"Tidak."
"Tidak?"
"Maaf, tapi aku tidak bisa membuat orang bertanya-tanya siapa orang yang bersamaku. Di kantor, di pabrik, atau dimanapun nantinya."
"They supposed to be the best." Abraham tidak menyukai penolakan walau ia sudah menduga sebelumnya. "Eks-Kopassus, profesional dan memiliki pengalaman mengawal high-profile ."
Gabrina bergidik. Didepan mereka terdapat satu dokumen berisi portofolio seorang pria dan wanita yang disewa oleh Abraham untuk mengawal cucunya. Besok, adalah hari dimana Abraham akan membawa Gabrina ke makan malam kolega di Jakarta dimana seratus lima puluh orang penting di Asia hadir atas undangan salah satu keluarga konglomerat.
"Terima kasih untuk inisiatifnya Kek, tapi aku benar-benar tidak – atau belum – membutuhkan ini. Kakek baru akan mengenalkanku saja ke lingkaran kalian, bagian mana yang membuatku harus bersama pengawal?"
"That's the point, mereka akan bertanya-tanya karena selama ini aku dikenal tidak memiliki ahli waris.Semua orang akan mengenalmu, mengingat wajahmu dan mencari riwayat hidupmu di internet, mengingat kamu bekerja dengan media sosial sebagai alat promosi."
"Isinya lebih banyak karyaku dibandingkan wajahku."
"Di zaman sekarang cukup mudah untuk mencari foto yang mereka inginkan."
"Kenapa sekarang kita tidak fokus saja ke acara besok?" Gabrina sungguh tidak keberatan ketika acara besok atau acara lain yang akan ia datangi bersama Abraham kedepannya harus ditemani oleh pengawal. Tetapi ia tidak menyukai ide Abraham yang memberinya pengawal di kesehariannya.
"Lebih cepat memutuskan lebih baik."
Gabrina Clo memejamkan matanya, ia memegang keningnya dengan frustasi. "Apakah Kakek tidak percaya kalau aku bisa menjaga diriku sendiri? I took Muay Thai for the last three years."
"Aku percaya kamu bisa menjaga dirimu. Aku tidak percaya kalau aku bisa menjagamu dengan baik agar aku tidak mengulangi kesalahan yang sama lagi. Kamu akan dikenal sebagai Prasetjana – dan kuharap kamu tidak lupa, kamu berhubungan dengan pangeran. Pada dasarnya, kamu menjalin relasi dengan banyak orang penting. Apakah aku perlu menyebutkan beberapa?" Abraham tengah merunut beberapa nama dikepalanya walau ia tahu ia tidak akan mengucapkannya.
"Lantas itu membuatku menjadi seorang bintang atau bahkan, orang penting juga?"
"Kamu penting, karena kamu cucuku dan seorang Prasetjana. That's it, karena setidaknya aku bisa lebih tenang ketika seorang professional menjagamu."
"I don't know I can agree with this one." Gabrina kelelahan setelah kegiatannya hari ini, ditambah dengan pembicaraan dengan kakeknya. Tangannya bergerak menutup map dan segera memasukkan benda itu kedalam tasnya. "Let me check further, and maybe I'll make my terms and conditions if I'm considering the company."
"Tiga hari."
"Satu minggu."
"Empat."
"Satu. Minggu." Gabrina menatap mata kakeknya yang teduh tetapi juga tegas diwaktu yang sama. "Please. Aku tahu Kakek menginginkannya dengan cepat tetapi aku butuh waktu."
"Is it affect you so much?"
"It is." Kemudian Gabrina menatap kakeknya seolah pria itu tidak sadar dengan pertanyaannya sendiri. "Aku bekerja dengan salah satu dari kaum satu persen, aku tahu seperti apa mereka namun aku tidak pernah membayangkan menjadi salah satunya."
Abraham mengelus dagunya yang ditumbuhi janggut tipis. "Tjahjadi – bagaimana menurut mereka begitu mengetahui kamu adalah ahli warisku? Apakah kamu akan mendirikan labelmu sendiri?"

KAMU SEDANG MEMBACA
Endless Lullaby
ChickLitEndless Lullaby | Mint Series #1 © 2020 Grenatalie. Seluruh hak cipta.