Renata dan Evie hanya membutuhkan waktu dua puluh menit untuk berjalan ke Maze - bar yang akan mereka kunjungi malam ini. Berbeda dengan Evie yang terlihat bahagia karena bisa pergi ke Maze di hari Selasa, Amyla Renata justru berjalan menunduk memandangi trotoar yang ada dibawahnya karena cuaca yang dingin setelah matahari terbenam dan itu membuatnya semakin merapatkan tangan yang sudah masuk ke saku jaket sejak mereka keluar dari dorm Evie.
Sepuluh menit kemudian mereka sampai di Maze dan Evie hampir memekik girang saat melihat DJ baru yang sudah membuatnya penasaran selama beberapa hari terakhir. Evie membawa Renata duduk di salah satu kursi dan memulai pembicaraan mereka saat ia sudah memesan bir, "Natal tahun ini kamu pulang?"
Renata menggeleng dan menatap jauh ke kumpulan orang-orang yang sedang berada di lantai dansa. "Hmm, tidak. Kemana aku harus pulang?"
Kemana ia harus pulang?
Evie yang tahu sedikit tentang kehidupan temannya kemudian berkata, "Kalau begitu kamu harus ikut aku pulang ke Orono - my family will make a small party, just for family."
Renata yang memesan air putih - ya, hanya air putih di Maze dan itu membuatnya mendapat tatapan heran dari beberapa orang namun ia mengabaikannya - hanya menggeleng karena ia berencana memulai proyek open studio dengan salah satu professornya di liburan musim dingin nanti. "Hmm, aku tidak tahu."
Graham memiliki bisnis keluarga, yaitu perusahaan ritel dengan headquarter yang berada di kota Minneapolis, Minnesota. Evie berasal dari Orono, dan sama seperti hari libur dimana keluarganya bisa berkumpul - ibunya akan selalu meminta ia dan ketiga kakak laki-lakinya berkumpul bersama, tidak peduli seberapa jauh mereka. Tidak terkecuali tahun ini. Evie segera meminum seperempat gelas berisi bir dan tersenyum saat cairan membuat lehernya hangat. "Hanya ada tiga kakakku yang menyebalkan, Renata. Mom and Dad - mereka berdua hanya akan bersama pesta ini selama dua jam pertama dan aku yakin mereka akan pergi ke undangan Natal lainnya. Malam Natal tidak bisa dirayakan dua jam saja, Ren. Harus tiga hari."
Tiga hari? Beruntungnya. Renata tersenyum dan membalas, "And what should we do if I go to your house? Aku tidak pernah menginap di rumah orang lain, Ev."
Evie berniat menjawab pertanyaan polos Renata namun matanya tiba-tiba teralihkan ke lantai dansa dimana DJ juga sedang bermain disana, "Musiknya seru sekali, you want to dance?"
"Tubuhku kaku," Renata masih ingin mendengar jawaban dari temannya namun ia tahu - hari ini adalah hari terakhir mereka sebelum final week dan ia tahu betapa stressnya Evie dengan tugas-tugas mereka. "Kalau kamu turun berdansa tidak apa-apa, Ev."
Evie yang masih peduli dengan kemungkinan Renata duduk disini sendirian sementara semua orang berpesta kemudian menunjuk ke satu arah, "Lihat deh cowok-cowok itu."
"Hmm, ya."
"Cowok dan alkohol adalah hal yang harus kamu coba, Ren. Apalagi cowok New York - at least try it before you die."
Tentu saja Evie Graham dan Amyla Renata adalah dua orang yang bertolak belakang, karena disaat Renata masih menjunjung tinggi budaya negaranya - Evie sering berkencan dan tidur dengan pria - just for one night stand. Renata mengangkat sebelah alisnya karena ia tidak tertarik. Evie menyukai tiga hal di dunia ini. Fashion, pesta, dan pria. "Hmm, I don't want to date right now. Sorry, Ev."
"Not for date, maybe you can talk each other. Jangan kaku dong, Ren."
"Hmm, kalau aku kaku ya biarkan saja. Aku kesini hanya untuk menemani kamu minum saja - tidak untuk mengobrol dengan cowok yang belum aku kenal."
KAMU SEDANG MEMBACA
Endless Lullaby
ChickLitEndless Lullaby | Mint Series #1 © 2020 Grenatalie. Seluruh hak cipta.