#57# - Fifty Seven

813 127 7
                                    

1/99 She's fierce.

2/99 She has the most peaceful eyes I've ever seen.

3/99 I don't understand why she always wears t-shirt and jeans.

_____

Emile Arthur baru saja kembali dari taman rumah sakit karena ia membutuhkan kedamaian — tentu saja ia membutuhkannya setelah berjam-jam di lokasi syuting sementara orang yang harus ia dampingi justru menghilang dan beberapa jam setelahnya mengabarkan untuk menyiapkan rumah sakit karena ia terluka. Arthur sangat khawatir dengan keadaan Pangeran tentu saja, tetapi Pangeran Sombong — ya, ia akan memanggil seperti itu didalam hatinya saja, lebih mengkhawatirkan seseorang diatas keadaannya.

Arthur berpikir bahwa jantungnya akan melompat lagi karena tidak ada orang yang seharusnya menjadi penghuni tunggal kamar 9002, membuatnya menghela napas panjang. Tidak ada gunanya ia menyewa pengawal-pengawal yang seharusnya menjaga Pangeran, pikirnya saat berjalan ke kamar paling ujung di lantai ini untuk mencoba mencari Pangeran.

Hanya tinggal beberapa meter ia sampai di kamar yang dituju saat tidak disangka pintu itu bergeser dan seseorang keluar dari dalam.

Dominic menggeser pelan pintu itu dan ketika Arthur melihat semuanya, Dominic tidak dapat menyembunyikan kegugupan karena ajudan yang menjemputnya, "Arthur?"

"Ya, Yang Mulia. Saya baru akan menjemput Anda — visit dokter sebentar lagi dan saya sangat berharap Anda tidak berada di kamar ini untuk menghindari berita yang tidak baik."

Dominic mengangguk pelan dan berjalan bersama ajudannya. "She was mentioned one name yesterday — Kevan."

"Apa kamu bisa mencari siapa Kevan ini?" lanjutnya.

"Hanya Kevan tanpa nama belakang? My Lord, itu mustahil."

"Itulah kenapa aku bertanya, Arthur." Dominic memutar bola matanya. "Bagaimana aku bisa mencari tahu tentang dirinya kalau begitu?"

"My Lord, untuk apa Anda melakukannya?" tanya Arthur tidak mengerti karena ia tahu banyak hal yang bisa dipedulikan oleh Dominic. Pria itu tentu mendengar pertanyaannya tetapi Arthur tidak mendapatkan jawaban yang ia tunggu.

Sementara itu dua jam kemudian Gabrina sedang mengurus pekerjaannya di sofa yang tersedia kamarnya. Ia perlu mengisi beberapa beberapa formulir hak cipta sebelum sepenuhnya diurus oleh tim legal perusahaan. Gabrina memiliki waktu tiga puluh menit setidaknya sebelum ia pindah kamar.

"Change your room is a bad idea." Gabrina mengenal siapa pemilik suara tersebut tetapi ia menghiraukannya. Dari sudut matanya terlihat gerakan kaki yang mendekat, seorang pria dengan baju rumah sakit yang sama dengan yang dipakainya. "Kenapa kamu ingin pindah kamar?"

"I'm not rich like you, Dominic." Uangku berkurang banyak karena Ralph Lauren sialan, Gabrina berkata dalam hatinya tanpa menoleh sama sekali. Ia berusaha untuk tidak memedulikan kehadiran Dominic, termasuk tidak peduli darimana Dominic tahu informasi tentang ia yang akan pindah ke kamar.

"Aku yang bertanggung jawab terhadap kebutuhanmu disini."

"Like I said before, I won't let anyone treat me well." Gabrina mendongak untuk menyadari bahwa Dominic berdiri tepat didepannya dengan wajah kesal — ia tidak tahu kenapa pria itu selalu marah kepadanya, "Aku tidak punya banyak uang seperti kamu yang mengambil presidential suite di Guardian dan aku punya banyak prioritas lainnya dalam hidupku dibandingkan sebuah kamar rawat inap disini. These are our differences, Dominic — hidupku tidak sama seperti hidupmu."

"..."

"Aku ingin membuat diriku sendiri nyaman, can you give me some space?"

"Noted."

Endless LullabyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang