#46# - Forty Six

991 119 8
                                    

Satu bulan kemudian,
Jakarta, Indonesia

"Alec, selamat datang," Gabrina menyambut kedatangan Alec Schulz, pria berumur empat puluh lebih yang baru menghabiskan tujuh belas jam perjalanan melintasi dua benua. Dua jam yang lalu Gabrina meminta Jimmy menjemput tamunya di bandara dan mengantar tamunya ke hotel tetapi ia mendapat pesan dari Jimmy bahwa pria itu ingin langsung bertemu dengannya di Pacific. Alec terlihat energik, dengan santai Alec Schulz memeluk Gabrina yang baru ia temui setelah dua tahun yang lalu.

"Alec, kamu mencekikku aku tidak bisa bernapas," Alec memeluk Gabrina terlalu kencang hingga membuat wanita itu meringis tetapi ia senang – Ya, ia senang karena pria didepannya adalah sahabat sekaligus senior yang ia kenal juga sebagai pasangan Samantha Mueller-Schulz.

"Alec, seriously? Apakah kita akan menghabiskan waktu berharga kamu hanya untuk saling memeluk?"

"Cara, aku juga merindukan ketidaksopanan kamu."

Gabrina menarik mundur tubuhnya. Ia membawa pria itu duduk di sofa yang ada di ruang kerja dan bertanya, "Apa kamu semakin sehat, Alec?"

"Terima kasih untuk perhatiannya, Cara." Alec Schulz kemudian untuk pertama kalinya memandang takjub ke Gabrina Clo. "Cara, apa kamu juga semakin sehat?"

"Seperti yang kamu lihat-"

"Seperti yang aku lihat – tidak berarti itu menjamin kalau kamu sehat karena kami – atau kamu lebih tepatnya sangat menyebalkan ketika kami bertanya seperti ini, jadi jawab pertanyaanku dengan benar, Cara."

"Ya, aku cukup sehat." Gabrina menjawab sambil tertawa sebelum bertanya, "Samantha – apa dia dan bayinya baik?"

"Cara, he's not baby anymore. He's four – Lei è favolosa! (1)"

"Ya Tuhan, aku lupa." Gabrina Clo tertawa kecil, "Alec, mungkin anakmu akan berkata 'aku tidak ingin dianggap bayi' dengan wajah kesal."

"More specific – anakku akan berkata, 'Ayah aku sudah bukan anak kecil jadi boleh aku ikut Paman di peternakan?'." Alec menggeleng, "Cara, dia hanya membuat repot Pamannya karena selalu ingin membuka kandang ayam saat menginap di . Adikku berkali-kali marah tetapi tidak ada yang bisa ia lakukan kepada anak kecil sehingga ia hanya berusaha mengembalikan ayam-ayam itu ke kandangnya seperti semula."

"Kids always be like kids," kata Gabrina sambil menatap Alec. Pria berambut cokelat gelap yang duduk didepannya adalah pemilik perusahaan penghasil tekstil terbesar di Italia, Alec Schulz yang bertangan dingin sekarang terlihat lebih rileks dan mudah tertawa sejak ia menikah dengan istrinya.

"Jadi bisa kita bicarakan hal lain daripada anakku?" Alec menarik kedua alis, "Aku jauh-jauh datang kesini hanya untuk memastikan berita yang aku dengar memang benar adanya. I heard you want to have a private show."

Gabrina menahan napas, "Ya Tuhan, mulut Samantha benar-benar."

"It's not about Samantha, Cara. It's about you. Kamu adalah alasan aku berada disini, Cara."

"Mungkin Samantha tidak berkata bahwa itu hanya sebuah keinginan kecilku?" Gabrina melipat kedua kaki, "Alec, tidak penting aku akan membuat private show atau tidak."

"Dan aku – perwakilan penggemarmu – sudah bosan harus melihatmu bersanding dengan orang lain di setiap show. Cara, your private show means everything."

"Apa kita harus membicarakannya?"

"Do we have another options?" Alec Schulz mengangkat kedua alis, "Atau kamu ingin kita membahas topik aku yang berhasil memastikan bahwa tidak akan pernah ada sama sekali kerja sama antara Graham dengan seluruh perusahaan tekstil di Eropa dan menggagalkan rencana ekspansi Eropa-Asia Graham Industries?"

"Alec, apa yang kamu lakukan?"

"Aku? Melakukan hal yang semestinya aku lakukan bertahun-tahun yang lalu."

"Dengan membuat resiko sebesar ini?" Gabrina tidak menyangka dengan Alec yang justru jauh lebih santai darinya. Gabrina menegakkan punggungnya, "Alec, kamu bisa menghancurkan kerajaanmu sendiri."

"Oh, cave woman, Graham tidak bisa menyaingi kerajaanku. Bahkan ketika mereka akhirnya akan mundur dan membatalkan rencana-rencana mereka untuk tetap bertahan hanya di Amerika."

Alec menyeringai karena ia ingin melihat Gabrina tertarik dengan nasib keluarga itu , "Cave woman, apa kamu ingin kita membahas ini? Aku bisa bercerita pada setiap titiknya apa yang telah kulakukan untuk kehancuran Graham Industries."

Gabrina menggeleng. "Tidak. tidak perlu. Bukan berarti aku tidak peduli dengan meraka tetapi aku tidak ingin mendengarnya karena kamu ada disini. Apa Samantha tahu apa yang kamu lakukan?"

"Ya tentu saja dia tahu, cave woman."

"Aku tidak mau topik itu dibahas lagi, Alec."

"Sure."

Gabrina menyipitkan kedua matanya, tidak percaya begitu saja dengan Alec. "Kamu – apa kamu akan kembali ke tempatmu?"

"Tempat yang aku punya banyak – dimana maksud kamu?"

"Prato (2), Alec. Rumah kamu."

"Cara, aku tentu akan pulang setelah mendapatkan apa yang aku inginkan. So simple – kamu tahu apa yang aku inginkan. Your private show."

"Alec, tidak pernah ada apapun setelah kehancuran."

"Apa kamu yakin?" tanya Alec Schulz karena alasan itu pernah ia dengar dua tahun lalu.

Ia mengambil minuman di atas meja dan meneguknya, "Aku pernah hancur, Cara. Aku pernah berpikir bahwa kiamat untuk diriku sendiri telah datang dan aku harus menyambutnya ... dengan nyawaku. The foolish me thought there was nothing I could do when the destruction finally came upon me."

"Hingga cahaya datang — Samanthaku datang."

Ia menatap Gabrina, "I got the answer to my question. Pada akhirnya setiap manusia memiliki waktu mereka sendiri untuk mendapatkan jawabannya, aku berharap kamu – Gabrina Clo – segera mendapatkan jawaban atas pertanyaan-pertanyaanmu."

....

"Dengan menunggu?"

Alec mengangguk, "Dengan menunggu – hingga waktu itu tiba."

Gabrina kemudian berdiri dan memandangi Alec yang terlihat bingung dengan apa yang ia lakukan. "Apa kamu lapar, Alec? Kamu semakin tua – kamu semakin mudah lapar."

"Ya, aku lapar tapi bukan berarti aku tua."

"Kalau begitu aku akan menghukummu, Alec. You deserve this, karena kamu datang ke kota ini hanya untuk memaksaku melakukan sesuatu yang aku sendiri tidak yakin untuk melakukannya."

"Kamu akan membuatku semakin kelaparan?" tanya Alec.

"Aku tidak mau dimarahi Samantha karena membuat suaminya kelaparan. Aku harap kamu tidak lupa, Alec. Negara ini memiliki sesuatu yang khas dan cukup sadis untuk pria seperti kamu. Italian, I hope you can survive."

____

(1) Dia luar biasa

(2) Salah satu kota di Tuscany, pusat insdustri tekstil terbesar di Italia

Endless LullabyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang