepada wanita itu, "Kemana saja kamu?"
Dan saat itulah ia baru menyadari tangan Tamia sedang menggandeng seorang wanita. Tamia menarik tangan wanita itu hingga berdiri disampingnya, "Meet with someone. Aku baru saja akan mengajak Gabrina ke makan siang kita."
".... "
"Selamat siang," Gabrina menyapa manajer Tamia. "Selamat siang, Pak Dominic. Bukan maksud saya menganggu waktu kalian – mungkin memang seharusnya saya pergi."
Tamia terlihat keberatan tetapi ketika ia melihat mata Gabrina, ia tidak dapat mengatakan apa-apa. "Let's go out in next time, Tam. Just the two of us."
Arthur yang berada lima meter dari mereka hanya terdiam. Dominic seharusnya sadar tentang seberapa padat jadwal mereka hari ini tetapi pria itu justru memandangi Gabrina Clo dengan tatapan – yang tidak dapat ia pahami? Arthur berpikir, sepanjang ia bekerja untuk Dominic Faillieres ini adalah ketiga kalinya ia melihat ekspresi itu – dimana Dominic yang biasanya sangat santai dan rileks terlihat emosi karena ... Gabrina?
Dominic mengabaikan isyarat mata dari Arthur yang memintanya untuk terus berjalan, ia tidak pernah memersalahkan cara berpakaian orang lain karena tahu bagaimana menghormati privasi mereka. Tetapi melihat pertama kali bagaimana Gabrina yang biasanya ia temui dengan kaus dan jeans sekarang mengenakan gaun putih yang memerlihatkan tulang selangka wanita itu, sialan. Dominic lupa kalau Gabrina dewasa berbeda dengan wanita yang ia temui tujuh tahun lalu di New York. "Sayang sekali seharusnya kami menunggu Tamia ketika ternyata ia membawa kamu kesini."
Gabrina mengangkat alisnya, "Don't mind about me, Sir."
Dominic menyadari sikap dingin sekilas yang ditunjukkan wanita itu dan membuatnya bertanya-tanya, apa yang ia lewatkan?
Seberapa banyak yang ia lewatkan?
"My Lord." Arthur memanggil pelan Dominic yang masih tidak bisa mengalihkan pandangannya dari Gabrina untuk melanjutkan jadwal mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Endless Lullaby
Chick-LitEndless Lullaby | Mint Series #1 © 2020 Grenatalie. Seluruh hak cipta.