#62# - Sixty Two

811 115 1
                                    

16/99 She likes ice cream, choco-mint ice cream — I have to remember that.

17/99 She said I was her first.

18/99 I just found out from someone else that she is a genius.

____

"Dia tahu diriku," Gabrina mengetukkan jarinya gugup ke meja diantara lawan bicaranya. "Dia tahu sejak dulu tentang namaku itu berarti dia juga tahu aku selama ini berpura-pura didepannya. Oh God, itu membuatku merasa sangat tolol."

"Kemudian aku bertanya kepadanya — well, aku tidak ingin membiarkan namaku disebutkan begitu saja — aku bertanya apakah ia tahu namaku itu dari Charleen. Dia justru balik bertanya, bagaimana bisa aku lupa dengan perempuan yang marah-marah di Brooklyn Bridge, Gabrina?" Ia menirukan kalimat dari pria itu dua hari yang lalu dengan menggebu-gebu. "I can't answer that, jadi aku memutuskan untuk kembali ke dalam untuk berpamitan lebih awal kepada Prisha."

"Lalu?"

"Lebih tololnya lagi, Kiton Dominic masih di bahuku. Everyone maybe see it dan Prisha kebetulan sedang berbicara — hm, dengan Marcus Raviv. Prisha bertanya tentang jas yang kupakai dan sepertinya ia tahu kalau itu adalah milik Dominic. Tapi, aku hanya bilang kalau kami — maksudnya aku dan Dominic — tidak sedekat itu."

"Lalu dimana pria itu?"

Gabrina menghembuskan napas panjang. Jemarinya masih mengetuk cepat ke meja dan tentu Dr. Kamila — psikiater yang menangani Gabrina sejak tiga tahun lalu — menyadari kebiasaan itu. "That's what I expected, dia tidak menyusulku karena mungkin ia merasa kalau aku tidak nyaman berada didekatnya. Ada banyak orang didalam — termasuk Julia dan Marcus — Kamila, bukankah artinya aku sangat — sangat — tolol karena aku akhirnya membawa Kiton itu ke rumahku?"

"Aku membawa jasnya ke rumahku, Kamila. Lalu bagaimana aku bisa mengembalikan benda itu?"

Dr. Kamila mendengarkan cerita Gabrina sambil mengangguk kecil. "Apakah kamu sudah mengecek kancingnya kalau-kalau lepas?"

"I won't," jawab Gabrina dengan cepat dan matanya melotot kepada Kamila. "Janjiku hanya dengan kemeja-kemejanya bukan dengan Kiton!"

Kamila tertawa kecil. "Jadi kamu kesal karena kamu tidak tahu cara mengembalikan Kiton itu?"

"Benar."

Ia memberikan saran termudah dari sudut pandangnya. "Kamu bisa membuat janji dengannya."

"Dominic ada diluar kota dan sepertinya cukup lama karena aku tidak tahu berapa hari syuting yang mereka perlukan."

"Apa kamu menyukainya? Menyukai Dominic sebagai lawan jenis — maksudku."

Gabrina mengibaskan tangan dan mendengus, "God, untuk apa aku menyukainya?"

"Karena sudah dua kali dalam sesi kita kamu selalu membahas dirinya jadi aku kira kamu menyukai Dominic." Kamila memasang wajah polos walau ia bisa melihatnya — ia tentu tahu alasan Gabrina sering meragukan dirinya sendiri, atau menganggap dirinya tidak pantas untuk mempunyai seorang pasangan. Kamila memaklumi proses yang Gabrina jalani tapi ia juga ingin agar Gabrina tidak ragu dengan perasaannya.

Ia menulis beberapa kata di lembaran kertas yang ia pangku, "Karena kamu menganggap dirimu sendiri tidak menyukainya, kamu tetap bisa membuat janji setelah ia berada di Jakarta."

....

"Kamila, aku tidak mau bertemu dengannya — aku tidak tahu seperti apa reaksi yang harus aku tampilkan ketika seseorang — dia — mengingat namaku." Untuk pertama kali sejak sesi mereka dimulai Gabrina menggigit bibir bawahnya sendiri setelah mengeluarkan emosinya. "Apakah menurutmu aku harus menghindarinya lagi?"

Endless LullabyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang