#94# - Ninety Four

768 84 3
                                    

"What are these men talking about in the bar?" Gabrina bertanya dengan penuh keingintahuan.

"Ucapan terima masih karena mengundangku kesini." Dominic mengeringkan rambutnya yang setengah basah dengan handuk. Jam menunjukkan angka sepuluh dan Gabrina tidak ingin ia tertidur semalaman di balkon. Ia memutuskan untuk kembali ke kamarnya dan menemukan Dominic memakai kamar mandi diruangan itu.

"Lalu kenapa atmosfernya tidak menyenangkan?"

"Mon coeur, ini pertemuan pertama kami. People not expected to like me just the way they are. Beberapa hal hanya memerlukan pembiasaan lebih lama." Dominic tidak ingin ketidakakurannya dengan Benedict menganggu Gabrina. Ia mengganti topik mereka, "What happen lately with you?"

"Kakek ingin aku ditemani oleh pengawal. Lots of discussion, tapi ia berpikir untuk menjagaku semenjak beberapa hal terjadi. Kamu tahu kalau keluarga Graham terkena skandal?"

"Penggelapan dana yang mereka lakukan? People are talking about that."

"And I'm joining to bring up the case – my case, since the documents have been found and being investigate. Only if my identity is not exposed."

"You choose a good option."

"That's hard." Gabrina memeluk lututnya sendiri. Ia sudah mengganti bajunya dengan piyama, kehilangan minat untuk tidur semenjak ia membutuhkan teman bicara malam ini. "Kamu yang melakukannya, bukan?"

"Well, aku tidak ingin menyembunyikan sesuatu darimu." Dominic mengangguk kecil, menanti reaksi Gabrina. "Itu memang harus dilakukan. Someone has started first or it will get worse. Thing just work as well as I expected."

"Tujuh tahun lalu dokumen itu hilang bahkan ketika Benedict menggunakan koneksinya. Dan ketika Kakek memberitahuku, ada bagian dari diriku yang menginginkan untuk mereka dihukum."

"Aku mengenal beberapa orang yang menemukannya dengan cara yang legal." Dominic mendekat, duduk di tepian ranjang agar ia bisa meraih tangan wanita yang ia cintai. "Dan beberapa orang yang melakukannya untuk kita."

Dahi Gabrina mengerut mendengar bagaimana Dominic merujuk mereka berdua. Pria itu melanjutkan, "Tapi poinnya adalah bagaimana kamu bisa melihat mereka membayar untuk apa yang telah mereka lakukan. Aku tidak bisa menutup mata dan berpura-pura sedang baik-baik saja setiap kali melihat mereka. Kamu Gabrina, sangat penting bagiku. You are the one that I wanted to be pleased with me. The one I wanted as much as you want me."

Gabrina tersenyum tipis. "Kenapa kamu sangat berani untuk mempertaruhkan hal yang kamu punya untuk aku, Dominic?"

"So you know Gabrina, that you are worth so much more."

Kali ini Gabrina tidak bisa menyembunyikan senyum seolah ia merasa kupu-kupu berterbangan di perutnya. Ia mengambil handuk di tangan Dominic, turun dari ranjang dan mengambil sesuatu di kopernya. Ketika ia berbalik, Dominic melihat sebuah pengering rambut di tangan Gabrina.

Selesai memastikan kabelnya terpasang, Gabrina menepuk kursi dan berdiri dibelakangnya. "Come here."

Gabrina menyukai aroma sampo pria itu begitu Dominic duduk membelakanginya. Ia menyalakan pengering rambut, "I love your hair."

"Just the hair?"

"Aku suka melihatmu membaca buku."

"Bukan jawaban yang kuharapkan, ada lagi?"

"Aku juga suka perut kotak-kotak kamu."

"Careful, Gabrina. Aku baru saja mandi, please."

Endless LullabyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang